Bungkus Baru, Isi Lama: Sedikit Catatan mengenai Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Indonesia
Peringatan Hari Sumpah Pemuda, hingga tahun 2023 ini, masih belum dapat melepaskan diri dengan imaji pemuda yang ditinggalkan Sukarno dan Suharto.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda, hingga tahun 2023 ini, masih belum dapat melepaskan diri dengan imaji pemuda yang ditinggalkan Sukarno dan Suharto.
Putusan MK pada 2008 mereformasi sistem pemilu Indonesia untuk selamanya. Sistem proporsional terbuka memberikan ruang bagi para caleg untuk berkampanye secara langsung dan berkreasi.
Dalam historiografi Indonesia, pembangunan Jalan Raya Pos (Groote Postweg) digambarkan sebagai praktek korupsi besar-besaran Daendels yang kejam menggunakan tenaga kerja rodi. Apa benar demikian?
Ketika Presiden Soekarno sedang khusyuk menjalankan ibadah salat Iduladha, tidak disangka olehnya, sekelompok orang telah menanti kesempatan tersebut. Berjarak 15 meter di belakang Soekarno, mereka menembakkan pistol, “Dor!”, hampir membunuhnya.
Integrasi dan harmoni Bali diwujudkan dengan interaksi kebudayaan antara masyarakat Hindu dengan Nyama Selam, masyarakat Bali yang memeluk agama Islam. Interaksi ini merupakan kisah persaudaraan sehidup semati antara Islam dan Hindu di Pulau Dewata tersebut.
Untuk menumbuhkan berpikir menyejarah (historical thinking) dalam pengajaran sejarah, sejarawan wajib dikemas layaknya mendidik seorang sejarawan. Diharapkan, sejarah dapat dilihat sebagai sebuah proses dalam konteks ruang dan waktu.
Di tengah perkembangan teknologi dan tingkat literasi yang rendah, mengajarkan sejarah kepada masyarakat menjadi hal yang sulit dan menantang. Butuh usaha keras untuk menumbuhkan “pemikiran menyejarah” di Indonesia.
Pada 1816, Thomas Jefferson pernah menulis bahwa ia lebih menyukai mimpi masa depan dibandingkan sejarah masa silam. Apakah ini berarti masa depan lebih penting dibandingkan masa lalu?
Melalui buku “De Bergkoningin”, diharapkan pemerintah Indonesia menaruh perhatian terhadap keberadaan kereta uap peninggalan Belanda, sebagai wujud menjaga warisan memori masa lalu.
Meski memiliki banyak nama, tradisi Ruwahan di Jawa memiliki dua esensi, yakni menghormati arwah leluhur dan bercengkrama dengan sanak saudara untuk menyambut Ramadan secara bersama-sama.