Polemik Ilmu Pengetahuan dalam Kerangka F. A. Hayek

Judul bukuThe Counter-Revolution of Science: Studies on the Abuse of Reason
PenulisF.A. Hayek
PenerbitThe Free Press of Glencoe
Kota terbitNew York
Tahun terbit1964 [1955]
Halaman255 halaman

Dalam buku ini, F. A. Hayek, ahli ekonomi Inggris dan peraih Nobel Ekonomi pada 1974, menulis mengenai bagaimana konstruksi, pemikiran, serta bentuk dari dua cabang ilmu pengetahuan, yakni “ilmu sosial” dan “ilmu alam”. Ia melihat perkembangan kedua bentuk ilmu tersebut, dengan menggunakan pendekatan ekonomi, filsafat, dan juga sejarah, khususnya dalam hal ini adalah sejarah kelompok Pencerahan Prancis pada paruh pertama abad ke-19.

Buku ini dibagi menjadi tiga bagian, dengan perincian bagian pertama bercerita mengenai kedua cabang ilmu pengetahuan tersebut, sejarah sekolah Saint-Simonian dan filsafat positivis Auguste Comte, dan terakhir melihat perbandingan antara pemikiran Comte dengan Hegel. Kita akan fokuskan untuk berbicara bagian pertama dan kedua saja.

Pada bagian pertama, Scientism and the Study of Society, Hayek bercerita mengenai bagaimana ilmu sosial masuk dalam pengaruh-pengaruh kelompok yang ia sebut sebagai “scientism”, dan kemudian pada bagian terakhir, “engineers” yang memiliki pendekatan positivis. Ilmu sosial, yang memiliki subjektivitas kuat dan sulit untuk dapat dipastikan, sangat bergantung kepada konsep yang disusun peneliti sosial.

Konsep seperti “kapitalisme”, “pasar”, “uang”, hanya bisa disusun jika mereka telah menemukan pola-pola serupa dari sampel, dalam hal ini “mind” (manusia dan pikirannya), dan karena objek penelitian sosial adalah “mind”, sulit untuk menciptakan pendekatan yang bisa menghasilkan kebenaran mutlak, seperti penelitian dalam ilmu alam.

Pada akhirnya, ilmu sosial tak punya pilihan selain mendekati subjektivitas mereka, dan menolak pendekatan atau pemikiran bahwa hasil penelitian mereka nantinya menjadi kebenaran mutlak, menjadi studi “satu-satunya” yang menjelaskan sebuah konsep bagi seluruh masyarakat di dunia. Singkatnya, studi sosial sulit untuk menciptakan “hukum” seperti bagaimana ilmu alam menciptakan “hukum” mengenai alam dan semesta.

Baca Juga  Menyelami Kehidupan Soe Hok Gie, Intelektual Muda Indonesia

Pada bagian kedua, The Counter-Revolution of Science, Hayek mengisahkan kelompok Pencerahan Prancis pada awal abad ke-19. Dimulai dari terciptanya”L’Ecole Polytechnique”, sekolah para “engineer” yang bergerak di bawah kontrol Napoleon I, mereka berkeinginan untuk menggerakan ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu sosial, sebagai sebuah ilmu yang dapat menggerakan kemajuan peradaban dengan bekerja seperti ilmu matematika, biologi, kimia, bekerja dalam menciptakan kebenaran.

Dari “Polutechnique”, muncul tokoh seperti Henri de Saint-Simon, yang dengan semangat Newton, menggerakan ide mengenai positivis ilmu pengetahuan selangkah maju dengan berusaha mengajak mereka, para akademisi “masyarakat”, dalam hal ini seniman, musisi, dan lainnya, untuk bersatu dengan para matematikawan, fisikawan, dan ahli kimia, untuk bekerja bergerak menciptakan hukum positif dalam bidang mereka.

Gerakan positivis ini mencapai puncak ketika filsuf Auguste Comte berpendapat dan menciptakan ide mengenai positivisme, ide yang secara singkat mengarahkan semua cabang ilmu pengetahuan menuju ke tahapan paling tinggi, tahap positivis.

Hayek sendiri banyak menyampaikan ketidaksepakatannya dengan pendekatan positivis Comte. Ia menekankan bahwa ilmu sosial harus fokus pada ide subjektivitas mereka, ide yang mengarahkan bahwa mereka tidak bisa menjadi positivis seperti matematika atau ilmu alam lainnya.

Sebagai ilmu yang meneliti masyarakat, dalam hal ini pemikiran dan pola atas pemikiran dari masyarakat, sulit bagi ilmu sosial untuk menciptakan kebenaran mutlak. Bahkan, sebagai pengingat, ilmu sosial perlu belajar dari apa yang Hayek sebut sebagai “psikologi”, khususnya mengenai bagaimana masyarakat berpikir mengenai apa yang mereka lihat, apa yang mereka rasakan, mengenai dunia mereka.

Sebagai sebuah buku lama, pembaca awam mungkin akan kesulitan dengan gaya penyampaian Hayek. Selain gaya penyampaian, Hayek juga menggunakan beberapa kata yang saat ini jarang sekali digunakan dalam penulisan buku.

Baca Juga  Peran Perdagangan Po-ssŭ dalam Penciptaan Kerajaan Sriwijaya

Meski begitu, dengan bantuan sedikit mengenai filsafat ilmu, buku ini merupakan buku menarik yang dapat rekan-rekan baca, khususnya bagi mereka yang tertarik mengenai kemunculan awal ide positivisme dalam ilmu pengetahuan. Saya bisa katakan, buku ini bisa menjadi bacaan pengantar yang berbobot.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *