Kaleidoskop Sejarah Indonesia 2023: Tahun Repatriasi Benda Bersejarah

Berbicara mengenai sejarah Indonesia pada 2023, kita tidak bisa lepas dari beberapa peristiwa penting. Salah satu peristiwa tersebut adalah repatriasi terhadap benda-benda bersejarah Indonesia oleh Belanda, mantan penjajah kita.

Pada akhir November 2023, sebagai agenda akhir tahun, pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyelenggarakan pameran bertajuk Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara. Pameran tersebut, melansir rilis resmi Kemendikbudristek pada 27 November 2023, merupakan hasil kolaborasi unit Museum dan Cagar Budaya, Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda, serta Historia.id.

Dalam pameran Repatriasi tersebut, dipamerkan 152 benda-benda bersejarah, baik dari hasil proses repatriasi sebelumnya, atau yang telah menjadi koleksi masterpiece Museum Nasional Indonesia. Beberapa benda bersejarah yang tiba tahun ini sebagai hasil repatriasi yang dipamerkan antara lain Koleksi Candi Singosari, Koleksi Keris Klungkung, dan Koleksi Pusaka Kerajaan Lombok.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarin, saat menyambut kepulangan empat arca Singasari dari Belanda ke Indonesia di Museum Nasional, courtesy of Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek

Ketika pemerintah Belanda dan Indonesia bersepakat untuk melakukan repatriasi terhadap barang-barang bersejarah Indonesia pertengahan tahun 2023, publik ikut berdiskusi dan berpolemik, terutama di media sosial.

Sebagian kalangan berpendapat bahwa repatriasi adalah sebuah kewajiban yang perlu dilakukan Belanda, dan mereka berharap, lebih banyak (atau semua) benda-benda bersejarah yang mereka boyong ke Belanda dikembalikan ke negara bekas koloni mereka.

Di sisi yang berbeda, tak sedikit pihak yang berpendapat bahwa repatriasi tidak perlu dilakukan, karena Indonesia memiliki sejarah panjang ketidakbecusan merawat benda-benda bersejarah mereka. Hal tersebut menjadi semakin nyata, ketika pada pertengahan September, Museum Nasional terbakar.

Museum Nasional ketika terbakar pada pertengahan September 2023 lalu, courtesy of BBC

Terlepas dari perdebatan tersebut, repatriasi, sebagai upaya dekolonisasi sejarah yang dilakukan Belanda, perlu dilakukan. Mengingat pemerintah Belanda, dengan sangat aktif, berusaha memaknai kembali jejak-jejak kelam yang mereka tinggalkan selama menjajah Indonesia, repatriasi merupakan salah satu upaya mereka untuk mengubah hal tersebut.

Baca Juga  Benarkah Suara Rakyat adalah Suara Tuhan?

Untuk mendukung upaya tersebut, pemerintah Indonesia juga perlu segera bersikap. Mereka, dengan datangnya benda-benda yang menjadi peninggalan sejarah negara-bangsa Indonesia, perlu mempersiapkan fasilitas mumpuni untuk merawat koleksi-koleksi tersebut. Jangan sampai, mereka justru menjadi semakin tidak terawat di Indonesia, negara yang seharusnya merawat jejak sejarah mereka sendiri.

Melihat sejarah Indonesia pada 2023, dapat dikatakan bahwa tahun 2023 merupakan tahun repatriasi sejarah Indonesia. Bagi Belanda, mereka dapat memaknai kembali, serta mengakui, kesalahan-kesalahan mereka pada masa silam. Bagi Indonesia, repatriasi merupakan langkah untuk melakukan kajian yang lebih serius terhadap sejarah Indonesia.

Jangan sampai, benda-benda yang telah kembali hanya menjadi pajangan penghias lemari kaca saja. Mereka perlu diperkenalkan, tidak hanya kepada generasi muda sebagai penerus perjalanan sejarah Indonesia, tetapi juga oleh sejarawan dan peneliti lainnya, yang nantinya akan menghasilkan kajian-kajian baru dan segar mengenai masa silam negara kita tercinta ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *