Peradaban Jawa, Peradaban yang Terus Tumbuh

Judul BukuPeradaban Jawa: Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir
PenulisSupratikno Rahardjo
PenerbitKomunitas Bambu bekerja sama dengan Yayasan Kertagama
Kota TerbitDepok
Tahun Terbit2011 [2002]
Halamanxxix + 559 halaman

Sejarah kehidupan masyarakat pada masa Jawa kuno masih menarik minat masyarakat Indonesia untuk dibahas dan dipelajari. Meski begitu, kisah sejarah yang identik dengan kejayaan Indonesia, terutama pada masa Sriwijaya dan Majapahit, sering hanya dipahami sebagai simbol kedigjayaan bangsa Indonesia semata. Tidak banyak orang yang benar-benar mendalami sejarah Jawa Kuno secara kritis dan mendalam.

Tantangan tersebut berusaha dijawab oleh Supratikno Rahardjo. Melalui buku Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir, Supratikno mencoba menyajikan sejarah Jawa Kuno secara luas dan objektif.

Dalam penulisan buku ini, Supratikno Rahardjo tidak asal ketika menggunakan istilah peradaban. Dengan menganalisis pengertian peradaban dari beberapa teori, seperti yang dilakukan pada bagian pertama buku ini, Supratikno merumuskan bahwa peradaban Jawa kuno sebagai sebuah peradaban yang tumbuh. Ia bukanlah peradaban yang telah matang dan besar; peradaban Jawa Kuno adalah peradaban yang terus berkembang, dari bibit hingga menjadi pohon yang besar dan rindang.

Buku dengan tebal lebih dari 500 halaman ini membagi peradaban Jawa kuno dalam tiga bagian besar. Tiga bagian tersebut adalah pranata ekonomi, pranata agama, dan pranata politik.

Pada bagian pertama, Supratikno mengisahkan perkembangan kehidupan politik kerajaan-kerajaan Jawa kuno. Menurutnya, peradaban Jawa kuno, yang bermula dari Jawa bagian tengah hingga Jawa bagian timur, telah memiliki struktur yang kompleks. Pembagian kekuasaan dan tugas pemerintahan telah dilakukan pada masa itu. Selain itu, pelapisan sosial berbasis catur wangsa (yang juga dikenal dengan kasta), telah diwujudkan oleh peradaban Jawa kuno.

Baca Juga  Penciptaan Kekuatan Politik Islam Indonesia

Seorang raja, sebagai titisan dewa dan penguasa wilayah, memiliki beberapa cara untuk melanggengkan dan memperkuat kekuasaannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan seorang raja pada masa Jawa kuno, antara lain dengan menjalin hubungan yang akrab dengan para pendeta (penghulu agama), melakukan ekspansi militer, serta melakukan safari politik menelusuri wilayah kerajaan. Ketiga cara ini, diharapkan, dapat membuat kekuasaan seorang raja menjadi lebih kokoh di mata rakyat.

Bagian berikutnya yang menjadi pembahasan Supratikno adalah pranata agama. Dalam bagian ini, ia memfokuskan melihat segala hal mengenai ritus keagamaan pada masa Jawa kuno.

Menurut Supratikno, terdapat dua agama besar yang tumbuh dalam peradaban Jawa kuno, yakni Hindu dan Buddha Mahayana. Kedua agama ini, seiring dengan perpindahan kekuasaan dari Jawa bagian tengah ke Jawa bagian timur, mulai berubah ke arah Tantrayana (Tantri). Kondisi ini membuat agama lebih menekankan aspek-aspek yoga, sebagai jalan menuju Tuhan. Juga, pada masa Jawa bagian timur, kedua agama ini saling berinteraksi, menyatu dalam sebuah ajaran yang sekarang dikenal dengan Siwa-Buddha.

Selain adanya agama Hindu dan Buddha Mahayana, terdapat juga ajaran-ajaran leluhur yang masih dianut oleh masyarakat Jawa kuno. Ajaran-ajaran ini, yang menitikberatkan kepercayaa kepada roh nenek moyang, tidak berselisih dengan dua agama besar tersebut. Malahan, ajaran-ajaran leluhur bersinergi dengan agama Hindu dan Buddha Mahayana.

Bagian terakhir yang menjadi fokus Supratikno adalah pranata ekonomi. Dalam bagian ini, seluruh aspek kegiatan ekonomi peradaban Jawa kuno diperhatikan oleh Supratikno.

Pada masa peradaban Jawa kuno, seluruh masyarakat terlibat dalam kegiatan ekonomi. Meski sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani, mereka merupakan petani yang memiliki orientasi pedagang. Beras yang mereka produksi, disalurkan ke pasar-pasar atau kota pelabuhan, untuk diperjualbelikan dengan wilayah lainnya.

Baca Juga  Peran Perdagangan Po-ssŭ dalam Penciptaan Kerajaan Sriwijaya

Untuk mendorong kultur ekonomi ini, seorang raja membangun berbagai fasilitas fisik di wilayahnya. Sebagai contoh, jika ia ingin mendorong produksi hasil pertanian, ia akan membangun lebih banyak saluran irigasi, yang diharapkan dapat mempermudah aliran air bagi petani. Juga, jika seorang raja ingin memberdayakan industri kerajinan, ia akan mendorong masyarakat untuk membangun berbagai workshop atau bengkel berbagai jenis kerajinan. Selain untuk konsumsi domestik, diharapkan produk-produk yang dihasilkan dapat dijual ke kerajaan atau wilayah lain.

Ketiga pranata tersebut, oleh Supratikno, dipertemukan dalam bagian terakhir berjudul Dinamika dan Integrasi. Dalam bagian ini, seluruh aspek peradaban Jawa kuno dipertemukan, untuk kemudian diciptakan sebuah garis besar. Pada bagian ini, pembaca akan disuguhkan untaian narasi sejarah yang memetakan berbagai aspek dalam ketiga pranata di awal, sehingga mendapatkan bayangan yang lebih komprehensif mengenai peradaban Jawa kuno.

Sebagai sebuah buku bacaan, Peradaban Jawa berhasil menyajikan sejarah peradaban Jawa kuno dengan apik dan padat. Pembaca tidak hanya akan memahami berbagai aspek yang terjadi dalam peradaban tersebut. Mereka juga akan memahami dinamika dari masing-masing aspek, sejak awal hingga akhir.

Meski begitu, buku ini tidak lepas dari kekurangan. Penyajian Supratikno yang terlalu padat membuat buku ini tidak begitu nyaman untuk dibaca. Terlebih, ketika Supratikno harus bercerita mengenai ketiga pranata dalam peradaban Jawa kuno, aspek historis ketiga pranata tersebut disajikan terpisah. Bagi pembaca yang tidak teliti, mereka mungkin akan menemukan penjelasan dalam tiga bagian ini begitu membosankan, karena dipenuhi dengan berbagai fakta yang ditumpuk begitu saja. Namun, jika pembaca melewatkan bagian tersebut dan langsung lompat ke bagian akhir, mereka akan kebingungan dengan narasi sejarah yang disajikan Supratikno.

Baca Juga  Sebuah Tinjauan Perkembangan Historiografi di Indonesia

Terlepas dari kekurangan yang terdapat dalam buku ini, Peradaban Jawa dapat menjadi bacaan kritis bagi siapa pun yang ingin mempelajari sejarah Jawa kuno dengan lebih serius. Berbagai informasi, fakta, serta sumber yang disusun dalam daftar pustaka, yang disajikan Supratikno, dapat menjadi panduan untuk mendalami kehidupan masyarakat dan kerajaan Jawa kuno secara lebih mendalam dan luas.

Bukan tidak mungkin, apa yang pembaca temukan ketika mempelajari peradaban Jawa kuno, dapat dilihat relevansinya dengan perjalanan sejarah Jawa pada masa kini, sehingga sebuah alur yang dinamis antara masa lalu dan masa kini dapat dipetakan. Dengan adanya alur ini, bisa dikatakan bahwa peradaban Jawa tidak berakhir pada masa Majapahit, tetapi terus hidup hingga saat ini, menjadi bagian integral sejarah Jawa pada khususnya dan sejarah Indonesia pada umumnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *