Judul Buku | Mythologies |
Penulis | Roland Barthes |
Penerbit | The Noonday Press |
Kota Terbit | New York |
Tahun Terbit | 1991[1972] |
Halaman | 164 halaman |
Penerjemah | Annette Lavers |
Ketika mendengar kata “mitos”, apa yang pembaca bayangkan? Tentu, bagi pembaca, hantu, tuyul, mandau terbang, bumi datar, autisme dalam vaksin, adalah mitos. Juga, penciptaan mengenai manusia serta dewa-dewi Yunani, Romawi, Nordik (Norse), Jawa-Bali (Hindu), dan lainnya, akan pembaca posisikan sebagai “mitos”. Tetapi, pernah pembaca membayangkan bahwa Monday Night Raw adalah perwujudan dari mitos?
Bagi Roland Barthes, mitologi adalah bagian berikutnya dari signifikasi (signification) atas bahasa. Dengan melanjutkan pendekatan semiotika yang digagas Saussure, Barthes menemukan bahwa mitos tercipta dari signifikasi atas tanda bahasa, yang dihasilkan dari signifikasi antara “pertanda” dan “penanda”. Mungkin agak sedikit memusingkan bagi pembaca yang belum sempat menyentuh Saussure, akan lebih mudah sekiranya jika kami menampilkan salah satu contoh, contoh pertama, yang disajikan Barthes, mengenai gulat (professional wrestling).
Arena gulat professional adalah sebuah panggung sandiwara yang besar. Dalam panggung tersebut, dua atau lebih karakter beradu satu sama lain, memperebutkan kemenangan dan kejayaan. Mereka tidak seperti gulat dalam olimpiade yang mencari pemenang untuk diberikan medali. Gulat yang mereka sajikan adalah aksi teatrikal dan olahraga yang bercampur menjadi satu kesatuan. Dengan bahasa masa kini, gulat mereka adalah gulat yang sudah “tertuliskan” (scripted).
Dalam arena gulat, setiap pegulat memainkan peran mereka masing-masing. Ada yang kocak, menghibur, membuat penonton terpingkal-pingkal, seperti Santino Marella dan Hornswoggle dewasa ini, ada yang serius dan serba garang, seperti Brock Lesnar, ada juga yang menampilkan penampilan yang popular nan elegan, seperti Carlito.
Dalam sifat, ada pegulat yang memainkan tabiat serba baik (face/babyface), dan ada pegulat yang memiliki sifat serba jahat (heel). Dengan lagu tema yang mengiringi kemunculan mereka, peran mereka dipertegas dan disajikan dengan penuh signifikasi kepada para penonton dan penggemarnya. Tanpa sadar, sebuah pertandingan gulat yang mereka saksikan, mereka sudah menjadi konsumen mitos.
Buku ini dibagi menjadi dua bagian, bagian yang kami sebut sebagai bagian “contoh dan realita mitos” serta mengenai “mitos dan signifikasi linguistik”. Untuk pembaca awam, terutama bagi mereka yang belum sempat membaca Saussure, dengan menarik contoh-contoh yang disajikan pada bagian pertama, pembaca dapat membayangkan dengan mudah apa itu mitos, dan setidak-tidaknya mengetahui cara mengamati, mengetahui, dan mengupas mitos yang terdapat dalam kehidupan pembaca. Bagian kedua, kami tekankan kepada mereka yang ingin mendalami secara saintifik mengenai mitos, terutama mengenai linguistik.
Barthes terkenal sebagai penulis yang menulis dengan bahasa yang asing bagi telinga pengguna bahasa Inggris dewasa ini, dan cukup berat untuk dibaca sendirian. Sertai kamus bahasa Inggris kecil ataupun pencarian internet untuk menandai kata-kata yang asing dan sulit yang pembaca temukan ketika membaca buku ini.
Setelah pembaca menyelami buku ini, tidak perlu takut lagi dengan mitos. Ia pada dasarnya sesuatu yang tidak bisa dihindari, dan kita akan tetap mengosumsinya dalam kadar yang berbeda-beda. Yang menjadi poin penting, setelah menyelesaikan buku ini, pembaca tersadarkan bahwa mitos tidak melulu soal klenik dan dewa-dewi.