Judul Buku | Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia |
Penulis | Ahmad Mansyur Suryanegara |
Penerbit | Mizan |
Kota Terbit | Bandung |
Tahun Terbit | 1998 [1995] |
Halaman | 335 halaman |
Sejak awal berdirinya negara-bangsa Indonesia, muncul kesadaran di benak para pendiri bangsa untuk menyajikan kisah perjalanan mereka dalam bentuk rekonstruksi sejarah. Sejarah yang disajikan, yang diwujudkan dalam enam jilid buku babon Sejarah Nasional Indonesia (1975), merupakan peletak dasar historiografi Indonesia yang sekuler dan nasionalis. Disayangkan, bagi beberapa kalangan, khususnya kelompok Islam, penyajian sejarah dengan pendekatan demikian belum memuaskan kepentingan mereka.
Melalui buku Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Amhad Mansyur Suryanegara mencoba menawarkan perspektif Islam dalam melihat sejarah Indonesia kepada publik dan negara. Buku yang merupakan kumpulan tulisan tercecer Suryanegara di beberapa media, disajikan dengan harapan menggugah keinginan pembacanya untuk memahami sejarah Indonesia dalam bingkai Islam. Dengan mengambil judul besar Menemukan Sejarah, Suryanegara mengajak pembaca untuk menyelami kekayaan perspektif yang ditawarkan Islam dalam khazanah historiografi Indonesia.
Dalam wacana pertama, Suryanegara menunjukan bahwa dengan menggunakan basis penelitian berlandaskan Islam, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia, dapat disajikan narasi sejarah yang baik. Dengan berpatokan pada ayat-ayat dalam kitab suci Alquran, Suryanegara menekankan bahwa sejarah merupakan entitas yang hidup, yang ditulis untuk keberadaan masa kini dan masa mendatang. Ia tidak mati, dipikirkan hanya untuk mengenang masa lalu.
Suryanegara menawarkan beberapa pendekatan dan contoh-contoh penyajian sejarah Indonesia, yang sudah lama dikenal publik, dengan napas agama Islam. Dalam tulisannya mengenai Kartini, misalkan, Suryanegara menyajikan Kartini tidak sebagai seorang bangsawan pergerakan yang sekuler. Ia disajikan dekat dengan ajaran-ajaran Islam. Hal tersebut serupa dengan artikel Padma Malikahani dalam media Historical Meaning, yang menunjukan bahwa Kartini punya keinginan dan ketertarikan untuk mendalami Islam, menjadi hamba Allah.
Dengan melihat kembali sejarah sebagai realita masa kini dan bayangan masa mendatang, buku Menemukan Sejarah dapat menjadi buku bacaan awal bagi siapa saja, khususnya mereka yang tertarik mengenai Islam dalam historiografi Indonesia.
Untuk saya pribadi, buku ini dapat menjadi pengantar untuk menyelami karya populer lain Suryanegara, yakni Api Sejarah. Pembaca yang kritis dapat menemukan alasan, mengapa Suryanegara sangat getol menempatkan Islam dalam tulisan-tulisannya mengenai sejarah Indonesia.
Dengan melihat wacana demi wacana, tulisan demi tulisan, yang disajikan Suryanegara, negara, sebagai pemilik kuasa dalam penyusunan historiografi nasional, dapat memikirkan kembali untuk melakukan pemaknaan ulang atas sejarah yang selama ini mereka susun dan sakralkan.
Diharapkan, Islam, sebagai salah satu kekuatan besar penggerak sejarah Indonesia, dapat mendapatkan ruang yang lebih nyaman dalam historiografi Indonesia. Ia tidak hanya mendapatkan kesempatan dalam penulisan sejarah, tetapi juga dapat memecahkan permasalahan umat muslim Indonesia, yang memiliki akar sejarah kompleks, yang masih belum dapat diuraikan dan dipecahkan negara.