
Marc Bloch dan Para Penjaja Konten Sejarah di Media Sosial
Karya sejarah yang baik, menurut Marc Bloch, wajib dapat menggungah rasa ketertarikan pembacanya akan sejarah. Atau, dalam bahasa Bloch, membuat pembaca “merasa lapar”.
Karya sejarah yang baik, menurut Marc Bloch, wajib dapat menggungah rasa ketertarikan pembacanya akan sejarah. Atau, dalam bahasa Bloch, membuat pembaca “merasa lapar”.
BDG Connex sukses menggelar acara pembukaan “Bandung Art Month ke-6” di Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi (SOS Baksil), Jalan Siliwangi No.7, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Kepala daerah merasa tidak membutuhkan pendampingan, begitu pula sebaliknya kepala daerah merasa bahwa eksistensi wakil belum sepenuhnya optimal. Menghadapi hal ini, wakil kepala daerah berada pada dua kemungkinan: diam dan terus menerima fasilitas yang menjadi hak mereka atau merasa malu dan mengundurkan diri dari posisi ini.
Meme “Cucu Rayakan Kemerdekaan, Kakeknya Pendukung NICA” mengajarkan kepada kita bahwa periode revolusi Indonesia (1945-1949) tidak sesakral yang digambarkan dalam historiografi Indonesia.
Meski sering diperdebatkan dengan Sarekat Dagang Islam, kehadiran Boedi Oetomo pada 1908 masih tetap kokoh sebagai tonggak pergerakan nasional yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap 20 Mei
Masyarakat Indonesia memandang filsafat sebagai ilmu yang tidak berguna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apa benar demikian?
Sebagai seorang sejarawan yang dibayang-bayangi kuasa Orde Baru, Nugroho Notosusanto memiliki andil dalam membentuk historiografi Indonesia. Hingga kini, pengaruhnya dalam penulisan dan pengajaran sejarah di Indonesia masih terasa.
Putusan MK pada 2008 mereformasi sistem pemilu Indonesia untuk selamanya. Sistem proporsional terbuka memberikan ruang bagi para caleg untuk berkampanye secara langsung dan berkreasi.
Sebagai simbolisasi kemenangan “dharma” atas “adharma”, hari raya Galungan memiliki mitos dan sejarah yang menarik untuk diketahui lebih dalam.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, filsafat dan agama bagaikan minyak dan air, tidak pernah bisa bersatu. Apa benar mereka berdua selalu demikian?