Hari Sumpah Pemuda dirayakan setiap 28 Oktober di Indonesia. Peringatan ini kerap menjadi momen perenungan bagi kaum muda Indonesia untuk mengingat kembali kewajiban mereka dalam memajukan bangsa. Pemuda, yakni generasi Indonesia mulai usia 15 hingga 30 tahun, dalam negara memegang peran sebagai generasi penerus yang mendorong kemajuan dan kebudayaan bangsa.
Secara historis, peringatan Sumpah Pemuda diawali dengan pertemuan dan diskusi organisasi-organisasi pemuda dan perkumpulan pelajar daerah dalam Kongres Pemuda I dan II. Saat itu, pergerakan kaum muda yang ada masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Soematra, Jong Celebes. Ada juga perkumpulan pemuda terpelajar yang terikat pendidikan, seperti Perhimpunan Peladjar Peladjar Indonesia.
Pada Kongres Pemuda II, 27 hingga 28 Oktober 1928, mereka menyatakan diri sebagai Indonesia yang berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu. Meski begitu, peringatan Hari Sumpah Pemuda baru dimulai pada 1959, melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959.
Pada masa Sukarno, peringatan Hari Sumpah Pemuda lebih diarahkan untuk mendorong pemuda sebagai agen revolusi. Setidak-tidaknya, negara berharap kepada pemuda sebagai insan yang akan melanjutkan perjuangan menuntaskan jalannya revolusi di Indonesia.
Setelah kepemimpinan berganti, Suharto mengubah jalan perjuangan pemuda ke arah pembangunan. Pemuda tidak lagi dilihat sebagai agen revolusi; mereka sekarang adalah agen untuk mewujudkan pembangunan bangsa menuju era tinggal landas.
Lalu, bagaimana dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 2023 ini? Melalui tema “Bersama Majukan Indonesia”, negara menginginkan pemuda untuk bersatu dalam satu wadah mendorong kemajuan Indonesia. Ide pembangunan Orde Baru dan titik sentral pemuda sebagai agen “revolusi” (baca: kemajuan bangsa) masih belum dapat dilepaskan. Akar peringatan Hari Sumpah Pemuda pada dua kepemimpinan awal Indonesia masih melekat hingga saat ini.
Meski masih belum lepas dengan akar historisnya, apakah ini berarti pemuda Indonesia tidak dapat memperingati Hari Sumpah Pemuda? Mungkin keliru untuk mengatakan “tidak dapat”, tetapi lebih sebagai “perlu perubahan pemaknaan”. Hari Sumpah Pemuda, setidak-tidaknya mulai 2023 ini, perlu ditempatkan dalam konteks historis dan historiografi, sehingga benar-benar mampu mendorong pemuda untuk menjadi agen kemajuan bangsa.
Dengan menempatkan Hari Sumpah Pemuda dalam konteks historis dan historiografi, baik sebagai sebuah peristiwa pada 1928 maupun peringatan hari besar negara tersebut pada masa Sukarno dan Suharto, menjadi pemantik untuk menggerakan mesin-mesin kesejarahan pemuda, tidak hanya sebatas merayakan Hari Sumpah Pemuda dengan twibbon atau jargon, tetapi juga dengan kesadaran sejarah yang objektif dan kritis.