“[B]erbasis pada bukti di seluruh dunia, jelas merokok sangat membahayakan kesehatan dan merugikan perekonomian masyarakat,” tegas Mantan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, dikutip melalui rilis resmi Kementerian Kesehatan pada Oktober 2012.
Melalui pernyataan tersebut, Nafsiah mengatakan bahwa konsumsi rokok, selain menyebabkan gangguan kesehatan, juga mendorong kerugian ekonomi. Di Indonesia, pemerintah setidak-tidaknya mengeluarkan biaya pengobatan penyakit terkait tembakau sebesar Rp2,11 triliun, yang terdiri dari pengeluaran rawat inap sebesar Rp1,85 triliun dan rawat jalan sebesar Rp0,26 triliun. Juga, menurut hasil penelitian para ahli di Australia, rokok memperpendek harapan hidup seseorang hingga 10 tahun.
Suara penentangan yang digemakan pemerintah berdampak kepada industri rokok tanah air. Jumlah pabrik rokok di Indonesia terus mengalami penyusutan. Melansir pemberitaan CNBC Indonesia, jumlah pabrik rokok di Indonesia turun 80,7 persen, dari 2.540 pabrik pada 2011, turun menjadi 487 pabrik pada 2017. Dari 487 pabrik tersebut, hanya 100 pabrik yang masih aktif berproduksi setiap harinya. Kondisi ini mempengaruhi jumlah produksi rokok di Indonesia, melansir situs DataIndonesia.id, turun menjadi 323,9 miliar batang pada 2022.
Sebagai penghasil devisa terbesar bagi Indonesia, kondisi ini justru menjadi ironi, terutama bagi industri sigaret kretek tangan (SKT). SKT, yang telah menyerap ribuan tenaga kerja dan menyejahterakan para pekerjanya, harus dipukul dari berbagai sisi. Juga, SKT, sebagai warisan kebudayaan Indonesia, seharusnya perlu mendapatkan jaminan untuk terus berkontribusi bagi Indonesia.
Bagaimana seharusnya kita, sebagai masyarakat Indonesia, melihat keberadaan SKT di negara ini? Apakah kita harus menempatkannya dalam sudut pandang antagonis semata? Atau, kita dapat menarik beberapa nilai positif dari keberadaan SKT di Indonesia?
Sigaret Kretek Tangan (SKT) Selayang Pandang
Secara pengertian, sigaret kretek tangan (SKT), atau hanya disebut sebagai kretek pada masa kolonial, merupakan istilah untuk menyebut gulungan tembakau yang dibumbui dan diberi cengkih. Ketika kretek dibakar, ia akan mengeluarkan bunyi meretih. Menurut Amen Budiman dalam buku Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, industri kretek, atau papiersigaretten, baru berkembang di Kudus pada 1921. Meski begitu, ia telah ditemukan lebih dulu di Sala (merek Mari Kangen dan Marikangen) dan Surabaya (merek Sampoerna).
Sebagai sebuah industri, industri SKT berada di tengah alur produksi hulu-hilir. Industri ini membutuhkan pasokan tembakau dan cengkih dari petani, serta memerlukan lebih banyak tangan untuk mengolah dan mendistribusikannya. Setidak-tidaknya, kretek memberi nilai tambah (added value) terhadap bahan mentah, yakni tembakau dan cengkih. Industri ini, paling tidak, memuka kesempatan dan lapangan kerja dalam tiga bidang, yang meliputi proses pembudidayaan tembakau, proses pembuatan kretek, dan pendistribusian atau penjual.
Pada masa kolonial, kemunculan industri SKT memiliki makna sosial yang luas. Mengutip S Margana dkk dalam buku Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya, ia menjadi dinamisator ekonomi bumiputera pada saat itu, karena kemampuanya melibatkan banyak tenaga dan sistem produksi yang lebih demokratis.
Selain melibatkan kedua kemampuan tersebut, industri SKT pada masa kolonial juga mendorong tumbuhnya nasionalisme ekonomi di Hindia Belanda. Menurut S Margana dkk, industri SKT menjadi salah satu usaha bumiputera yang mampu menembus dominasi ekonomi asing, serta menunjukkan martabat serta kedigdayaan bumiputera untuk berdiri di atas kaki sendiri. Bisa dikatakan, pada masa kolonial, kemandirian ekonomi masyarakat bumiputera diwujudkan melalui SKT.
Peran SKT dalam Ekonomi Nasional
Dewasa ini, sigaret kretek tangan (SKT) memiliki kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Melansir siaran pers Kementerian Perindustrian pada 2017, industri SKT, sebagai salah satu industri strategis domestik yang memiliki daya saing tinggi, memberikan kontribusi dalam bentuk pembayaran cukai Rp138,69 triliun, atau 96,65 persen dari total cukai nasional. Sedangkan, serapan tenaga kerja dalam industri SKT mencapai 4,28 juta orang di sektor manufaktur dan distribusi, serta 1,7 juta orang di sektor perkebunan.
Sebagai sebuah industri yang menghubungkan hulu-hilir, SKT juga menjadi tumpuan banyak orang. Melansir pemberitaan Liputan 6, industri ini menjadi sumber pekerjaan bagi jutaan masyarakat Indonesia, mulai dari petani tembakau, wanita penggiling SKT, hingga distributor.
Selain berperan dalam perekonomian Indonesia secara nasional, SKT juga memiliki kontribusi bagi para pekerjanya. Melansir pemberitaan Liputan 6, industri SKT menyerap banyak tenaga kerja formal. Menurut Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, mengutip pemberitaan tersebut, industri ini “perlu dipertahankan” karena banyak tenaga kerja, terutama perempuan yang bekerja sebagai pelinting rokok, hidup dalam industri tersebut.
Terakhir, SKT mendorong kemandirian petani tembakau di sektor hulu. Melansir pemberitaan bisnis.com, industri ini menghubungkan 568.000 petani tembakau dengan industri SKT. Bahkan, kemunculan industri SKT, melansir siaran pers Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, membantu petani tembakau memasarkan hasil pertanian mereka.
Dapat dikatakan, terlepas dari kontroversi dan perdebatan yang terjadi terhadap SKT, ia memiliki andil besar terhadap pembangunan ekonomi nasional. Ia mampu menyerap tenaga kerja dari hulu hingga hilir, memberikan pemasukan bagi negara dalam bentuk cukai rokok, hingga membantu petani tembakau memasarkan produk pertanian mereka.
SKT sebagai Heritage Bangsa Indonesia
Sebagai sebuah industri yang memiliki sejarah panjang di Indonesia, sigaret kretek tangan (SKT) layak disebut sebagai warisan budaya bangsa (heritage). Mengapa? Mengutip pernyataan World Heritage Convention UNESCO, heritage merupakan warisan budaya masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, serta apa yang diteruskan kepada generasi mendatang. Heritage, sebagai bagian dari kebudayaan yang ditransmisikan dari generasi ke generasi, menjadi sumber inspirasi dan kehidupan yang tidak dapat digantikan.
Sigaret kretek tangan (SKT), yang dibuat pertama kali di Kudus oleh warga bumiputera, yang kemudian menjadi sumber inspirasi dan kehidupan bagi petani tembakau, wanita pelinting rokok, dan distributor, dapat disebut sebagai heritage bangsa Indonesia. Mengutip S Margana dkk dalam buku Kretek Indonesia, SKT, yang diproduksi dengan tembakau dalam negeri, dan sebagai produk yang khas Indonesia, sulit untuk tidak disebut sebagai sebuah heritage bagi bangsa Indonesia.
Meski beberapa kalangan menolak fakta SKT sebagai heritage bangsa Indonesia, bangsa Indonesia tidak dapat menampik fakta bahwa SKT, yang telah menciptakan kemandirian ekonomi bagi masyarakat yang terlibat dalam industri ini dari hulu ke hilir, serta menjadi produk yang diproduksi oleh orang bumiputera secara kebudayaan, layak untuk disebut sebuah heritage.
Penutup
Dapat disimpulkan, sigaret kretek tangan (SKT) tidak dapat dilihat hanya dalam kacamata serba-negatif semata. Sebagai sebuah industri yang menghubungkan petani tembakau di tingkat hulu, pelinting SKT dan pabrik rokok, serta distributor di tingkat hilir, industri SKT menciptakan kemandirian ekonomi bagi Indonesia.
Sigaret kretek tangan (SKT), yang memiliki sejarah panjang sejak awal abad ke-20, menjadi heritage bagi bangsa Indonesia. Ia tidak hanya memperkaya Indonesia dalam bidang ekonomi semata, tetapi juga memberi warna khas bagi kebudayaan Indonesia.
🚀 Wow, blog ini seperti roket melayang ke alam semesta dari keajaiban! 💫 Konten yang menarik di sini adalah perjalanan rollercoaster yang mendebarkan bagi imajinasi, memicu kegembiraan setiap saat. 💫 Baik itu inspirasi, blog ini adalah harta karun wawasan yang menarik! #PetualanganMenanti Berangkat ke dalam pengalaman menegangkan ini dari pengetahuan dan biarkan imajinasi Anda terbang! 🚀 Jangan hanya mengeksplorasi, alami sensasi ini! #BahanBakarPikiran 🚀 akan bersyukur untuk perjalanan mendebarkan ini melalui alam keajaiban yang tak berujung! 🌍
Greetings! I’ve been reading your website for a while now and finally got the courage
to go ahead and give you a shout out from Dallas Texas!
Just wanted to mention keep up the fantastic job!