Siapa yang tidak kenal dengan Batu Ampar? Bagi yang belum mengenalnya, Batu Ampar merupakan sebuah wilayah yang menjadi destinasi wisata di selatan Pulau Batam. Karena keindahannya, wilayah ini menjadi pusat destinasi wisata di pulau tersebut.
Selain memiliki nilai ekonomis, Batu Ampar memiliki sebuah cerita rakyat di balik asal-usul berdirinya wilayah tersebut. Bagaimana kisahnya?
Sekilas mengenai Batu Ampar
Batu Ampar merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan negara Singapura ini memiliki hamparan batu yang luas.
Menurut situs resmi Kecamatan Batu Ampar, terbentuknya kecamatan ini bersamaan dengan pemekaran kecamatan di Kota Batam, berdasar pada Perda Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pemekaran, Perubahan, dan Pembentukan Kecamatan Kelurahan di Kota Batam.
Berdasarkan arti kata, Batu Ampar berarti “batu yang terhampar”. Kata Batu Ampar diambil dari kata Batu Ampa, dengan Ampa berarti terhampar dalam bahasa Batam.
Kisah Si Badang
Menurut buku cerita rakyat yang ditulis Abdul Razak, yang dikutip melalui situs resmi Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, terciptanya Batu Ampar tidak lepas dari kisah seorang lelaki bernama si Badang.
Konon diceritakan, ada seorang laki-laki berpakaian kumal dan bertubuh ceking yang hidup di wilayah geografis Kepulauan Riau. Ia masih bujang, belum menikah. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan Badang.
Badang memiliki perawakan kecil. Lengannya terlihat seperti mudah patah, dan kakinya terlihat seperti terkena penyakit lumpuh.
Si Badang sedikit demi sedikit tumbuh menjadi seorang pria yang jujur, sederhana, suka berkelana, dan perkasa. Dari Kepulauan Riau, dia berpindah-pindah tempat menuju ke Bintan, Daik, Pulau Buluh, hingga ke Tumasik (Singapura).
Di Tumasik, Badang menjadi seorang pria yang sakti. Ia sampai mewakili negeri Tumasik untuk beradu kekuatan melawan orang kuat dari India. Orang kuat asal India itu menghadap ke Tuan Putri, penguasa Tumasik, untuk menyerahkan semua hartanya kepada Tuan Putri, jika si orang kuat tersebut kalah dalam adu kekuatan bersama Tuan Putri. Namun, jika dia menang, maka Tuan Putri harus menyerahkan Tumasik kepadanya. Dengan taruhan seperti ini, Tuan Putri mengutus si Badang yang telah menjadi kepercayaannya.
Duel itu pun segera diselenggarakan. Dengan mengambil tempat di pantai timur Tumasik, tepatnya di depan Pulau Sentosa, adu kekuatan pun dimulai. Orang kuat asal India tersebut mengangkat sebuah batu besar untuk memamerkan kekuatannya.
Meski berat batu itu setengah ton, orang kuat asal India itu berhasil mengangkatnya hingga di atas kepala. Melihat hal itu, Tuan Putri menjadi gusar dan gugup. Dalam hatinya, Tuan Putri terus berpikir buruk mengenai nasib negerinya jika Badang kalah dalam pertandingan.
Hingga saatnya si Badang melakukan unjuk kekuatan. Badang menuju batu besar yang dapat diangkat oleh lawan tandingnya tersebut. Sebelum mengangkat batu besar itu, Badang sejenak menghadap ke Gunung Ledang kemudian Selat Singapura.
Selepas itu, dengan entengnya si Badang mengangkat batu itu dan melambung-lambungkannya dengan telapak tangan kanannya. Badang kemudian memindahkannya ke tapak tangan kirinya. Sejurus berlalu, si Badang mengambil ancang-ancang dan sontak melemparkan batu besar berwarna hitam kemerahan tersebut ke laut. Batu besar itu segera melesap ke udara dan akhirnya menghilang dari pandangan. Jadilah si Badang sebagai pemenang. Tuan Putri pun girang bukan main.
Namun, ada hal yang mengganjal di hati Tuan Putri. Ia pun lantas bertanya pada si Badang, “Di manakah batu lemparan itu terjatuh?” tanya Tuan Putri kepada si Badang.
“Patik pikir batu itu jatuh bersepai di kawasan yang berjarak sekitar 10 mil laut dari sini pada sebuah daratan, Tuanku,” jawab si Badang.
Menurut penuturan si Badang, batu itu jatuh bersepai. Bersepai dapat diartikan sebagai batu yang pecah berserakan di kawasan berjarak 10 mil laut dari tempat pertandingan dan mendarat di sebuah daratan.
Karena merasa kurang puas, Tuan Putri mengirim utusan untuk mencari tahu tempat batu itu terjatuh. Bersama si Badang, utusan tersebut tiba di bagian utara sebuah pulau. Kepingan batu itu tersusun bagus dan indah, sehingga membentuk hamparan batu. Setelah menyaksikan keindahan susunan kepingan-kepingan batu tersebut, Badang dan si utusan kembali pulang. Mereka mengadukannya kepada Tuan Putri.
Pulau itu kini disebut dengan Pulau Batam. Tempat dengan kepingan-kepingan batu indah itu kemudian disebut dengan Batu Ampar. Sejak saat itu, kawasan Batu Ampar dikenal oleh orang-orang dan menjadi tempat kunjungan yang indah.
Pandangan Masyarakat terhadap Kisah Batu Ampar
Warga sekitar benar-benar menjaga keberadaan kisah Batu Ampar. Mereka percaya, bahwa tempat yang mereka tinggali memiliki simbol-simbol kekuatan, keselamatan, dan keberuntungan.
Selain itu, kisah Batu Ampar memiliki kesan istimewa bagi masyarakat lokal di Batam. Mereka menilai kisah Badang dan terbentuknya Batu Ampar merupakan kisah asal-muasal keberadaan mereka di dunia, yang patut dijaga, dilestarikan, dan ditransmisikan kepada generasi penerus.
Hеy would you mind letting me know which һosting company
you’re using? I’ve loaded уour blog іn 3 different browsers and I must say this blog loads a lot quiϲker then moѕt.
Can you suggest ɑ good hosting provider at a honest price?
Kudos, I appreciate it!