“Kita bukan pencipta sejarah, kita dibuat oleh sejarah,” ungkap Martin Luther King Jr. (1929-1968), aktivis Afrika-Amerima asal Amerika Serikat.
Kutipan tersebut diungkapkannya dalam buku Strength to Love (1963). Kutipan utuhnya berbunyi:
“[t]erlepas dari tuntutan mendesak untuk hidup berbeda, kita sedang menghasilkan generasi yang berpikiran massal. Kita telah beralih dari individualisme yang ekstrim ke arah kolektivisme yang lebih ekstrim. Alih-alih membuat sejarah, kita justru dibuat oleh sejarah.”
Sebenarnya, kutipan tersebut diucapkan ketika Martin Luther sedang berkhotbah di Gereja Baptis Dexter Avenue pada 1 November 1954. Khotbah bertajuk Transformed Nonconformis tersebut, menurut entri dalam Shmoop.com, cukup rumit untuk dimengerti.
Dalam khotbah tersebut, Martin Luther mengatakan bahwa orang-orang dibentuk oleh dunia di sekitarnya. Itu merupakan hal yang masuk akal, terutama jika dikaitkan dalam konteks hak-hak sipil. Sebagai contoh, kelompok minoritas tidak diuntungkan secara langsung karena mereka tidak benar-benar membuat sejarah di mana pun.
Dalam artikel di situs pribadinya, Rabbi Pini Dunner berpendapat bahwa manusia tunduk pada kekuatan sejarah. Angin sejarah akan menyapu bersih mereka yang berusaha membentuk sejarah, agar sesuai dengan pandangan dunia yang mereka inginkan. Mereka mencoba membuat jalan sendiri, tetapi mengabaikan arah sejarah yang membawa mereka ke masa kini. Tentu, ini akan membuat mereka frustasi dalam upaya mereka.
Dunner menambahkan bahwa pada kenyataannya, Martin Luther King Jr. mencela rekannya karena tidak proaktif dalam perjuangan mereka dalam memperjuangkan hak-hak sipil. Mereka memiliki asumsi yang keliru, yakni bahwa tidak ada upaya yang akan mengubah jalan yang ditakdirkan bagi mereka. Hal tersebut membuat mereka mengabaikan tanggung jawab, dan menghilangkan kesempatan mereka untuk berkontribusi dalam sejarah.
Menurut pandangan saya, pernyataan Martin Luther King Jr. membawa pesan kepada kita untuk memahami sejarah. Kita akan tahu mengapa kita berada dalam kondisi seperti sekarang ini melalui penelusuran sejarah. Sejarah pula yang akan menentukan jalan kita pada masa depan. Jika kita tidak memahami sejarah, kita tidak akan pernah mengenal diri sendiri, dan tidak akan pernah meraih hari depan kita.
Kutipan Martin Luther King juga menegaskan bahwa manusia adalah produk dari setiap zamannya. Keyakinan, perilaku, dan peluang mereka sangat dipengaruhi oleh sejarah, budaya, ekonomi, dan politik yang berlaku. Individu dibentuk oleh sejarah, bukan semata-mata sebagai pencipta sejarah.
Berdasar pada Shoomp.com dan Rabbi Danner, mereka berdua sama-sama menyatakan bahwa Martin Luther King menginginkan kaum minoritas untuk proaktif dalam memperjuangkan hak mereka. Secara langsung, sejarah telah memengaruhi masyarakat Afrika-Amerika dan kaum minoritas lainnya. Melalui kutipannya, Martin Luther King ingin menjelaskan, bahwa mereka mampu membuat sejarah mereka jika mereka memiliki kekuatan untuk bergerak.
Pada akhirnya, kutipan Martin Luther King mendorong kita kepada pemahaman yang berbeda tentang pengalaman manusia dalam sejarah. Ia membawa kita untuk mengakui kekuatan kita untuk membentuk peristiwa kita sendiri, lepas dari beban masa lalu. Perspektif ini dapat menumbuhkan kerendahan hati, kesadaran, dan penghargaan yang lebih besar terhadap interaksi yang kompleks antara inisiatif pribadi dan kekuatan sejarah yang lebih luas.