Perang Rusia-Jepang, Titik Balik Bangsa Asia Menghadapi Dominasi Bangsa Barat

Perang Rusia-Jepang

Tanggal 5 September 1905 menjadi hari penting bagi bangsa-bangsa Asia. Pada tanggal tersebut, Perjanjian Portsmouth secara resmi ditandatangani, mengakhiri Perang Rusia-Jepang yang terjadi pada 1904 hingga 1905.

Hasil perang tersebut begitu mengejutkan. Negara kecil dan mungil, yakni Jepang, mampu memenangkan perang melawan Rusia, salah satu kekuatan imperialis besar Eropa.

Melalui perjanjian tersebut, hasil perang tidak hanya tergambar begitu saja. Ia juga menjadi simbol tunduknya kekuatan Eropa, yang diwakilkan oleh Kekaisaran Rusia, kepada kekuatan baru di Asia Timur tersebut.

Figur-figur yang terlibat dalam Perjanjian Portsmouth, courtesy of The Treaty of Portsmouth

Perang Rusia-Jepang merupakan peristiwa monumental bagi Jepang dan bangsa Asia. Keyakinan bahwa bangsa Eropa jauh lebih superior dari bangsa Asia mulai terbantahkan melalui perang tersebut.

Bagaimana cara Jepang membungkam arogansi Kekaisaran Rusia dalam perang ini? Bagaimana riwayat perang Rusia-Jepang, yang kemudian menjadi api pembangkit bangsa-bangsa Asia lainnya untuk melakukan perlawanan terhadap superioritas Eropa?

Riwayat Jepang menjadi Negara Imperialis

Pada 8 Juli 1853, warga Edo (kini Tokyo) gempar. Mereka kedatangan lima ekor ular yang sedang marah. Itulah kurofune, armada kapal hitam yang dipimpin oleh Komodor Matthew Perry. Setahun kemudian, Perjanjian Kanagawa ditandatangani, menyudahi politik sakoku (isolasi) yang diberilakukan Keshogunan Tokugawa.

Peristiwa tersebut menyadarkan orang-orang Jepang, bahwa mereka sangat tertinggal. Mereka tertinggal secara ekonomi, militer, dan teknologi dari negara-negara Eropa.

Demi mengejar ketertinggalan tersebut, pada 1868, setelah kepala pemerintahan negara dipulihkan kepada Kaisar Meiji, Jepang memulai sebuah gerakan restorasi, dikenal sebagai Restorasi Meiji. Restorasi ini berhasil mendorong perkembangan Jepang dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Berkat restorasi ini, Jepang berhasil menjadi negara industri pertama di Asia.

Kaisar Meiji, pelopor Restorasi Meiji, courtesy of Kompas.com

Bukti kesuksesan Restorasi Meiji dapat dilihat ketika Jepang sukses mengalahkan Tiongkok dalam Perang Jepang-Tiongkok Pertama. Jepang, yang saat itu membutuhkan sumber daya alam untuk menggerakkan mesin-mesin mereka, berperang dengan Tiongkok untuk merebut pengaruh di Korea. Setelah memenangkan perang, Jepang mendapatkan wilayah Taiwan dan Semenanjung Liaodong melalui Perjanjian Shimonoseki.

Rusia dan Kepentingannya di Asia Timur

Ketika Jepang berhasil merebut Semenanjung Liaodong, Kekaisaran Rusia, dengan kebijakan ekspansionisnya, telah memerhatikan wilayah tersebut sejak lama. Pelabuhan mereka di Vladivostok tidak bisa digunakan saat musim dingin. Rusia membutuhkan Semenanjung Liaodong, sebagai pelabuhan yang dapat digunakan setiap saat.

Baca Juga  Pemilu Sistem Proposional Terbuka dan Perbaikan Demokrasi di Indonesia pada Era Reformasi

Mendengar Jepang memeroleh Semenanjung Liaodong, Rusia tidak terima dan mengajukan protes. Rusia, yang merasa kepentingan imperialismenya terancam, menggandeng Prancis dan Jerman untuk bersama-sama mengultimatum Jepang agar mengembalikan Semenanjung Liaodong.

Jepang bersedia, dan menerima 30.000.000 taels sebagai ganti rugi dari Tiongkok. Namun, Jepang menerima ultimatum tersebut lebih karena ia tak sanggup menghadapi ketiga negara tersebut sekaligus.

Setelah berhasil mengamankan Semenanjung Liaodong, Rusia memiliki kebebasan untuk menancapkan pengaruhnya di wilayah Manchuria dan sekitarnya. Rusia, yang membantu Tiongkok untuk melunasi pembayaran ganti rugi kepada Jepang, mendapatkan hak untuk membangun rel kereta api Trans-Siberia di Manchuria. Ambisi ekspansionis Rusia di wilayah tersebut sampai pada puncaknya ketika Pemberontakan Boxer terjadi pada 1900.

Prajurit Jepang saat Perang Tiongkok-Jepang Pertama (1895), courtesy of Wikipedia

Pemberontakan Boxer, yang terjadi di Peking (sekarang Beijing), mengancam keberlangsungan warga negara asing di kota tersebut. Oleh karena itu, Rusia, bersama tujuh negara lain, membentuk aliansi delapan negarauntuk menumpas pemberontakan.

Pemberontakan berhasil dipadamkan pada 1901. Pasukan militer negara-negara aliansi ditarik kembali. Namun, Rusia, yang ingin memperkuat pengaruhnya di wilayah tersebut, tidak menarik pasukannya.

Mendengar kabar tersebut, Jepang mengajukan protes. Menurut Jepang, keberadaan Rusia di tanah Manchuria akan semakin mempersulit kebijakan imperialisme negara industri baru tersebut. Selain itu, keberadaan tentara Rusia di wilayah tersebut dipandang sebagai ancaman nyata terhadap kedaulatan wilayah Jepang, yang berada tidak jauh dari Manchuria.

Merasa Rusia sudah kelewat batas, Jepang, atas izin sang kaisar, mendeklarasikan perang terhadap Rusia pada 10 Februari 1904.

Perang Pecah, dan Jepang Berhasil Memenangkannya

Perang Rusia-Jepang diawali dengan Admiral Togo Heihachiro, yang mengirim kapal-kapal torpedo untuk melakukan serangan mendadak terhadap kapal-kapal Rusia di Pelabuhan Port Arthur. Serangan tersebut sukses menjebak kapal-kapal milik Rusia agar tidak keluar dari pelabuhan.

Walau ada usaha dari Admiral Makarov untuk keluar dari Pelabuhan Port Arthur, kapal yang ia tumpangi mengenai ranjau dan tenggelam. Pada akhirnya, usaha untuk keluar dari pelabuhan berakhir dengan kegagalan. Pelabuhan Port Arthur akhirnya jatuh ke tangan Jepang pada 2 Januari 1905, setelah pasukan garnisun pelabuhan memutuskan untuk menyerah.

Baca Juga  Membincang M. C. Ricklefs dan Sumbangannya terhadap Sejarah Indonesia

Di darat, Angkatan Darat Kekaisaran Jepang berhasil mendaratkan pasukannya di Semenanjung Korea, dan bertempur dengan tentara Rusia di Sungai Yalu pada 1 Mei 1904. Dengan jumlah pasukan yang lebih banyak, pasukan Jepang mampu mendominasi pertempuran dan berhasil memenangkan pertempuran. Ini menjadi kemenangan pertama bangsa Asia melawan bangsa Eropa di era modern.

Tentara Jepang yang sedang melakukan pendaratan dalam Perang Rusia-Jepang, courtesy of Britannica

Puncak pertempuran darat terjadi di wilayah Mukden, Manchuria. Walaupun kalah jumlah, pasukan Jepang yang memiliki keunggulan mobilisasi pasukan dan suplai mendominasi jalannya pertempuran dengan mengepung pasukan Rusia dari tiga arah. Dalam perang besar ini, pasukan Jepang lagi-lagi menjadi pemenang, dan memukul mundur pasukan Rusia ke utara.

Di lautan, Armada Baltik, yang telah berlayar sejauh 20.000 mil stelah sampai di perairan Selat Tsushima. Armada tersebut, yang didominasi oleh kapal-kapal tua dan awak kapal yang tidak terlatih dan kelelahan, harus berhadapan dengan kapal-kapal Jepang yang jauh lebih baru dengan awak yang lebih terlatih.

Pertempuran terjadi pada 27 Mei 1905, dengan hasil kapal-kapal Rusia berhasil ditenggelamkan oleh Angkatan Laut Jepang. Kapal Rusia yang mencoba melarikan diri ke Vladivostok, berhasil dicegah dan dihancurkan Jepang.

Kekalahan besar yang diterima Rusia di Tsushima merupakan pukulan telak bagi negara imperialis tersebut. Dengan sukses, Jepang membuktikan dirinya bahwa negara kecil di Asia mampu menenggelamkan kapal-kapal perang Kekaisaran Rusia. Kemenangan Jepang dalam pertempuran laut tersebut, nantinya, menaikkan reputasi Jepang di kancah internasional.

Kebangkitan Bangsa Asia Dampak Perang Rusia-Jepang

Kemenangan Perang atas Rusia dalam perang Rusia-Jepang ternyata mampu menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Asia tidak dapat dianggap sebelah mata. Jepang, yang awalnya hanya dianggap sebagai Orang Kuning Asia yang lemah, mampu mematahkan stereotip tersebut dan tumbuh menjadi kekuatan adikuasa baru.

Baca Juga  Tradisi Arak Penganten di Dusun Pelinggihan, Dimeriahkan dengan Jaran Kencak

Keberhasilan Jepang tersebut tidak hanya dirasakan oleh rakyat Jepang semata. Di negara-negara Asia lain, seperti Tiongkok, Filipina, India, Turki, dan Indonesia, semangat kejayaan bangsa Jepang juga ikut terwariskan.

Sebagai contoh, di Tiongkok, Sun Yat Sen mendengar kabar kekalahan Rusia dalam perang Rusia-Jepang saat berkunjung di Kanal Suez. Sebagai salah satu tokoh nasionalis Tiongkok, kabar tersebut membangkitkan semangat nasionalisme seorang Sun Yat Sen.

Sun Yat Sen, tokoh nasionalis Tiongkok yang bangkit seiring dengan kemenangan Jepang melawan Rusia, courtesy of Wikipedia

Tiga bulan pascaperang Rusia-Jepang, Sun Yat Sen, bersama rekan-rekannya, membentuk gerakan perlawanan rahasia yang dikenal sebagai Tomenghui. Melalui gerakan tersebut, Sun Yat Sen, yang merasa Tiongkok akan jatuh ke tangan bangsa Barat jika Dinasti Qing tidak digulingkan, melakukan Revolusi Xinhai pada 1911. Revolusi tersebut sukses menjatuhkan Dinasti Qing, dan sebuah negara republik baru lahir di Tiongkok.

Serupa dengan kisah dari Tiongkok, masyarakat Indonesia juga menanggapi positif kabar kemenangan Jepang atas Rusia. Abdul Rivai, seorang dokter sekaligus jurnalis, memberitakan kabar kemenangan Jepang dalam harian Bintang Hindia. Kabar tersebut menyebar dengan cepat, dan membakar semangat nasionalis para tokoh pergerakan Indonesia. Kabar kemenangan tersebut menumbuhkan kesadaran bagi kaum intelektual Indonesia, bahwa bangsa Asia mampu menandingi imperialisme bangsa Eropa, terutama dalam hal ini adalah Belanda.

Tiga tahun setelah Perang Rusia-Jepang, tepatnya pada 20 Mei 1908, mahasiswa STOVIA mendirikan organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia. Organisasi tersebut, yang dikenal sebagai Budi Utomo, merupakan wujud perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda. Kali ini, ia tidak bersifat lokal dan bergantung pada pemimpin kharismatik, tetapi dikomandoi oleh para pemikir dan berskala nasional.

Dapat dikatakan, Perang Rusia-Jepang tidak hanya soal kemenangan Jepang atas Rusia. Ia juga menjadi simbol kemenangan bangsa Asia atas bangsa Barat. Kemenangan Jepang membuktikan kepada negara-negara Asia, bahwa bangsa Asia bukanlah bangsa yang lemah. Dengan kekuatan dan semangat untuk berjuang, bangsa Asia mampu berdiri sejajar, bahkan di atas, bangsa-bangsa Barat.

*Versi awal tulisan ini pernah terbit dalam akun Medium penulis pada 14 Oktober 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *