Pada abad pertengahan, rempah-rempah menjadi primadona dalam pasar perdagangan di Eropa. Rempah adalah jenis tanaman yang dapat digunakan untuk berbagai hal seperti bumbu masakan hingga bahan pengobatan yang penting dalam kehidupan manusia.
Selama abad ke-4 hingga ke-16 Masehi, harga rempah utamanya di Eropa lebih besar daripada emas, apabila dihitung berdasarkan beratnya. Dengan mewahnya rempah-rempah, bangsa Eropa berusaha merebut wilayah produsennya dengan banyak hal. Yang paling awal, mereka melakukan pelayaran menuju wilayah produsen rempah.
Dominasi muslim akan rempah, utamanya menuju Eropa, membuat bangsa Eropa berkeinginan mengambil rempah dari produsennya langsung. Keinginan berlayar ke wilayah produsen rempah semakin menjadi-jadi ketika sejumlah pedagang di Laut Tengah dan di bagian pantai utara Eropa berhasil menikmati keuntungan sebagai distributor rempah-rempah di Eropa dan memupuk modal mencari wilayah produsen rempah. Adanya modal ini berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi perkapalan dan persenjataan orang-orang Eropa.
Keinginan berlayar memuncak dan mendapatkan momentum saat Konstantinopel jatuh ke tangan muslim pada 1453. Bangsa Eropa, dengan Portugis dan Spanyol sebagai pelopor, memulai pelayaran mencari dunia baru, utamanya produsen rempah-rempah.
Ketika Konstantinopel jatuh ke Muslim, Eropa yang sebelumnya mengalami zaman kegelapan, mulai masuk dalam periodisasi renaisans. Dalam Zaman Kebangkitan Kembali ini, berbagai pemikiran dan teknologi berkembang. Pemikiran bahwa bumi itu bulat mulai terangkat kembali yang dibuktikan dengan banyak pelayar Eropa mencoba ke Asia melewati barat (atau Amerika).
Lain daripada itu, pelayaran utamanya ke barat dan umumnya ke dunia baru tidak lepas dari perkembangan teknologi. Saifullah, melalui M. Miftakhuddin dalam buku Kolonialisme: Eksploitasi dan Pembangunan Menuju Hegemoni, mengemukakan ada tiga penemuan penting yang membuat renaisans semakin cerah, yakni; mesiu, seni cetak dan kompas. Teknologi yang terakhir sangat membantu pelayaran karena navigasi menjadi mudah dan memungkinkan Eropa menjelajahi dunia baru, terutama Amerika.
Pelayaran ke Amerika dilandasi oleh beragam hal. Miftakhuddin mengemukakan bahwa eksploitasi kekayaan alam, memperkuat perdagangan, dan mendapatkan tenaga murah, menjadi landasan penjelajahan yang dilakukan ke wilayah Amerika.
Lain daripada itu, perlu diketahui secara umum bahwa motivasi bangsa Eropa melakukan pelayaran atau eksplorasi saat itu adalah semangat 3G, yaitu mencari kekayaan dengan berdagang (gold), kejayaan dengan penaklukan (glory), dan menyebarkan agama (gospel). Kemudian, yang paling penting dari segalanya yaitu bahwa pelayaran ke Amerika adalah untuk mencari jalan baru ke Asia.
Orang Portugis sangat dekat dengan laut. Secara geografis, negaranya dekat dengan pulau di Atlantik dan pantai Afrika. Latar belakang ini yang mendorong Portugis, selain juga Spanyol, menjadi negara Eropa awal yang melakukan penjelajahan.
Sebelum pelayaran Cabral, Portugis telah melakukan ekspedisi bahkan ekspansi ke banyak wilayah di luar Eropa, utamanya di sekitar Atlantik dan Afrika. Penaklukan Ceuta (kini wilayah ekslave milik Spanyol) di Afrika Utara pada 1415 dianggap sebagai tonggak ekspansi Portugis ke luar negeri. Setelah bertengkar dan kemudian menyerahkan Kepulauan Canary kepada Spanyol, Portugis berhasil mempertahankan pulau-pulau lainnya, seperti Madeira (sekitar tahun 1420), Azores (sekitar tahun 1427), Tanjung Verde (1460), dan São Tomé (1471). Puncak ekspedisi Portugis adalah ke India di bawah pimpinan Vasco da Gama.
Sekembalinya Vasco da Gama dari India ke Lisbon pada Juli 1499, antusiasme Portugis melakukan ekspedisi dan ekspansi semakin berkobar. Pada 9 Maret 1500, armada yang terdiri dari 13 kapal berlayar dari Lisbon. Ekspedisi ini adalah yang paling megah di zaman itu. Dengan Pedro Alvares Cabral sebagai komando, ekspedisi mengambil tujuan ke Hindia Barat mengikuti jalur Vasco da Gama sebelumnya.
Pelayaran Cabral berjalan tidak mulus. Setelah melewati Tanjung Verde, rute perjalanan Cabral ternyata terlalu jauh ke barat menjauhi pantai Afrika sehingga tidak sesuai dengan jalur awal yang ditentukan. Rombongan Cabral masuk ke perairan Amerika Selatan, hingga terbawa ke daerah yang kini kita kenal dengan Brasil.
Pada 22 April 1500, mereka berlabuh di Porto Seguro, di pantai Bahia saat ini. Setelah sepuluh hari lebih kurang, Cabral melanjutkan perjalanan ke India, dan mengirimkan satu kapal kembali ke Portugis untuk mengabarkan mereka berlabuh ke Dunia Baru.
Sebelum Cabral, keberadaan daratan di Atlantik Selatan telah diketahui. Berbagai peta sejarah milik Portugis telah mengetahui keberadaan Brasil dengan terlihatnya garis pantai Brasil yang terlukiskan akurat. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan atas klaim Cabral sebagai penemu pertama Brasil.
Walaupun berbagai perdebatan terjadi, pelayaran Cabral tetap diakui sebagai penanda Penjajahan Portugis di Tanah Samba tersebut.