Nasib Facebook di Masa Depan, Akankah Dikalahkan TikTok?

Kehadiran Facebook dan TikTok, terutama sejak pandemi COVID-19, menjadi fenomena baru di diunia. Mereka, sebagai media sosial, sudah mengubah perilaku masyarakat. Mereka, dari semula sebagai media komunikasi antarpengguna, kini berubah menjadi media sosial multifungsi untuk berbagai keperluan.

Saya sendiri mengenal Facebook sejak SMA. Hingga kini, berbagai pengalaman telah saya alami selama menggunakan media sosial tersebut. Yang paling anyar, pada 13 Januari 2024, akun Facebook saya mendapatkan hukuman (zucc), dengan tuduhan melakukan penipuan dan penggelapan. Ini membuat saya tidak bisa beraktivitas selama tiga hari.

Tak lama, saya mengajukan banding. Banding tersebut, oleh Facebook, sepertinya dianggap tidak begitu penting, dan ditolak.

Ilustrasi Facebook, courtesy of Earth.com

Mendapatkan tiga kali pembatasan oleh Facebook, membuat saya berpikir untuk “mengungsi” ke TikTok, media sosial populer dewasa ini. Sembari bersiap-siap untuk pindah, muncul pertanyaan dalam benak saya, bagaimana nasib Facebook di masa depan?

Bagi masyarakat Amerika Serikat, media sosial telah digunakan sejak pertengahan 1990-an, dengan hadirnya GeoCities, Classmates, dan SixDegrees.  SixDegrees menyatukan para pengguna memakai profil daring mereka, membuatnya menjadi media sosial pertama di dunia. Di Indonesia, sosial media tergolong hal yang baru. Ia muncul pada dekade 2000-an, yang ditandai dengan kehadiran Friendster dan Facebook.

Facebook, saat ini, menjadi salah satu media sosial yang dimiliki Meta, perusahaan induknya. Media sosial ini diciptakan oleh Mark Zuckerberg pada tahun 2004. Pada awalnya, ia diciptakan untuk menyaingi MySpace.

Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, courtesy of CNN

Pada awalnya, Mark Zuckerberg ingin membuat sebuah laman yang menghubungkan para alumni sekolahnya. Dalam perkembangannya, mengutip data DemandSage, Facebook kini memiliki 3 miliar lebih pengguna aktif bulanan dan 2 miliar pengguna aktif harian.

Namun, akibat skandal kebocoran data yang melibatkan Cambridge Analytica pada tahun 2018, Facebook kehilangan satu juta pengguna di Eropa dan Amerika Serikat. Melansir data yang diterbitkan Gitnux, pada tahun 2019, pertumbuhan pengguna baru Facebook hanya naik 9% per tahun, terendah sepanjang masa. Menyusul kemudian, Facebook mengalami 42% penurunan penggunaan aplikasi, dan 44% pengguna menghapus aplikasi pada usia 18-29 tahun.

Baca Juga  Ketika Pemerintah Indonesia Terlalu Obsesi Terhadap Beras

Bagaimana dengan TikTok? TikTok adalah jejaring sosial berbasis Social Commerce ciptaan ByteDance pada 2016 di Beijing, Tiongkok. Ia adalah versi ekspor dari Douyin. Konten TikTok berbentuk video pendek dengan durasi beberapa detik hingga 10 menit. Dengan menawarkan konsep Social Commerce, pengguna TikTok dapat melakukan transaksi di Tiktok Shop, menjadi makelar daring lewat Tiktok Affiliate Program, serta menjadi kreator konten lewat Tiktok Monetization Program.

Ilustrasi TikTok, courtesy of PCMag

Pada kuartal kedua tahun 2021, TikTok menembus angkat 3 miliar unduhan, dengan 1 miliar pengguna aktif bulanan. Ia juga diunduh 2 miliar kali di Google Play Store. Melansir data Gitnux, keuntungan TikTok mencapai US$ 102 juta pada Mei 2021, dan menjadi aplikasi non-gaming dengan keutungan terbesar kedua di dunia.

Untuk menandingi dominasi TikTok, Meta meluncurkan fitur Reels di Facebook dan Instagram. Dilansir melalui rilis resmi Meta, Reels adalah fitur yang memungkinkan pengguna untuk membuat video pendek berdurasi 3 sampai 10 menit, dengan menambahkan lagu dan filter video.  Selain itu, pengguna bisa memonetisasi Reels, melalui sistem Bintang, Iklan dan Berlangganan.

Melihat data diatas, dapat dikatakan bahwa TikTok akan menyaingi Facebook di masa depan. Melansir data Insider Intelligence, waktu pemakaian TikTok akan mencapai 5,2 juta menit per hari pada 2025, mengalahkan Facebook yang hanya memiliki waktu penggunaan 5 juta menit per hari, dan Instagram yang hanya menyentuh 4,3 juta menit per hari. Situasi ini serupa dengan yang dialami MySpace saat dikalahkan Facebook pada 2009 silam.

Ilustrasi Generasi Z. Menurut data Pew Research Center, hanya 32% dari generasi ini yang menggunakan FB, dan lebih rendah lagi yang menggunakannya secara aktif, courtesy of Hipwee

Untuk relevansi zaman, kita harus melihat aktivitas pengguna dari Generasi Z (kelahiran tahun 2000-2010). Mengapa? Karena mereka adalah generasi yang menguasai tren teknologi kekinian.

Menurut Laura Cervi dalam esai TikTok and Generation Z, 41% pengguna Tiktok adalah remaja dari Generasi Z. Mereka memilih menggunakan TikTok karena kemudahan dalam mengakses informasi. Cukup dengan menonton beberapa video berdurasi singkat, mereka akan mendaaptkan apa yang mereka perlukan.

Baca Juga  Apakah Ekstrakurikuler Pramuka Masih Diperlukan?

Di sisi lain, Facebook sudah mulai ditinggalkan generasi Z. Hasil studi dari Pew Research Centre, menyebutkan pengguna Facebook usia 13-17 tahun hanya berjumlah 32%. Hanya sebagian kecil dari mereka yang masih menggunakan media sosial ini, terutama dalam interaksi melalui grup komunitas. Bahkan, banyak orang berangggapan bahwa Facebook hanya digunakan oleh orang-orang tua saja.

Namun, Meta masih belum kalah dari TikTok. Psalnya, Generasi Z yang meninggalkan Facebook beralih ke Instagram, yang masih satu payung. Melansir data yang dirilis Meta pada 2022, 70% pengguna di Indonesia menyukai konten Instagram Reels. Bahkan, ia masih menjadi salah satu produk Meta yang bertaji, karena berhasil memberikan dampak sebesar 46% kepada pengguna dari Generasi Z di kawasan Asia-Pasifik dalam memilih serta membeli produk dari perusahaan.

Dapat dikatakan, TikTok akan mendominasi Facebook pada tahun 2025 mendatang. Namun, Meta, sebagai induk pemilik Facebook, masih sulit digeser oleh TikTok, karena masih memiliki Instagram yang digandrungi remaja dai Generasi Z.

Strategi Meta untuk menjaga agar Facebook dan Instagram masih diminati pengguna patut kita tunggu. Apakah mereka akan menciptakan media sosial yang nyaman bagi pengguna? Atau, jangan-jangan, mereka benar akan tersungkur menghadapi kuasa TikTok yang semakin kuat setiap harinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *