“Mereka yang tidak belajar dari sejarah, dikutuk untuk mengulanginya.” Kutipan tersebut berasal dari George Santayana (1863-1952), seorang filsuf dan penyair asal Spanyol.
Kutipan tersebut berasal dalam buku The Life or Reason (1905) tulisan Santayana. Secara utuh, kutipan tersebut berbunyi:
“Kemajuan, bukan berarti perubahan, melainkan bergantung pada daya tahan. Ketika perubahan bersifat mutlak maka tidak ada yang perlu diperbaiki dan tidak ada arah yang ditetapkan untuk perbaikan yang mungkin dilakukan: dan ketika pengalaman tidak dipertahankan, seperti yang terjadi pada orang-orang biadab, masa kanak-kanak akan berlangsung selamanya. Mereka yang tidak dapat mengingat masa lalu dikutuk untuk mengulanginya”.
Meski terdengar cukup familiar, tidak banyak yang memahami esensi pernyataan seorang George Santayana. Menurut Nicholas Clairmont dalam sebuah artikel di BigThink, kutipan tersebut bermakna bahwa siapa pun yang tidak mempelajari sejarah, akan berpotensi untuk mengulangi kesalahan yang sama pada masa lalu. Jika sejarah terus terulang bagi semua orang, ungkap Clairmont, pernyataan Santayana tidak memiliki implikasi apa pun.
Pernyataan Clairmont digugat oleh Nayeli Riano. Dalam situsi Voegelin View, ia mengatakan bahwa kemajuan hanya dapat diperoleh oleh individu yang memiliki kesadaran, pengetahaun, dan ingatan mengenai masa lalu. Ketika manusia tidak mempertaankan pengalaman, baik pengalaman dirinya maupun nenek moyangnya, ia akan selalu berada dalam ketidaktahuan moral, spiritual, dan intelektual. Oleh Santayana, kondisi tersebut dipahami sebagai “masa kanak-kanak orang barbar” yang berlangsung selamanya.
Menurut hemat saya, kutipan Santayana tersebut mengingatkan kita akan nilai penting mempelajari dan memahami sejarah. Sejarah akan mencegah kita terjatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Dengan belajar sejarah, kita dapat mencegah terulangnya peristiwa buruk di masa lalu, baik yang dialami oleh kita ataupun orang lain.
Melalui kutipan di awal tulisan ini, Santayana ingin menyampaikan pesan kepada kita, bahwa masa lalu bukan sekadar untuk diingat. Ia seharusnya dipertahankan, agar kita tidak terjatuh ke dalam kondisi kanak-kanak orang barbar.
Pandangan Clairmont dan Riano memiliki isi yang berbeda dalam melihat seorang George Santayana. Namun, kedua interpretasi mereka saling melengkapi dalam menerangkan makna di balik pernyataan seorang George Santayana.