Wayang dalam Arus Mesin Politik Orde Baru

Judul BukuMantra Pejinak Ular
PenulisKuntowijoyo
PenerbitPenerbit Kompas
Kota TerbitJakarta
Tahun Terbit2000
Halamanxii + 243 halaman

Abu Kasan Sapari berada dalam posisi dilematis. Sebagai seorang dalang, ia dipesankan agar tidak mencampurkan kesenian dengan politik, terutama menggunakan wayang sebagai sarana untuk memenangkan atau melawan pasangan lurah tertentu. Sebagai seorang birokrat lokal, ia dituntut untuk aktif mengenal dan terlibat dalam dunia perpolitikan Orde Baru. Jalan mana yang akan ditempuh Abu?

Dalam novel Mantra Pejinak Ular, Kuntowijoyo mengajak pembaca untuk menyelami realita politik dan budaya Jawa pada masa Orde Baru, ketika segala daya upaya dikerahkan untuk memenangkan sebuah Mesin Politik. Abu, yang berdiri melawan Mesin Politik dan orang-orang “pohon Randu”, perwujudan Golkar, dengan menggunakan kemampuan yang ia warisi dari para dalang terkenal dan kakeknya yang masih keturunan Ronggowarsito untuk memainkan lakon wayang. Perjuangan Abu membuatnya berurusan dengan pihak keamanan, yang berakhir dengan ditahannya ia secara sepihak oleh Mesin Politik.

Sebelum berada dalam posisi dilematis, Abu membuktikan bahwa wayang dapat digunakan untuk mengampanyekan program-program yang dicanangkan desa. Proyek penanaman pohon jati yang dicanangkan seorang kepala desa muda, penuh ambisi, tetapi miskin kultur dan terkesan memerintah, berhasil ia wujudkan ketika ia memainkan lakon pewayangan yang mengisahkan pentingnya warga desa untuk menanam pohon jati. Semenjak lakon tersebut dipentaskan, warga desa sigap menanam pohon, sampai-sampai bibit jati yang disiapkan habis diminta warga desa.

Bagi pembaca yang pernah membaca novel-novel lain karya Kuntowijoyo, seperti “Wasripin & Satinah” serta “Pasar”, pembaca akan menemukan bahwa unsur mistisisme Jawa dan Islam sangat kental dalam novel ini. Pembaca dapat merasakan hidup atau melihat kehidupan seorang Jawa, yang penuh dengan petuah-petuah religius bernafaskan Islam dan unsur-unsur priyayi dan apa yang sekarang dikenal sebagai “kejawen”.

Baca Juga  Eksotisme Bali dalam “Kasta”

Selain unsur Jawa yang kental, novel ini juga menyajikan hubungan percintaan Abu dengan Sulastri (Lastri), yang penuh dengan dialog yang menggelitik. Dialog yang terjadi tidak seperti novel popular dewasa ini yang penuh dengan unsur romansa. Bisa dikatakan, ia lebih menampilkan hubungan sopan santun khas Jawa antara seorang wanita dengan seorang pria. Tapi, siapa yang dapat menyangka, dialog seperti ini dapat menggugah perasaan cinta pembaca yang membaca novel ini.

Lalu, bagaimana dengan “ular” dalam judul novel ini? Pada dasarnya, “mantra pejinak ular” merupakan mantra yang diwariskan seorang tua kepada Abu pada awal kisah. Dengan mantra tersebut, Abu diharapkan dapat menyayangi ular seperti layaknya menyayangi dirinya sendiri. Bangkai ular yang ia temukan wajib ia kuburkan, ia tidak boleh membunuh ular, dan ketika menemukan ular, ia wajib membebaskannya. Dalam tingkat yang lebih ekstrim, Abu tidak boleh atau melarang orang satu desa untuk memakan daging ular.

Dari mantra ini, Abu mengubah pemaknaan “ular” menjadi “lingkungan”, dengan menekankan bahwa mencintai ular sama dengan mencintai dan melestarikan lingkungan. Bagi pembaca yang pernah melihat buku karangan Boomgaard mengenai persepsi harimau dalam dunia Melayu, rekan-rekan akan menemukan kemiripan pola antara kisah Abu dengan buku tersebut. Harimau, sama seperti ular, pada mulanya disimbolkan sebagai “Mbah”, yang dituakan, dan menjadi penjaga alam. Lama-kelamaan, ia berubah menjadi simbol “penjajahan dan pemerasan” atas alam. Harimau (dan ular) tidak lagi menjadi “Mbah” yang dihormati, ia berubah menjadi sesuatu yang harus ditaklukan dan dibasmi.

Bagi penggemar novel sastra, buku ini merupakan rekomendasi utama dari kami. Bagi yang menggemari kebudayaan Jawa, novel ini dapat dibaca sebagai teman pendamping kopi ataupun teh. Dengan penyajian yang ringan dan menghibur, pembaca tidak akan sadar bahwa telah menghabiskan separuh isi novel dalam sekali duduk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *