Menyusuri Jejak Romantis Bus di Terminal Kampung Melayu

Terminal Kampung Melayu

Sebagai ibu kota Republik Indonesia, Jakarta selalu menjadi percontohan bagi wilayah lain di negeri ini. Percontohan tersebut termasuk pula dalam bidang transportasi umum. Dalam sejarahnya, berbagai transportasi umum slih berganti menjadi primadona di jalan-jalan ibukota.

Terminal, sebagai perhentian penghabisan transportasi umum, seringkali menjadi saksi bisu perjalanan sang transportasi seiring perkembangannya. Terminal Kampung Melayu, sebagai salah satu terminal bersejarah di Jakarta, juga tidak lepas dari hal tersebut, terutama berkaitan dengan bus.

Terminal Kampung Melayu dipadati warga yang sedang beraktivitas, dokumentasi penulis

Terminal Kampung Melayu adalah terminal yang berada di Jalan Jatinegara, Kecamatan Jatinegara, Jawa Timur. Menurut Bambang Istianto, Yok Suprobo, dan Emi Septiana dalam buku Manajemen Terminal Penumpang Angkutan Jalan di Indonesia, diketahui bahwa terminal ini adalah terminal tipe B, dengan luas sekitar 1.500m2. Namun, pada peresmiannya tahun 1968 oleh Gubernur Ali Sadikin, Terminal Kampung Melayu termasuk terminal tipe C.

Kampung Melayu, Saksi Bisu Kehidupan Metromini

Sebagai sebuah terminal, Terminal Kampung Melayu menjadi pusat bagi metromini. Metromini, dikenal juga dengan bus merah, dalam sejarahnya dicanangkan atas instruksi Presiden Sukarno. Bus medium ini pada awlanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi peserta pesta olahraga Games of the New Emerging Forces (GANEFO) pada 1960-an.

Pada era 1970-an, bersamaan dengan mikrolet dan bus medium lainnya seperti Kopaja, metromini mulai sering melewati Kampung Melayu. Keberadaan metromini tersebut dibenarkan oleh Bapak Maryadi selaku warga sekitar. “Jamanjaman 1970-an, Mayasari, Sinar Mas Jaya, metromini, dan Kopaja,” ungkapnya ketika menjelaskan tentang datang dan makin maraknya berbagai jenis bus di Terminal Kampung Melayu kepada penulis.

Beberapa papan trayek metromini yang pernah mengaspal di Terminal Kampung Melayu, dokumentasi penulis

Masa metromini berlalu lalang di Jakarta, terkhusus di Kampung Melayu, berlangsung cukup lama. Walaupun bus Transjakarta telah hadir sejak 2004 dan koridor 5 (Kampung Melayu-Ancol) dan koridor 7 (Kampung Melayu-Kampung Rambutan) bus tersebut telah beroperasi sejak 27 Januari 2007, metromini tetap menunjukkan eksistensinya, meski semakin hari semakin memudar.

Baca Juga  Popular Art Centre, Penjaga Musik Rakyat Palestina

Dualisme, yang kemudian mengakibatkan buruknya perawatan serta operasionalnya, giatnya pengadaan bus baru, pencabutan izin trayek pada 1.603 metromini pada 2015, dan peraturan pelarangan bus berusia lebih dari 10 tahun beroperasi, menjadi faktor-faktor yang membuat metromini kini hanya tinggal cerita.

Dalam artikel Informasi Lengkap Trayek Metromini yang Beroperasi di Jakarta oleh Ardian P. Putra, serta oleh artikel dalam  situs Etransportasi, diketahui ada beberapa trayek Metromini yang berasal dan menuju Kampung Melayu. Trayek-trayek tersebut adalah:

  1. T46: Pulo Gadung—Utan Kayu—Kampung Melayu;
  2. T50: Kampung Melayu—Duren Sawit—Perumnas Klender;
  3. T51: Kampung Melayu—Cibening;
  4. T52: Kampung Melayu—Buaran—Stasiun Cakung;
  5. T53: Kampung Melayu—Otista—Dewi Sartika—Condet—Kampung Rambutan;
  6. T54: Kampung Melayu—Kalimalang—Pondok Kelapa;
  7. S60: Manggarai—Tebet—Kampung Melayu;
  8. S61: Manggarai—Bukit Duri—Kampung Melayu;
  9. T506: Kampung Melayu—Klender—Pondok Kopi;
  10. T783: Kampung Melayu—Kalimalang—Cibubur—Cileungsi.

Geliat Kehidupan Kopaja di Kampung Melayu

Pada 1976, Kopaja berdiri sejajar bersama dengan Metromini. Dalam situs Etransportasi, diketahui ada beberapa trayek Kopaja yang berasal dan menuju Kampung Melayu, seperti:

  1. S.612: Kampung Melayu—Kemang—Ragunan;
  2. S. 68: Kampung Melayu—Pasar Minggu—Ragunan;
  3. T. 502: Kampung Melayu—Tanah Abang.

Tidak seperti Metromini, Kopaja mau bekerja sama dengan Transjakarta. Kopaja mulai melakukan peremajaan bus, dan kemudian tetap mengaspal di bawah naungan Transjakarta. Dua rute Kopaja, yang kemudian digantikan dengan Transjakarta, adalah Kampung Melayu—Ragunan (5N) dan Kampung Melayu—Tanah Abang via Cikini (5M).

Transjakarta dan Kampung Melayu

Transjakarta semakin membuat semarak khazanah bus di Kampung Melayu. Walaupun Transjakarta telah hadir sejak 2004, baru tiga tahun kemudian mereka hadir di Kampung Melayu. Kehadirannya disebabkan oleh pembukaan koridor baru, yaitu koridor 5 (Kampung Melayu-Ancol) dan koridor 7 (Kampung Melayu-Kampung Rambutan) yang mulai beroperasi sejak 27 Januari 2007. Empat tahun kemudian atau tepatnya pada 28 Desember 2011, dibuka lagi koridor lainnya yaitu Koridor 11 (Kampung Melayu-Wali Kota Jakarta Timur) atau sekarang (Kampung Melayu-Pulogebang).

Transjakarta 5C arah Monumen Nasional di Terminal Kampung Melayu, dokumentasi penulis

Transjakarta di Kampung Melayu tidak hanya tentang koridor 5, 7, dan 11. Pada perkembangannya, trayek Transjakarta di Kampung Melayu bertambah.

Baca Juga  Piramida Agung Giza, Misteri dan Keajaiban Dunia

Walaupun begitu, mereka termasuk Non-BRT. Tercatat dalam situs Transjakarta, ada empat trayek bus Non-BRT dari, menuju, dan melewati Kampung Melayu, yaitu trayek 5F Kampung Melayu-Tanah Abang (sejak 26 Januari 2018), 5M Kampung Melayu-Tanah Abang Via Cikini (sejak 14 November 2019), 5N Kampung Melayu-Ragunan (sejak 5 Desember 2019), dan 11Q Kampung Melayu-Pulo Gebang Via BKT (20 Desember 2017).

Kampung Melayu dan Bus-Bus Lain

Mengutip situs FIB UI, selain Metromini, Kopaja, dan Transjakarta, bus-bus lain juga sempat berkandang di Kampung Melayu, seperti:

  1. Mayasari Bhakti Patas (R 107) Kampung Melayu—Blok M;
  2. Mayasari Bhakti Patas (AC 50) Kampung Melayu—Kalideres;
  3. PPD 19 Kampung Melayu—Tanah Abang;
  4. PPD 58 Tanjung Priok—Kampung Melayu;
  5. PPD 213 Kalideres—Kampung Melayu;
  6. STEADY SAFE 920 Kampung Melayu—Kalideres;
  7. STEADY SAFE 948 Tanjung Priok—Kampung Melayu;
  8. STEADY SAFE P.AC.104 Kampung Melayu—Cimone;
  9. HIMPURNA P.75 Kalideres—Kampung Melayu;
  10. KOANTAS BIMA 507 Kampung Melayu—Bogor;
  11. AJAP AC 119 Kampung Melayu—Cimone.
Plang beberapa angkutan umum yang pernah hadir di Terminal Kampung Melayu, dokumentasi penulis

Ibu Rolinda, salah satu pemilik warung di Terminal Kampung Melayu, menjelaskan kepada penulis bahwa informasi dalam plang tersebut sudah tidak relevan. Bus-bus sedang dan besar seperti Mayasari, Himpurna, PPD, Kopaja, dan Metromini, sudah habis. Hanya Kopaja, yang digantikan Transjakarta, berada di Kampung Melayu.

Keromantisan bus di Terminal Kampung Melayu masih terus berlanjut. Dengan ide integrasi yang semakin digaungkan, perkembangan bus di Kampung Melayu sepertinya akan berkembang lagi. Apa yang akan terjadi di Terminal Kampung Melayu pada masa depan? Mungkin Gubernur selanjutnya memiliki jawabannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *