
Melihat Pasang Surut Sejarah Perkeretaapian di Tanah Rencong
Perjalanan perkeretaapian di Aceh dimulai ketika Belanda mulai berperang dengan rakyat Serambi Mekah. Setelah itu, ia mengalami pasang surut, dan berakhir menghilang
Rubrik resensi buku maupun kumpulan kutipan yang disaijkan dengan pendekatan khas Historical Meaning. Dalami bagaimana buku dan kumpulan kutipan membentuk narasi mengenai suatu topik tertentu
Perjalanan perkeretaapian di Aceh dimulai ketika Belanda mulai berperang dengan rakyat Serambi Mekah. Setelah itu, ia mengalami pasang surut, dan berakhir menghilang
Indonesia menyajikan sejarah yang kaya. Salah satunya adalah kisah tentang riwayat gastronomi Indonesia, yang direkam dengan indah melalui buku Jejak Rasa Nusantara
Hikayat Prang Sabi menjadi senjata rakyat Aceh untuk melawan Belanda. Senjata tersebut membat mereka bisa berperang begitu lama melawan para penjajah
Berawal dari penggeledahan rumah-rumah orang Tionghoa, kisah bergerak menjadi pembantaian etnis. Ia berubah dengan cepat menjadi perlawanan etnis Tionghoa dan etnis Jawa melawan kedigdayaan VOC
Buku “Seandainya Saya Wartawan Tempo” mengajak pembaca untuk melihat peristiwa-peristiwa yang luput dari perhatian pemberitaan, dan mengemasnya menjadi feature yang menarik
Menurut Prihandoko Sanjatmiko, kehidupan multispesies terjadi dalam masyarakat Kampung Laut ketika pandemi COVID-19. Namun, ia masih menempatkan manusia sebagai pusat dari kehidupan secara antropologis
Isabella Rossie berjuang menyelamatkan Pulau Joya dari belenggu penderitaan. Bagaimana kisahnya? Ikutilah dalam buku The Girl of Ink & Stars
Yogyakarta tidak hanya tampil sebagai kota budaya dan klasik. Di balik itu, para transpuan menjadikannya sebagai rumah. Mereka menggantungkan hidup mereka di kota yang berbudaya tersebut
Meski mengisahkan tentang anak-anak, novel “Kapan Nanti” menyajikan realita kehidupan anak-anak dan perempuan dalam realita sosial. Kita akan menemukan kisah anak-anak yang tak ingin dilahirkan hingga dibuang dalam novel menggugah ini
Melalui petualangan lima anak kembar, novel “Pulau Batu di Samudra Buatan” mengajak pembaca untuk menghayati kembali keberagaman karakter manusia ketika harus berhadapan dengan sebuah musibah