Comecon, Instrumen Uni Soviet untuk Mengendalikan Eropa Timur

Bendera Comecon

Kemunculan Molotov Plan yang dicetuskan Vyacheslav Molotov pada 1947 merupakan reaksi terhadap Marshall Plan yang menyebar di kawasan Eropa. Pada masa itu, ekonomi Eropa sedang memburuk pasca-Perang Dunia II. Marshall Plan, yang dikenalkan oleh George Marshall, menteri luar negeri Amerika Serikat, menjadi gagasan yang menyebar ke wilayah Eropa.

Vyancheslav Molotov (1890-1986), pencetus Molotov Plan, courtesy of Wikipedia

Inggris dan Prancis mengundang delegasi Uni Soviet untuk hadir dalam Konferensi Paris pada 26 Juni 1947. Namun, Uni Soviet menolak undangan tersebut. Alasan mereka, adalah karena Molotov menuduh kekuatan Barat mencoba membagi Eropa menjadi dua blok, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Selain itu, Uni Soviet khawatir jika integrasi ekonomi di Eropa menjadi ancaman untuk melemahkan pengaruh mereka di Eropa Timur.

Melalui Molotov Plan, Uni Soviet berusaha membantu menbata ulang dan membenahi perekonomian negara-negara Eropa Timur. Ini menjadi peluang bagi mereka untuk memperkuat legitimasi mereka di kawasan tersebut. Molotov Plan juga menjadi cikal bakal pembentukan Comecon. Apa itu?

Awal Mula Munculnya Comecon

Mengutip Britannica, Comecon atau Council for Mutual Economic Assistance adalah sebuah kebijakan luar negeri Uni Soviet yang berfokus pada bidang ekonomi. Kebijakan ini diarahkan untuk mengkoordinasikan perekonomian negara-negara di Eropa Timur. Comecon sendiri dibentuk pada 25 Januari 1949.

Mengutip W. Gumpel dalam tulisan berjudul Der rat fur Gegenseitige Wirtschafshilfe als Instrument sowjetischer Hegemonie, negara anggota Comecon antara lain Bulgaria, Cekolowakia, Hungaria, Polandia, dan Romania. Jerman Timur, sebagai sebuah negara komunis, baru bergabung ke dalam Comecon pada September 1950.

Logo Comecon, courtesy of Wikipedia

Tujuan dibentuknya Comecon adalah untuk membendung pengaruh doktrin ekonomi Blok Barat terhadap negara-negara Eropa Timur. Melansir W. Gumpel, bahwa Polandia, Cekoslowakia, dan Yugoslafia hampir tergiur dengan bnatuan modal ekonomi dari Amerika Serikat. Ini membuat kepentingan Uni Soviet di kawasan Eropa Timur terancam. Untuk mengatasi dan mencegah hal tersebut, Uni Soviet berupaya meningkatkan hubungan ekonomi dengan kawasan-kawasan di Eropa Timur.

Baca Juga  Tradisi Maulid Arbain dan Nilai Pentingnya bagi Muslim Indonesia

Selain itu, Uni Soviet juga ingin membuktikan dirinya sebagai negara yang mampu menyatukan negara-negara Eropa Timur, disatukan dengan sistem ekonomi sosialis. Sebagai penguasa Comecon, Uni Soviet menerapkan kebijakan keseragaman industrialisasi dalam sistem ekonominya. Langkah ini sebagai upaya untuk memudahkan Uni Soviet dalam melakukan penguasaan kebijakan luar negeri mereka di Comecon.

Bendera Comecon, courtesy of Wikipedia

Uni Soviet memiliki kebebasan untuk mengatur penetapan harga terhadap perdagangan luar negeri di Eropa Timur. Namun, negara adidaya tersebut justru mengalami kendala dalam menentukan harga yang seragam. Mengutip W. Gumpel, ini terjadi karena adanya reward bagi negara Comecon yang menunjukkan perilaku baik. Bentuk reward tersebut adalah adanya penetapan harga yang rendah ketika memasok barang dari Uni Soviet.

Negara anggota Comecon justru memasarkan produknya dengan menentukan harga yang tinggi. Dampaknya, Uni Soviet mengeluh terhadap hal tersebut. Negara anggota Comecon mempunyai motif sendiri, yakni berusaha untuk meraup keuntungan yang besar atas penjualan produk mereka.

Perkembangan Comecon Terhadap Eropa Timur

Pada masa awal berdirinya Comecon, mengutip C. Bente dalam tulisan Economic Evolutions during The Cold War: romania in The Comecon (1949-1965), negara anggota Comecon menerapkan pembangunan ekonomi yang berdasarkan industrialisasi cepat. Sektor pertanian, di sisi lain, kurang mendapat perhatian. Alasannya, adalah karena mereka ingin berfokus untuk menciptakan fondasi kemandirian ekonomi yang kuat, membuat mereka tidak bergantung pada kapitalis Barat.

Pada masa itu, negara-negara Eropa Timur mengalami pertumbuhan per kapta. Namun, standar hidup di hampir setiap kawasan tersebut justru mengalami penurunan.

Foto sebuah pabrik yang sedang melakukan kegiatan produksi di Blok Timur, courtesy of IAS CEU – Central European University

Selain itu, negara anggota Comecon juga diwajibkan untuk menerapkan kebijakan ekonomi berdasarkan model Uni Soviet. Mengutip sebuah artikel berjudul Sejarah Politik dan Kekacauan Ekonomi di Hungaria Tahun 1956 oleh Eldin Suhantyo, Hungaria, salah satu negara anggota Comecon, tidak mampu mencapai target untuk meningkatkan standar hidup masyarakatnya melalui Rencana Lima Tahun periode pertama pada 1950. Ekspor besar-besaran menimbulkan kelangkaan barang, berpengaruh terhadap upah buruh yang mengalami penurunan.

Baca Juga  Menelisik Jejak-Jejak Pembaruan Islam KH Abdul Halim di Majalengka

Selain itu, mengutip J. Lllwellyn dan S. Thompson dalam Romania under Ceausecu, Rumania, negara anggota Comecon lainnya, diwajibkan untuk menerapkan kebijakan ekonomi Stalinis. Kebijakan ini memaksa Rumania untuk melakukan industrialisasi cepat. Selain itu, kolektivisasi pertanian juga dipaksakan untuk berlaku di negara ini. Ini mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Romania selama bergabung dalam Comecon.

New Arbat Avenue di Moscow, Rusia, yang pernah menjadi markas Comecon, courtesy of The New Federalist

Pasca wafatnya Stalin pada 1953, Nikita Khrushchev mendorong Comecon mengupayakan revitalisasi spesialisasi. Tujuannya, untuk mendorong reformasi ekonomi yang lebih pragmatis. Sebagai contoh, Rumania dan Bulgaria, yang kaya akan sumber daya alam seperti minyak dan gas, menjadi pemasok bahan mentah. Jerman Timur, sebagai negara industri, menjadi pemasok barang jadi. Dengan potensi sumber daya yang berbeda yang dimiliki negara-negara Eropa Timur, diharapkan negara anggota Comecon dan Blok Timur dapat bersaing dengan Blok Barat dalam memajukan ekonomi mereka.

Dampak dari Kebijakan Comecon bagi Eropa Timur

Comecon memberikan beberapa dampak bagi negara-negara Eropa Timur. Pertama, ia menguatkan kendali Uni Soviet di kawasan tersebut. Negara adikuasa tersebut mempunyai kebebasan dalam mengatur penetapan harga dan keseragaman dalam industrialisasi. Ini memperkuat kontrol politik negara tersebut atas satelit-satelitnya di Eropa Timur.

Kedua, Comecon memberikan integrasi ekonomi secara terpusat terhadap Eropa Timur. Negara-negara anggota Comecon dipaksa untuk mengintegrasikan ekonomi mereka ke dalam sistem yang dikendalikan Uni Soviet. Kebijakan ini memaksa mereka untuk mengikuti Uni Soviet, yang membuat mereka sulit untuk mengembangkan sektor perekonomiannya secara luwes dan mandiri.

Ketiga, Comecon membatasi akses akan teknologi Blok Barat. Eropa Timur, yang terisolasi dari Blok Barat, membuat kawasan tersebut tidak dapat menggunakan teknologi yang canggih. Negara-negara anggota Comecon hanya bergantung kepada teknologi Uni Soviet. Ini berdampak terhadap rendahnya daya inovasi negara-negara anggota Comecon dalam memproduksi teknologi baru.

Komputer pada era Blok Timur, courtesy of Wikimedia Commons/FAndrey

Keempat, adanya kesenjangan ekonomi yang terjadi di dalam negara anggota Comecon. Tujuan Comecon sebenarnya adalah untuh mendorong ekonomi yang seimbang. Namun, realitanya, ia justru memunculkan kesenjangan ekonomi yang besar di antara negara-negara anggotanya. Sebagai contoh, Jerman Timur dan Cekoslowakia mempunyai sektor industri yang jauh lebih berkembang daripada negara-negara yang tidak terlalu maju, seperti Albania dan Bulgaria.

Baca Juga  Hari Kebangkitan Nasional, Lebih Tua atau Lebih Modern?

Pada akhirnya, Comecon setidaknya berhasil membendung pengaruh Barat di Eropa Timur. Ia juga berhasil mengikatkan kontrol Uni Soviet atas negara-negara satelitnya. Meski terdapat beberapa dampak yang tidak terlalu baik bagi negara-negara satelit, kehadiran Comecon telah menjadi senjata bagi Uni Soviet untuk menegaskan kuasa mereka sebagai pemimpin Blok Timur di Eropa Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *