Ketika Tuhan Dilibatkan dalam Segala Urusan Manusia di Indonesia

Pada 12 Desember 2022 lalu, Indonesia telah kehilangan salah satu sosok terbesarnya. Remy Sylado, sastrawan yang menyuarakan karya-karya “mbeling”, meninggal dunia. Karya-karya yang ia torehkan semasa hidupnya membuat kita berpikir bahwa puisi tidak semata-mata susunan kata yang indah semata, tetapi sesuatu yang menjadi perwujudan ungkapan perasaan manusia.

Mengenang Remy Sylado, saya teringat salah satu kutipan yang pernah ia sampaikan kepada kita semua. Kutipan tersebut, yang berasal dari buku berjudul Hotel Pro Deo (2009) adalah “agaknya orang Indonesia paling gampang sekali melibatkan Tuhan untuk hal-hal yang mestinya bisa diselesaikan oleh Pak RT”. Kutipan tersebut, yang terlihat sederhana dan menggelitik, memiliki pemaknaan yang mendalam bagi kita semua.

Indonesia, yang terkenal sebagai negara yang mengakui enam agama dan beberapa aliran kepercayaan, sangat senang berbicara mengenai Tuhan. Seolah-olah, segala tingkah laku manusia Indonesia terkait dengan kuasa Tuhan. Ini suatu yang baik, menegaskan bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang tawakal dan berbakti kepada Tuhan. Hanya saja, hal ini membuat kita menjadikan Tuhan sebagai tameng atas segala permasalahan kita, besar maupun kecil.

Misal, kita akan mengadakan janji dengan seorang teman. Kita akan mengucapkan kalimat “Insyaallah”, untuk menyampaikan bahwa kita bersedia memenuhi janji tersebut. Tidak disangka, setelah waktu menunjukkan pukul yang dimaksud, kita tidak memenuhinya dengan berbagai alasan. Pada akhirnya, kita tidak memenuhi janji yang telah kita ucapkan dengan menyebut nama Tuhan tersebut, membuat teman kita kesal.

Remy, yang telah pergi menuju alam keabadian, meninggalkan pesan kepada kita, seluruh manusia Indonesia, agar tidak melulu melibatkan Tuhan dalam urusan domestik dan profan yang kita alami. Hubungan kita dengan Tuhan adalah sebuah hubungan personal, dalam bentuk sembah bakti dan cinta kasih. Jangan libatkan Dia dalam segala urusan yang dapat kita selesaikan dengan bantuan seorang manusia, dalam hal ini, seorang “Pak RT”.

Baca Juga  Gandhi dan Agama Tunggal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *