Perayaan maulid sudah menjadi tradisi atau adat istiadat yang sudah mendarah daging sejak zaman dulu. Tidak hanya di dalam negeri, negara-negara lain di dunia, seperti Mesir, Yaman, Brunei Darussalam, Turki, Australia, dan Rusia, menjadikan maulid sebagai perayaan tahunan yang rutin dan diramaikan oleh seluruh umat muslim.
Di Indonesia sendiri, tradisi maulid dirayakan dengan berbagai macam cara. Maulid pada umumnya dirayakan dengan mengadakan tausiah tabligh akbar, bersedekah, shalawat berjemaah, hingga perayaan lain yang sesuai dengan tradisi di daerah masing-masing.
Salah satu tradisi maulid yang kini kian menjamur di tanah air yaitu maulid arbain. Mengutip Eliska dalam skripsi Perkembangan Tradisi Maulid Arba’in Kampung Arab Al-Munawwar 13 Ulu Palembang Tahun 2007-2017, kata maulid dan arbain sama-sama berasal dari bahasa Arab, masing-masing berarti kelahiran dan 40. Perayaan maulid arbain merupakan perayaan yang tidak biasa karena diselenggarakan tidak hanya satu malam seperti pada umumnya, melainkan 40 malam nonsetop, yakni sejak tanggal 1 Rabiulawal hingga 10 Rabiulakhir.
Sebagai sebuah tradisi yang bukan murni berasal dari Indonesia, maulid arbain menarik karena ia mengandung nilai filosofis yang mendalam. Terlebih, bagi masyarakat muslim di Indonesia, ia menampilkan perbedaan ekspresi masyarakat dalam merayakan ritual keagamaan tersebut.
Berawal dari Kampung Arab Al-Munawar
Menurut Dewi Fatonah dalam artikel Tradisi Maulid Arba’in di Kampung Arab Al Munawwar Palembang, terungkap bahwa maulid arbain dikenalkan oleh orang-orang Arab keturunan Yaman di Indonesia. Pionirnya adalah Muhammad Rafiq bin Luqman Al-Kaaf, seorang habib keturunan Yaman. Atas perintah Habib Umar bin Ahmad Syahab, gurunya, Muhammad Rafiq memulai tradisi maulid arbain di Kampung Arab Al-Munawwar, Palembang, pada 1995.
Perlahan namun pasti, acara yang awalnya dilakukan di Kampung Arab Al-Munawar ini berkembang ke daerah-daerah sekitar, seperti Majelis Al-Awwabin di Telkom 3 Ilir, masjid Lawang Kidul di 5 Ilir, Majelis Ziarah di Kambang Katci, dan daerah lainnya. Pada 2007, maulid arbain resmi dikenalkan ke luar daerah Palembang, hingga tersebar ke seluruh penjuru tanah air seperti sekarang ini.
Penyebaran maulid arbain di luar Palembang tidak hanya dipantik oleh dakwah para habib. Para pelajar tanah air yang telah khatam menimba ilmu di Hadramaut juga memiliki peran penting dalam proses penyebarluasan maulid arbain. Mengutip Erwan Efendi dkk. dalam artikel Analisis Manajemen Dakwah melalui Media Digitalisasi Maulid Arbain Studi Kasus Majelis Taklim Darusshofa Medan, diketahui bahwa mereka, yang telah lulus dan mendapatkan ijazah untuk berdawak dari guru mereka, diminta untuk kembali ke kampung halaman, mendakwahkan maulid arbain di tanah kelahiran mereka.
Contoh dari hal ini, adalah KH. Mufty Ahmad Nasihin, alumni Pondok Pesantren Darul Musthofa Tarim, Yaman. Ia diminta untuk mendakwahkan maulid armain di Kota Medan. Salah satu geliat KH. Mufty Ahmad Nasihin adalah dengan mendirikan Majelis Taklim Darusshofa pada 2007, yang berada di dalam naungan Pondok Pesantren Al-Busyro.
Keunikan Maulid Arbain
Sebagai sebuah tradisi, maulid arbain memiliki beberapa keunikan mencolok. Pertama, ia dilaksanakan secara berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal tersebut disebut dengan safari maulid.
Pada umumnya, maulid arbain dilakukan dari masjid ke masjid, musala ke musala, rumah ke rumah, atau siapa pun yang bersedia menjadi shahib al-bait. Ini bertujuan untuk memperluas syiar Islam. Terlebih, maulid arbain dimulai dari pusat kota, kemudian bergerak ke daerah-daerah.
Kedua, acara maulid arbain dimeriahkan dengan tabuhan indah rebana. Tim hadrah biasanya telah disiapkan oleh penyelenggara acara, untuk memeriahkan pelaksanaan maulid arbain.
Ketiga, beberapa kitab maulid, seperti Al-Barzanji, Dhiya’ Al-Lami’, Simth Ad-Dhurar, Syaraf Al-Anam, Ad-Diba’I, dibaca secara bergantian setiap malam. Menurut artikel dalam NUOnline, kitab-kitab tersebut berisi puji-pujian kepada Nabi Muhammad, serta menampilkan kemuliaan dan sejarah hidupnya.
Keempat, sekaligus menjadi yang terakhir, peringatan maulid arbain tidak jarang dihadiri oleh para habib sebagai narasumber atau pemberi tausiah. Ini menjadikan acara maulid arbain semakin semarak. Ia tidak hanya dihadiri oleh masyarakat, tetapi juga oleh para santri, alim ulama, hingga pejabat pemerintah.
Peran Maulid Arbain dalam Kehidupan Masyarakat Muslim Indonesia
Bak cendawan di musim penghujan, perayaan maulid arbain tumbuh dan menambah khazanah tradisi keislaman di Indonesia. Tidak hanya dari aspek spiritual saja, maulid arbain juga memberi dampak secara kebudayaan.
Mengutip Dewi Fatonah, terdapat dua keutamaan umat muslim yang merayakan maulid arbain. Pertama, adalah menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap Nabi Muhammad saw., yang terkadang luntur akibat berbagai macam persoalan kehidupan. Kedua, diharapkan agar umat muslim yang merayakan maulid arbain mendapat rahmat Allah SWT.
Selain itu, maulid arbain tidak hanya sekadar acara seremonial. Mengutip pemberitaan Ladangberita.id, dampak maulid arbain dalam bidang sosial, adalah ia dapat membangun tali silaturahmi antarsesama muslim. Berawal dari jemaah yang tidak saling mengenal, mereka saling berinteraksi satu sama lain melalui maulid arbain.
Tidak hanya dalam hal keislaman dan sosial, maulid arbain juga memberikan dampak secara pengetahuan. Mengutip artikel yang diterbitkan Kemenag Kabupaten Tana Tidung, maulid arbain dapat mendorong seorang muslim untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang karakteristik Nabi Muhammad. Mereka dapat mendalami, bagaimana perjalanan Nabi Muhammad sejak awal hingga menjadi tokoh paling mulia dalam kehidupan seluruh muslim di dunia.
Pada akhirnya, maulid arbain tidak hanya soal memperingati segala kebaikan Nabi Muhammad. Perayaan ini juga sarat makna. Tidak hanya mengajarkan umat Islam akan nilai keislaman, maulid arbain juga berdampak secara sosial, ekonomi, dan kultural masyarakat muslim di Indonesia.