Musik, Pembuka Kenangan Masa Lalu dalam Penulisan Historiografi

Mendengarkan Musik

Setiap manusia memiliki kenangan, dan itu telah menjadi bagian dalam kehidupannya. Banyak cara untuk membuka kenangan tersebut, terutama tentang peristiwa masa lalu. Entah perlu diingat atau tidak, terkadang, saat ada lagu yang sedang diputar, secara tanpa disadari memori otak bisa kembali mengingat peristiwa yang sudah terjadi.

Rasa tenang saat mendengarkan musik, mendengarkan lirik lagu yang kita sukai, membawa alam pikiran kita terasa seperti membuka memori masa lalm. Berbagai kejadian dan peristiwa kembali menghiasi alam pikiran kala sebuah lagu diputar.

Ilustrasi seseorang yang sedang mendengarkan musik, courtesy of HonestDoc

Djohan, dalam buku Psikologi Musik, mengatakan bahwa musik adalah produk pikiran. Elemen vibrasi dalam bentuk frekuensi, amplitudo, dan durasi, belum menjadi sebuah musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasikan secara neurologis dan diinterpretasikan melalui otak menjadi pitch (nada-harmoni), timbre (warna suara), dinamika (keras-lembut), dan tempo (cepat lambat). Transformasi musik dan respons manusia (perilaku) adalah unik untuk dikenali (kognisi), karena otak besar manusia berkembang dengan amat pesat sebagai akibat dari pengalaman musik sebelumnya.

Dengan adanya lagu yang didengarkan di suatu tempat, meskipun lagu tersebut asing bagi kita, akan menjadi pengantar untuk membuka memori ketika dalam beberapa waktu ke depan, lagu tersebut kita dengarkan kembali di tempat yang berbeda.

Ilustrasi bernostalgia melalui musik, courtesy of detikcom

Perpaduan musik dan lirik yang harmonis akan membawa dampak pada tanana sistem otak manusia sehingga ia akan mengapresiasikannya dengan berbagai wujud ekspresi. Bahagia, sedih, menangis, tersenyum, marah, hingga tertawa, merupakan gambaran ruang psikologis kejiwaan manusia seketika ketika mendengarkan sebuah musik dan lirik lagu.

Musik dan Penulisan Historiografi

Ketika menulis sebuah karya sejarah (historiografi), seseorang terkadang akan melakukannya sambil mendengarkan musik. Itu adalah hal yang lumrah saat ini. Meski ada sebagian orang yang menulis tanpa adanya gangguan musik atau suara, mereka yang menulis sambil mendengarkan musik akan mendapati ketenangan, kedamaian, serta mampu menjaga daya imajinasi otak agar tetap stabil.

Baca Juga  Apakah Buku Masih Relevan di Era Internet?

Menurut Riyan Hidayatullah dalam buku Pendidikan Musik, musik adalah bunyi yang memiliki pola-pola dan elemen musikal yang tersusun dan memiliki konsep. David Ewen, melalui Soedarsono (1992), berpendapat bahwa musik adalah bagian dari ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental. Ia meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan, terutama aspek emosional.

Menurut Kelly Jakubowski, asisten profesor dalam bidang psikologi musik di Durham University, baru-baru ini para peneliti mulai mengungkapkan mengapa musik menjadi isyarat yang bagus untuk memunculkan kenangan. Musik kerap mengiringi banyak acara di sepanjang kehidupan manusia, seperti perpisahan, wisuda, pernikahan, dan pemakaman. Ini membuat musik dapat berperan penting dalam menghubungkan kita kembali dengan momen-momen yang membentuk diri kita. Musik juga sering menarik perhatian kita, karena ia dapat memengaruhi pikiran, tubuh, dan emosi kita

Ilustrasi menulis sambil mendengarkan musik, courtesy of Highend Magazine

Begitu pula dalam penulisan laporan penelitian, ada pula penulis yang membutuhkan harmoni menulis dengan cara mendengarkan lagu yang mereka sukai. Musik memberi ruang imajinasi otak untuk menata struktur pemikiran yang seadng dituangkan dalam bentuk tulisan.

Sebagai contoh, saat ingin menulis historiografi masa kemerdekaan Indonesia, lagu-lagu kebangsaan dan perjuangan memiliki peran penting untuk mengantarkan imajinasi otak kita ke masa perjuangan dahulu. Ketika itu terjadi, masa kemerdekaan Indonesia, masa perlawanan melawan penjajah, dapat ditulis dan direkonstruksi dengan lebih baik.

Daya ingat manusia memiliki keterbatasan, dan musik menadi media pengantar yang baik agar daya ingat tersebut setidaknya bisa kembali untuk dikenang. Ini berlaku terutama saat menulis sebuah historiografi, musik dapat menjadi pengantar untuk membuka alam pikiran dan imajinasi untuk memahami data yang akan menjadi bahan tulisan. Terkadang, dengan musik instrumental, musik pop, atau musik bernuansa syahdu, kreativitas dalam menulis akan bangkit.

Baca Juga  Mitos 350 Tahun Dijajah, Apa Kita Masih Membutuhkannya?

Dapat dikatakan, musik dapat membantu seorang penulis, terutama penulis sejarah, dalam proses penulisan historiografi. Selain dapat membangkitkan imajinasi akan masa silam, ia dapat memantik memori masa lampau sehingga penulisan sejarah dapat menjadi lebih mudah dan lebih akurat dengan masa lalu. Daya ingat manusia memiliki keterbatasan, dan musik dapat menjadi pemantik baik untuk membangkitkan memori masa silam seseorang akan sebuah peristiwa masa lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *