Perjuangan melawan kolonialisme tidak bisa sendiri-sendiri, daerah per-daerah, tapi harus dengan satu kekuatan nasional. Tanggal 28 Oktober 1928 adalah salah satu mata rantai penggalangan potensi nasional disamping mata rantai lainnya seperti tahun 1908 berdirinya Budi Utomo dan 4 Juni 1927 berdirinya Partai Nasional Indonesia. Ketiga mata rantai itu tidak bisa dipisahkan karena ketiganya lahir dari dinamika dan dialektikanya masyarakat pada waktu itu. Tanpa mata rantai tersebut, kita tidak bisa menggambarkan kapan Indonesia Merdeka.
Pencetusan Sumpah Pemuda “pada waktu itu” bukanlah pekerjaan yang tidak berat. Berkat rasa nasionalisme yang membara dan kesadaran tinggi akan hari depan bangsa, tekad bulat patriot-patriot bangsa itu tidak bisa dikekang oleh siapapun. Sumpah Pemuda telah mengikus rasa kedaerahan, kesukuan, subjektivisme dan segala bentuk pandangan yang sempit, yang merupakan krikil-krikil penghalang dalam rangka penggalangan potensi nasional.
Itulah makna Ikrar Sumpah Pemuda yang dicetuskan [sejak 1928 silam].
Perlukan kita peringati 28 Oktober [2023]? Mengenang Sumpah Pemuda berarti mengenang patriot-patriot dan pahlawan-pahlawan bangsa. Sejarah telah mencatat siapa-siapa yang berjuang pada waktu itu, dan siapa-siapa yang tenguk-tenguk berpangku tangan, juga siapa-siapa yang jadi pengkhianat.
Mengenang Sumpah Pemuda berarti mempertinggi rasa nasionalisme dan patriotisme untuk membunuh segala apatisme, daerahisme, sukuisme, dan kesempitan pandangan lainnya.
Tergugahlah hendaknya kita semua. Lebih-lebih pada saat sekarang ini, dimana organisasi-organisasi kedaerahan bermunculan dari rasa kedaerahan mulai ikut bicara. Dimana apatisme melanda sebagian besar golongan masyarakat dan tampak gejala-gejala mulai lunturnya rasa nasionalisme. Dimana timbul berbagai interpretasi terhadap sejarah bangsanya sendiri. Dimana semakin kabur siapa pahlawan bangsa, siapa pengkhianat atau yang pernah berkhianat terhadap negara.
Kabur, mana kawan mana lawan.
Melihat kenyataan yang antagonistis dengan makna Sumpah Pemuda ini kita semua tidak boleh menyerah kepada nasib, terutama generasi mudanya harus tampil mendobraknya. Bagi generasi muda yang patriotik tidak ada alternatif kecuali melanjutkan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda [1928].
28 Oktober [2023] sudah dekat. Kiranya tidak boleh dilewatkan begitu saja. Demi lurusnya segala yang bengkok, demi tetap abadinya makna Sumpah Pemuda.
Sumber:
“28 Oktober Sudah Dekat”. Suluh Marhaen Edisi Bali. 9 Oktober 1970. hlm. 1 [dengan perbaikan ejaan dan sedikit penyesuaian agar dapat tampil lebih kekinian]