Jurusan Sejarah, Jurusan Kuliah yang Tidak Berguna?

“Pintar apa dulu ini? Pintar itu relatif, pinter[sic] saintek belum tentu pintar soshum….dan sebaliknya,” komentar pengguna Facebook bernama Irfan M Emori menanggapi sebuah postingan di grup Keluh Kesah Ngampus (KKN).

Dalam postingan tersebut, yang memuat 10 jurusan kuliah yang cocok untuk orang yang tidak terlalu pintar, Irfan mempertanyakan mengapa hanya jurusan sosial humaniora yang ditempatkan dalam daftar. Menurutnya, kecerdasan tidak dapat dibagi antara saintek (sains dan teknologi) dan soshum; semua jurusan memiliki tingkat kepandaian masing-masing.

Cuitan akun X @DraftAnakUnpad yang menyatakan jurusan sejarah sebagai jurusan kuliah bagi orang yang tidak terlalu pintar, courtesy of Facebook/Keluh Kesah Ngampus

Postingan tersebut, yang diambil dari akun X @DraftAnakUnpad, memang memantik polemik dan diskusi. Bagaimana tidak, jurusan sejarah, jurusan kuliah saya, ditempatkan sebagai peringkat pertama dalam daftar tersebut. Seolah-olah, jurusan sejarah merupakan jurusan pinggiran yang terabaikan, tidak penting, dan tidak berguna untuk dipelajari. Apa benar jurusan sejarah merupakan jurusan yang tidak berguna?

Jurusan Sejarah Selayang Pandang

Di tingkat universitas, jurusan sejarah biasa ditempatkan dalam fakultas ilmu budaya (FIB) atau fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP), tergantung orientasi universitas dalam memandang sejarah sebagai ilmu. Dalam jurusan ini, mahasiswa tidak hanya belajar mengenai masa lalu semata. Mereka juga diminta untuk merekonstruksi masa lalu dalam bentuk kisah sesuai dengan jiwa zaman saat ini. Dalam bahasa R. G. Collingwood dalam buku The Idea of History, mahasiswa sejarah melakukan re-enactment terhadap masa lalu.

Di jurusan sejarah, masa lalu dibagi dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi pertama, masa lalu dilihat dalam aspek tematis. Dalam klasifikasi ini, sejarah dibagi menjadi beberapa tema, seperti sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah politik, sejarah agama, sejarah kebudayaan, dll.

R. G. Collingwood, sejarawan Inggris yang populer dengan istilah re-enactment dalam rekonstruksi sejarah, courtesy of Prospect Magazine

Selain dibagi secara tematis, masa lalu juga dibagi berdasarkan ruang geografis. Dalam pembagian ini, sejarah dibagi menjadi sejarah Eropa (yang terkadang digabungkan dengan sejarah Amerika Serikat), sejarah Asia (yang dapat dibagi menjadi sejarah Asia timur, sejarah Asia barat, dan sejarah Asia tenggara), sejarah Afrika, dan sejarah Australia dan pasifik.

Baca Juga  Jago, Prototip Preman di Indonesia

Dalam jurusan sejarah, mahasiswa tidak hanya belajar dasar-dasar kesejarahan. Mengingat rekonstruksi masa lalu tidak dapat dipisahkan dari ilmu sosial humaniora lainnya, mereka juga akan mempelajari dasar-dasar ilmu lainnya, seperti sosiologi, ekonomi, antropologi, arkeologi, psikologi, dan lainnya. Tujuannya, sebagai ilmu bantu dalam melakukan analisis.

Guna Belajar Sejarah

Setidak-tidaknya, jurusan sejarah memberikan beberapa kegunaan bagi para mahasiswanya. Guna pertama, belajar sejarah dapat menumbuhkan kemampuan membaca yang lebih kritis. Membaca, sebagai satu dari tiga tuntutan dasar dalam jurusan sejarah, selain menulis dan berpikir kritis, dapat membuka wawasan mahasiswa terhadap semesta.

Kemampuan membaca yang kritis memantik guna berikutnya jurusan sejarah, yakni kemampuan menulis. Saya masih ingat, ketika pertama kali menginjakan kaki di kampus biru, seorang dosen bercerita bahwa banyak lulusan sejarah kampus tersebut berakhir menjadi para penulis yang apik. Berbekal kemampuan membaca kritis serta berbagai tools penelitian sosial, lulusan jurusan sejarah tampil sebagai penyebar literasi kepada masyarakat. Bahkan, seiring dengan perkembangan konsumsi informasi dewasa ini, lulusan jurusan sejarah dapat menggunakan kemampuan membaca dan menulis mereka untuk menghasilkan berbagai konten, baik tulisan maupun audio-visual, yang berkualitas.

Sam Wineburg, sejarawan Amerika yang berhasil menunjukkan nilai penting belajar sejarah di tengah kepungan arus informasi dan mudahnya masyarakat untuk mengakses internet

Guna ketiga, dan terakhir, bagi mahasiswa yang belajar di jurusan sejarah, adalah kemampuan berpikir kritis. Jurusan sejarah, yang memaksa mahasiswa untuk terus membaca, menulis, dan melakukan analisis, dapat memantik semangat pemikiran kritis mahasiswanya. Bahkan, di tengah arus informasi yang penuh dengan hoaks dan misinformasi, mengutip Sam Wineburg dalam buku Why Learn History (When It’s Already on Your Phone), kemampuan berpikir kritis seorang mahasiswa sejarah dapat berguna untuk memilah-milah informasi yang beredar di masyarakat.

Informasi Menyesatkan

Jika belajar sejarah di jurusan sejarah tidak seperti yang dibayangkan daftar yang diposting dalam grup Keluh Kesah Ngampus, lalu mengapa ia ditempatkan sebagai urutan pertama dalam daftar tersebut?

Baca Juga  Apakah Pemakzulan Gus Dur Merupakan Sebuah Kudeta?

Dalam penelusuran awal, mengikuti guna sejarah nomor tiga yang dipaparkan pada bagian sebelumnya, daftar tersebut diambil dari beberapa tulisan SEO (Search Engine Optimization) yang beredar sejak awal 2023. Beberapa media dan situs menempatkan jurusan sejarah, bersama jurusan bahasa dan sastra, sebagai dua tertinggi daftar jurusan yang cocok bagi orang yang tidak terlalu pintar.

Berbagai tulisan SEO tersebut bermuara ke sebuah tulisan SEO yang ditulis Ayu Diana A dalam situs Mamikos. Dalam tulisan tersebut, yang diterbitkan pada 9 Mei 2022, didasarkan oleh sebuah alasan sederhana; passing-grade yang rendah. Ayu Diana berasumsi bahwa jurusan dengan passing-grade yang rendah, yang rata-rata sepi peminat, memiliki peluang masuk yang lebih besar dibandingkan jurusan dengan passing-grade yang lebih tinggi.

Cukilan gambar artikel Ayu Diana A mengenai jurusan kuliah bagi orang yang tidak terlalu pintar, yang terbit dalam situs Mamikos pada 9 Mei 2022

Dasar asumsi Ayu Diana A mengenai passing-grade tidak salah. Hanya saja, alasan tersebut tidak cukup kuat untuk menempatkan jurusan sejarah sebagai jurusan yang diisi orang-orang yang tidak terlalu pintar. Passing-grade tidak didasarkan pada kemampuan akademis calon mahasiswa. Ia dilandasi minat calon mahasiswa terhadap jurusan tersebut, yang didominasi peluang dan kesempatan kerja setelah lulus, tingkat kesulitan, maupun adanya hitung-hitungan dalam jurusan tersebut.

Dapat dikatakan, daftar yang diterbitkan @DraftAnakUnpad, yang kemudian diterbitkan kembali dalam grup Keluh Kesah Ngampus, tidak memiliki informasi yang jelas. Bahkan, sedikit banyak, daftar tersebut menyesatkan pembaca. Alih-alih memberikan informasi, ia justru memantik perdebatan tak berkesudahan dan memperlebar jurang antara saintek dan soshum.

Penutup

Setelah menguliti daftar yang diteritkan @DraftAnakUnpad dan grup Keluh Kesah Ngampus, dapat dikatakan bahwa jurusan sejarah ikut andil dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penciptaan mahasiswa yang kritis. Yang perlu diberdayakan saat ini, tentu saja, adalah menciptakan pandangan masyarakat yang lebih terbuka terhadap jurusan ini. Jangan sampai, jurusan sejarah hanya diisi orang-orang buangan, dan dipandang sebagai jurusan yang tidak berguna bagi mahasiswa dan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *