Kant: Setiap Orang Harus Berani Menggunakan Pikirannya Sendiri!
Bagi seorang Immanuel Kant, insan yang tercerahkan adalah mereka-mereka yang memiliki kemampuan untuk menggunakan akalnya sendiri. Sudahkah kita berbuat demikian?
Rubrik ulasan kutipan tokoh, baik tokoh terkenal maupun tokoh yang biasa-biasa saja, yang disajikan dengan mendalam dan kritis. Masuki dunia kutipan yang tidak hanya menyajikan kutipan kosong tanpa makna
Bagi seorang Immanuel Kant, insan yang tercerahkan adalah mereka-mereka yang memiliki kemampuan untuk menggunakan akalnya sendiri. Sudahkah kita berbuat demikian?
George Santayana pernah berkata, bahwa siapa pun yang tidak belajar dari sejarah, akan dikutuk untuk mengulanginya. Apa benar?
Jalaluddin Rumi tidak hanya mengajarkan menegnai cinta kasih. Melalui syair tentang kebenaran sebagai pecahan cermin Tuhan, ia menunjukan bahwa kebenaran sejarah harus dimaknai secara menyeluruh
Sebagai manusia yang religius, manusia Indonesia senang melibatkan Tuhan dalam berbagai urusan, baik profan maupun sakral. Padahal, urusan tersebut masih bisa diselesaika oleh manusia lain, alih-alih harus melibatkan Tuhan
Mahatma Gandhi, dengan sangat tepat, berpendapat bahwa seluruh agama dan kepercayaan di dunia, yang berwujud tidak sempurna, berasal dari sebuah agama tunggal yang tak terungkapkan oleh kata-kata
Pernyataan Soekarno, yang kini menjadi kutipan populer, bahwa manusia diharapkan untuk menggantungkan cita-cita dan mimpi setinggi langit, dianggap tak relevan lagi. Apa benar?
Sejarah seharusnya menjadi alat untuk membebaskan manusia dari ikatan konflik dan kebencian yang telah mendarah daging. Apakah dunia, terutama Indonesia, telah melakukan hal ini?
Sejarah dunia tampil seperti bawang, begitu pandangan Jared Diamond mengenai sejarah. Baginya, ketika lapisan bawang sejarah dikupas hingga inti, kita mengetahui asal-muasal kemuculan sang bawang
Kutipan “historio magistra vitae” atau “sejarah adalah guru kehidupan” dipercaya oleh banyak orang. Namun, apakah kutipan tersebut masih tepat dewasa ini?
Bagi sejarawan sekaliber Kuntowijoyo, sejarah versi malaikat lebih berharga ketimbang sejarah versi manusia. Meski mungkin lemah secara metode penelitian kesejarahan, sejarah versi malaikat menyajikan kisah masyarkat kebanyakan yang berjuang secara ikhlas dalam perjalanan sejarah.