Sebagai sebuah negara di Afrika, Mesir tidak lepas dari pengaruh Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pasca-Perang Dunia II, Uni Soviet telah menjalin hubungan dengan negara dunia ketiga di kawasan Afrika. Mesir menjadi salah satunya.
Alasan Mesir dipilih oleh Uni Soviet, karena mereka ingin memperluas pengaruh ideologi komunis yang mereka anut. Selain itu, menurut F. Karina dalam tulisan Mesir sebagai Target Diplomasi dalam Rangka Pelaksanaan Strategi Global Uni Soviet di Timur Tengah (Pasca Perang Dunia II-1970), suplai minyak dari negara tersebut sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Uni Soviet maupun sekutu-sekutunya di Eropa Timur. Tidak hanya itu, Uni Soviet ingin mengamankan Terusan Suez, sebagai jalur alternatif dari Laut Hitam ke India, Vietnam Utara, dan Samudra Hindia.
Namun, lambat laun, Mesir berubah haluan menjadi dekat dengan Amerika Serikat. Kecenderungan tersebut memiliki beberapa alasan pemantiknya. Bagaimana kisah hubungan Mesir dan kedua negara adikuasa tersebut?
Cinta Awal Uni Soviet-Mesir
Untuk menjalin hubungan dengan Mesir, Uni Soviet mulai memberikan bantuan militer kepada Mesir. Perwira-perwira Mesir dikirim untuk mengikuti latihan militer ke Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Selain itu, mereka juga memperoleh bantuan senjata, seperti tank, senapan mesin, rudal jarak pendek, hingga personel prajurit. Hal tersebut dilakukan agar mereka ketergantungan secara politik kepada Uni Soviet.
Terlebih, sejak September 1955, Mesir membutuhkan persenjataan dari Uni Soviet. Ini terjadi karena Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir saat itu, menginginkan Mesir sebagai penguasa dalam persatuan bangsa Arab dan Afrika. Melalui sekutu Blok Timur, yakni Cekoslovakia, Mesir meminta bantuan persenjataan kepada Uni Soviet.
Berkat bantuan militer tersebut, menurut B. Faesal dalam tulisan Kepentingan Rusia Dibalik Penjualan Alat Utama Sistem Persenjataan ke Mesir, Uni Soviet diizinkan untuk menggunakan pelabuhan angkatan laut di Alexandria dan bandara di Luxor. Selanjutnya, menurut Karina, Uni Soviet kembali memberikan bantuan persenjataan kepada Mesir berupa pesawat jet pembom TU-16 dan pesawat MIG-21 pada 1961 dan 1962.
Bantuan Uni Soviet tidak hanya berupa bantuan senjata. Mereka juga memberikan bantuan ekonomi. Mengutip Karina, Uni Soviet memberikan bantuan ekonomi sebesar US$175 juta untuk mendirikan proyek tekstil, perkebunan, riset geologi, lapangan udara, fasilitas tambang, fasilitas kesehatan, dan pelabuhan. Uni Soviet juga memberikan kredit sebesar US$280 juta untuk pendirian pabrik baja di Mesir, dan US$60 juta untuk pertanian.
Bahkan, pada 1962, Uni Soviet berkomitmen untuk membantu Mesir dalam pembangunan Bendungan Aswan. Komitmen tersebut dibuktikan dengan mengirimkan teknisi-teknisi mereka ke Mesir. Dengan bantuan dana sebesar US$325 juta, Bendungan Aswan berhasil dibangun.
Berbagai bantuan dana yang diberikan Uni Soviet kepada Mesir menimbulkan kredit sebesar US$1.011 miliar. Ini membuat Mesir kesulitan untuk melunasi kreditnya. Sebagai gantinya, Mesir menyalurkan produksi kapas mereka kepada Uni Soviet. Meski begitu, dengan adanya berbagai bantuan tersebut, hubungan antara Uni Soviet dan Mesir semakin erat.
Keretakan Cinta Uni Soviet-Mesir
Walaupun Uni Soviet telah menjalin cinta dengan Mesir, Mesir tidak sepenuhnya tunduk kepada negara adikuasa tersebut. Meski berhubungan dengan negara komunis, pengaruh partai komunis di Mesir dibatasi. Selain itu, keberadaan partai komunis dianggap ilegal oleh pemerintahan Gamal Abdul Nasser, dan tokoh-tokoh mereka dipenjarakan.
Tindakan Mesir tersebut dilakukan agar menghilangkan ancaman kudeta terhadap pemerintahan Nasser. Sebagai respons, mengutip Karina, posisi Uni Soviet di Mesir menjadi dilema. Mereka dihadapkan dengan pilihan yang sulit, antara mendukung partai komunis atau pemerintah Mesir.
Dari pilihan yang sulit tersebut, Uni Soviet tidak dapat berbuat apa-apa untuk mendukung keberadaan partai komunis di Mesir. Uni Soviet terpaksa membiarkan pembubaran partai komunis di Mesir, agar hubungan cinta dengan Mesir tidak memburuk. Atas kejadian ini, pengaruh komunisme di Mesir tidak terlalu dominan.
Selain itu, Uni Soviet juga mulai mendua terhadap konflik antara Mesir dengan Israel. Mengutip Karina, pada awalnya Uni Soviet menyuplai senjata, amunisi, dan pesawat terbang kepada Israel pada 1948. Baru pada 1956, negara adikuasa tersebut memberikan bantuan kepada Mesir sebagai bentuk pertahanan dari bangsa luar.
Pada 1967, peran Soviet dalam konflik Mesir-Israel kembali muncul. Ketika kedua negara adikuasa, Amerika Serikat dan Israel, bekerja secara aktif untuk menyusun pemecahan masalah Israel, Uni Soviet justru mendorong Mesir untuk memerangi Israel. Strategi tersebut dilakukan agar negara yang berkonflik menjadi semakin ketergantungan dengan bantuan militer dan ekonomi dari Uni Soviet.
Namun, ketika Mesir sudah mulai terdesak karena serangan Israel, bantuan dari Uni Soviet tidak kunjung tiba. Akibatnya, Mesir mengalami kekalahan dalam perang melawan Israel pada 1967. Baru setelah 1967, bantuan senjata yang lebih modern dikirim oleh Uni Soviet.
Disayangkan, bantuan senjata tersebut tidak berimbang dengan kemampuan sumber daya manusia Mesir. Mereka kesulitan untuk mengoperasikan senjata dari Uni Soviet. Ini membuat serangan balasan Mesir kepada Israel tidak kunjung berhasil.
Mesir Berpaling ke Amerika Serikat
Semenjak wafatnya Nasser, penguasa Mesir berikutnya, Anwar Sadat, memilih untuk memihak kepada Amerika Serikat. Ini terjadi karena ia menganggap Uni Soviet tidak mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap penyelesaian konflik Mesir-Israel. Bahkan, sikap Uni Soviet yang sering mengabaikan janjinya kepada Mesir menjadikan hubungan kedua negara semakin memburuk.
Berpalingnya Mesir ke Amerika Serikat membuat ahli militer Uni Soviet di Mesir dipulangkan ke negaranya sejak 1972. Selain itu, menurut perlengkapan militer Uni Soviet juga turut dikembalikan ke negara adikuasa tersebut.
Dampaknya orang-orang Uni Soviet yang ahli militer dipulangkan ke negaranya sejak tahun 1972. Selain itu, perlengkapan militer Uni Soviet juga turut dikembalikan ke negaranya. Ini memicu kerenggangan hubungan antara Uni Soviet dan Mesir.
Di sisi lain, Anwar Sadat semakin intim dengan Amerika Serikat. Sejak 24 Desember 1970, Sadar menjalin komunikasi dengan bertukar surat dengan Richard Nixon, presiden Amerika Serikat saat itu. Selain itu, Sadar juga mengambil keputusan kontroversial, yakni menjalin perdamaian dengan Israel pada 4 Februari 1971. Ini dilakukan sebagai langkah untuk memulihkan hubungan dengan Amerika Serikat.
Selanjutnya pada 1973, Amerika Serikat, melalui Henry Kissinger, tertarik untuk menjalin kerja sama dengan Mesir agar mengusahakan perdamaian dengan Israel. Kissinger menginginkan gencatan senjata dan penarikan pasukan. Mesir menyetujui keinginan Kissinger, dan penarikan pasukan dilakukan pada 1974-1975, mengawali perdamaian antarkedua negara.
Anwar Sadat juga menemui Jimmy Carter, presiden Amerika Seriakt 1977-1981, untuk membahas perdamaian antara Mesir dengan Israel. Melalui perjanjian damai di Camp David, Mesir dan Israel, melalui campur tangan Amerika Serikat, resmi berdamai pada 1978.
Apa alasan Mesir mendekati Amerika Serikat? Dapat dikatakan, kebijakan infitah (politik terbuka) mempengaruhi hal tersebut. Kebijakan tersebut mendorong terjadinya liberalisasi ekonomi, membuka celah bagi modal asing di Mesir. Ini membuat Mesir mendekati Amerika Serikat.
Adanya kebijakan infitah membuat Mesir dan Amerika Serikat menjalin hubungan bilateral dengan membentuk komisi kerja sama pada 1974. Menurut B. Kurniawan dalam tulisan Liberalisasi Politik dan Ekonomi (Infitah) di Mesir 1970-1995: Analisa Ekonomi Politik dan Transisi Demokrasi, Mesir berharap bisa menarik investor Amerika Serikat untuk menanamkan modal di Mesir. Benar saja, Amerika Serikat akhirnya memberikan bantuan kepada Mesir pada 1975.
Kebijakan infitah tersebut, selain juga karena janji-janji Uni Soviet yang gagal ditepati, membuat Mesir akhirnya mendekati Amerika Serikat. Hubungan mendua tersebut, meski sempat diprotes masyarakat Mesir, tetap berlanjut hingga periode berikutnya.
Keren, sangat edukatif
pembawaanya bagus banget!
Sangat bermanfaat sekali