R. Ng. Ranggawarsita, melalui Sastra Candrarini, mengajarkan wanita akan konsep yang bersifat spiritual dan konsep yang bersifat fisik. Hal tersebut terungkap dalam Kuliah Umum bertajuk Traditional Lessons for Javanese Court Women: Ranggawarsita’s Description of Women yang digelar Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Kamis (28/3) lalu.
Dalam kuliah umum tersebut, yang digelar dalam rangka menyambut Hari Kartini, Profesor Filologi Indonesia University of Cologne, Jerman, Edwin P. Wieringa, mengatakan bahwa Serat Candrarini menceritakan karakter wanita dengan penggunaan simbol para istri Raden Arjuna.
“Mereka adalah Wara Sumbadra, Wara Srikandi, Dewi Manuhara, Dewi Larasati dan Dewi Gandawati. Mereka adalah para wanita ideal (idaman) suami bahkan figur istri terbaik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Edwin mengungkapkan bahwa Sastra Candrarini, yang ditulis Ranggawarsita pada 1860 M, tidak dapat dilepaskan dari keadaan masyarakat yang melahirkannya.
“Sastra Candrarini ditulis dalam bentuk tembang macapat, yang masing-masing jenisnya memiliki struktur khusus, yakni setiap bait terdiri dari sekian larik, setiap larik terdiri dari sekian suku kata (guru wilangan) dengan vokal akhir (guru lagu) tertentu,” jelasnya.
Dalam Sastra Candrarini, terungkap bahwa seorang wanita ideal setidak-tidaknya wajim memiliki sifat spiritual, seperti sabar, rendah hati, simpati, serta berbakti kepada orang tua dan mertua, setia, saling menasehati, serta pemaaf.
“Selain konsep spiritual, seorang wanita diharapkan dapat merias dan merawat diri, yang tertuang dalam konsep fisik,” tambahnya.
Menurut Edwin, konsep wanita ideal dalam Sastra Candradiri masih dapat diterapkan oleh wanita masa kini, meski dengan beberapa catatan yang perlu digarisbawahi.
“Memang ada perbedaan pandangan seperti contoh dari perspektif feminisme kontemporer,” komentar Edwin.
Mengakhiri kulaih umumnya, Edwin menekankan bahwa perlu adanya sebuah pendekatan historis dalam menganalisis karya sastra tradisional yang banyak ditemukan di Indonesia.
“Antara lain mengenai interpretasi bahasa, karena dalam menginterpretasikannya harus secara komprehenif dengan melihat dan memahami situasi kondisi dan budaya di masa itu,” pungkasnya menutup kuliah umum.
Sementara itu, Kepala PR MLTL, Sastri Sunarti, mengucapkan terima kasih kepada Edwin P. Wieringa yang telah memberikan pengetahuan mengenai manuskrip, terutama literatur yang ditelitinya, kepada peneliti BRIN maupun masyarakat umum yang tertarik terhadap sastra tradisional Indonesia.
“Saya berharap masyarakat mendapatkan manfaat dan menambah pengetahuan mengenai manuskrip, literatur, maupun tradisi lisan yang ada di Indonesia,” ungkapnya dalam kata penutup mengakhiri kegiatan.
*Disadur kembali dari rilis resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional pada 31 Maret 2024 dengan judul Interpretasi Manuskrip Adat Wanita Keraton Jawa dari Buku Ranggawarsita.