Liu Shan, Raja yang Tak Kompeten?

Kompeten, merupakan kualifikasi mutlak yang harus dipegang seorang pemimpin. Pemimpin yang kompeten menjadi syarat awal majunya bangsa yang ia pimpin.

Lantas, bagaimana dengan raja yang berkuasa dari hasil feodalisme, diangkat karena keturunan semata, tanpa melihat usia, prestasi, kemampuan maupun sepak terjang sebelumnya? Apakah ia akan menjadi pemimpin yang tak kompeten?

Seperti itu kira-kira kepemimpinan Liu Shan, raja kedua Shu Han. Ia, menurut literatur dan kepercayaan masyarakat, tidak memiliki kapabilitas untuk memimpin kerajaannya. Ia tidak seperti Liu Bei, ayahnya. Bisa dikatakan, peribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” tidak berlaku bagi dirinya.

Bagaimana kepemimpinan Liu Shan ketika mewarisi tampuk kerajaan Shu Han? Apa benar, ia merupakan raja yang tidak kompeten?

Tiga Kerajaan Selayang Pandang

Dalam buku Samkok tulisan Andri Wang, dijabarkan kisah Tiga Kerajaan(220-280 M)  di Tiongkok yang fenomenal. Kerajaan Shu Han, salah satu dari tiga kerajaan yang berdiri saat itu, didirikan oleh Liu Bei, dengan Chengdu sebagai ibu kota. Kerajaan Shu Han dikenal mempunyai lima jenderal hebat yang dijuluki Lima Jenderal Harimau (Five Tiger Generals).

Wilayah tiongkok pada 262 M, pada masa Tiga Kerajaan (Three Kingdoms), courtesy of Wikipedia

Selain memiliki jenderal-jenderal yang hebat, kerajaan Shu Han juga mempunyai ahli strategi yang cakap dan cerdas. Ia dikenal sebagai Zhuge Liang. Kebijaksanaannya dan kecerdasannya membantu Liu Bei menjalankan tampuk pemerintahan Shu Han membuatnya mendapat julukan Naga Tidur (Sleeping Dragon).

Menurut tradisi Tiongkok, raja Liu Bei dikenal sebagai raja yang bijaksana, adil, tegas dan pemberani. Kepemimpinannya dielu-elukan rakyat. Mereka berharap bahwa di bahwa kepemimpinan Liu Bei, kejayaan kerajaan Han dapat kembali bangkit.

Masa tua Liu Bei berakhir menyedihkan. Kematian Guan Yu, saudaranya, yang bersumpah akan mewujudkan cita-cita Liu Bei, di tangan Sun Quan, membuatnya terkejut. Ia berusaha membalas dendam kematian Guan Yu, meski berakhir dengan kegagalan.

Baca Juga  IQ Zoo, Ketika Hewan Dapat Melakukan Tugas Manusia

Kesedihannya berlanjut, setelah Zhang Fei, saudaranya yang lain, juga dibunuh oleh Fan Qiang dan Zhang Dan. Ia menyembelih kepala Zhang Fei, dan membelot ke Sun Wu.

Kehilangan kedua saudaranya, membuat kondisi kesehatan Liu Bei terus menurun. Ia meninggal pada usia 63 tahun. Setelah kematiannya, tampuk kepemimpinan kerajaan Shu Han diserahkan kepada anaknya, Liu Shan.

Masa Kecil Liu Shan

Liu Shan lahir pada tahun 207 M. Ia menjadi anak satu-satunya dari pasangan Liu Bei dan Putri Gan.

Liu Shan pertama kali disebut dalam Riwayat Tiga Kerajaan saat peristiwa Jembatan Changban. Saat itu, Cao Cao, raja kerajaan Wei, berusaha menaklukan kota Xin Ye. A Dou, nama kecilnya, bersama ibunya dan Putri Mi, istri Liu Bei lainnya, tertinggal dari pasukan utama Liu Bei. A Dou berhasil diselamatkan oleh Zhao Yun berkat pengorbanan diri Putri Mi.

Ilustrasi Liu Shan, sebagai raja kedua kerajaan Shu Han, courtesy of Giant Bomb

A Dou hampir dijadikan alat barter oleh Sun Quan, raja Sun Wu. Melalui siasat dari Zhou Yu, ahli strategi Sun Wu, Sun Quan memerintahkan adiknya, Sun Shanxiang, yang juga menikah dengan Liu Bei sebagai wujud aliansi antara Shu Han dan Sun Wu, untuk pulang membawa A Dou ke Dong Wu.

Rencananya, A Dou akan dijadikan alat tukar dengan wilayah Jing Zhou oleh Sun Quan. Dalam perjalanan ke Dong Wu, A Dou berhasil dirampas kembali oleh Zhao Yun dari tangan Sun Shangxiang.

Menjadi Penguasa Shu Han

Saat Liu Bei memproklamasikan dirinya sebagai raja dari Hanzhong pada 219 M, Liu Shan ditunjuk sebagai pewaris tahta kerajaan Shu Han, alih-alih kakaknya, Liu Feng.

Setelah kematian ayahnya, Liu Shan remaja diangkat menjadi raja. Ia, yang masih kekanak-kanakan itu, tidak mengerti bagaimana mengurus negara. Bahkan, ia menyerahkan semua urusan negara saat itu pada Zhuge Liang.

Ilustrasi masa Qing mengenai Liu Shan, courtesy of Wikipedia

Kematian Zhuge Liang pada 234 M, menciptakan lubang besar bagi kerajaan Shu Han. Liu Shan menunjuk Jiang Wan dan Fei Hui untuk meneruskan apa yang ditinggalkan Zhuge Liang. Selama 41 tahun lamanya, ia memerintah Kerajaan Shu Han.

Tak Kompeten?

Nasib kerajaan Shu Han di tangan Liu Shan tidak sekuat sebelumnya. Pada tahun pertamanya sebagai raja, ia mengirim utusan ke Kerajaan Sun Wu untuk memperbaiki hubungan dan membuat perdamaian. Dua tahun setelahnya, ia membuat kebijakan untuk mengembangkan pertanian dan memberi wewenang pada menteri-menterinya untuk mengatur semua pemerintan, lokal maupun nasional. Terakhir, pada tahun ke-16 kepemimpinannya, dirinya ikut serta dalam politik.

Baca Juga  Mitos dan Sejarah Galungan, Peringatan Kemenangan Dharma Umat Hindu di Indonesia

Selama masa pemerintahannya, Liu Shan banyak melakukan upaya untuk melawan kerajaan Cao Wei, yang sudah beralih kepemimpinan ke tangan keluarga Sima. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

Di sisi lain, Liu Shan dikenal hanya menghabiskan waktunya dengan mabuk-mabukan dan berpesta bersama selirnya daripada mengurusi negara. Acap kali, ia terlihat mengunjungi wilayah-wilayah negaranya. Ia juga berusaha meningkatkan pemakaian barang-barang mewah, yang membuat tekanan pada pembendaharaan.

Ketidakcakapan Liu Shan dalam memimpin negara pun terlihat. Pada tahun ke-60 (263 M) berdirinya Kerajaan Shu Han, Kerajaan Cao Wei menginvasi Shu Han. Jendral Jiang Wei sudah memperingati Liu Shan soal itu. Akan tetapi, ia lebih mendengarkan kebohongan Huang Hao, musuh politik Jiang Wei, sehingga dia tidak mempersiapkan pasukannya dengan baik.

Ilustrasi kontemporer Huang Hao (kanan), kanselir (eunuch) yang mempengaruhi kebijaksanaan sang raja, courtesy of min.news

Ketika invasi terjadi, Liu Shan ketakutan bukan main. Setelah beberapa jendralnya dikalahkan, tidak peduli keputusannya ditentang atau tidak, ia akhirnya menyuruh semua bawahannya untuk menyerah. Pernyataan menyerah tersebut menjadi polemik, terlebih melihat fakta bahwa saat itu, masih tersisa 200.000 prajurit yang sanggup melawan invasi Cao Wei.

Kepemimpinan Liu Shan yang tak cakap mendapatkan cemooh dari pemimpin kerajaan lain. Jendral Sima Zhao dari kerajaan Cao Wei, mengatakan bahwa Liu Shan hanya main saja, dan tidak mau tahu urusan negara.

Tidak ada dampak signifikan bagi kerajaan Shu Han selama 41 tahun pemerintahan sang raja penerus Liu Bei ini. Selama ia berkuasa, ia lebih sering menyerahkan urusan negara pada para kanselirnya (eunuch).

Penutup

Liu Shan, yang tumbuh di lingkungan yang diberkati, tidak serta merta membuatnya menjadi raja bijaksana seperti ayahnya. Ia, yang diharapkan mampu menjaga Kerajaan Shu Han, ternyata gagal melaksanakan tugas tersebut. Keruntuhan Shu Han menjadi faktor utama kegagalannya.

Baca Juga  Abdurrahman ad-Dakhil, Sang Rajawali Quraisy

Melihat sepak terjangnya selama memimpin kerajaan Shu Han, mungkinkah Liu Shan dapat dianggap sebagai raja yang tak kompeten? Secara tegas, dapat saya katakan jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “iya”.

Kekuasaannya menjadi contoh nyata, bahwa kepemimpinan yang terbentuk atas dasar genealogis dan feodalisme sulit untuk menciptakan pemimpin yang cakap. Alih-alih menghasilkan pemimpin yang cakap dalam mengelola negara, feodalisme lebih sering menghasilkan pemimpin yang memerintah hanya karena simbol-simbol karismatik semata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *