Sebagai salah satu wilayah di Afrika bagian tengah, Angola menjadi rebutan negara adikuasa. Mereka berebut pengaruh di Angola untuk menanamkan pengaruh ideologinya. Kondisi tersebut terjadi karena wilayah Angola sangat strategis, sehingga memainkan peran kunci dalam eskalasi konflik Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat di Afrika.
Ia juga didukung oleh adanya perang saudara antarkelompok gerakan pembebasan nasional, memungkinkan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menyusup ke dalam. Perang saudara tersebut menjadi celah bagi kedua negara adikuasa untuk memihak salah satu kekuatan dan melawan kekuatan lainnya.
Bagaimana kisah perebutan pengaruh kekuatan adikuasa Uni Soviet di Angola?
Kepentingan Uni Soviet Bersekutu dengan MPLA
Uni Soviet menjalin hubungan dengan Movimiento Popular de Libertacau de Angola (MPLA) pada akhir 1974. Alasan kedua belah pihak menjalin kerja sama, adalah mereka sama-sama berhaluan komunis. Uni Soviet bersedia membantu MPLA dalam memerdekakan Angola agar lepas dari pengaruh Portugis maupun blok barat.
Berdasarkan estimasi Amerika Serikat, terungkap fakta bahwa Uni Soviet telah memberikan bantuan dana perlengkapan militer sebanyak US$100-300 juta. Menurut buku Soviet Shadows over Africa oleh Walter F. Hahn dan Alvin J. Cottrell, perlengkapan militer yang diperoleh MPLA, antara lain 600 tank, 500 truk, roket kaliber 122 mm, 100 pucuk senapan mesin, 36.000 pistol, dan lainnya.
Dengan adanya bantuan kekuatan militer, Uni Soviet dapat menanamkan kepentingan ideologinya di Angola. Ia dapat memperluas hegemoni politik di benua Afrika. Hasil akhirnya, rezim komunis berhasil didirikan Uni Soviet di Angola melalui tangan MPLA.
Dalam memberikan bantuan militer ke MPLA, Uni Soviet juga melibatkan Kuba. Alasannya, karena mereka tidak menginginkan adanya intervensi di Angola, yang dapat menimbulkan konfrontasi dengan Blok Barat. Selain itu, pasukan militer Kuba juga telah terlatih dengan iklim tropis di Angola.
Kuba menerima ajakan Uni Soviet untuk terlibat di Angola. Menurut Harnoto dalam tulisan Percaturan Kepentingan Uni Soviet dan Amerika Serikat di Angola, alasan Kuba untuk terlibat adalah agar prestise mereka di kancah internasional dalam menyebarkan ideologi komunis dapat meningkat. Mengutip C. Stephens dalam artikel The Soviet Union and Angola, Kuba memberikan bantuan berupa bantuan ekonomi kepada MPLA sebanyak US$70 juta, serta 17.000 pasukan komando.
Keuntungan yang Diperoleh Uni Soviet di Angola
Ketika MPLA berhasil meraih kemenangan dalam perang saudara di Angola, hal ini membuka peluang baru bagi Uni Soviet dalam menguatkan sistem ajaran komunisme di negara tersebut. Untuk menegakkan ajaran tersebut, Leonid Brezhnev, pemimpin Uni Soviet, menandatangani perjanjian persahabatan dengan Agostinho Neto, pemimpin MPLA. Perjanjian tersebut ditandatangani pada 8 Oktober 1978, yang berlangsung selama 20 tahun.
Sebelumnya, Uni Soviet mengajak Angola untuk menandatangani perjanjian perdagangan dan industri penangkapan ikan pada 1976. Menurut Hartono, kepentingan Uni Soviet dalam perjanjianh tersebut adalah karena mereka ingin menempatkan armada lautnya di Angola. Negara adidaya tersebut mengincar beberapa pelabuhan di Angola, seperti Luanda, Lobito, Mocamedes, dan Amboin.
Dengan adanya perjanjian tersebut, Uni Soviet bisa leluasa dalam melakukan pengisian bahan bakar, mengistirahatkan awak kapal, menangkap ikan, serta melakukan penelitian ilmiah di lautan Angola. Uni Soviet juga dapat memanfaatkan beberapa pelabuhan Angola yang strategis untuk mengawasi pergerakan NATO, yang menyuplai bahan mineral dan minyak dari Teluk Persia ke Amerika bagian utara dan Eropa.
Walau sudah menandatangani beberapa perjanjian, hal tersebut tidaklah membuat kedudukan Uni Soviet dominan di Angola. Komitmen Uni Soviet tampaknya kurang mengikat dalam menjalin kerja sama dengan Angola. Sebagai contoh, Angola tidak dimasukkan menjadi anggota penuh dari Council for Mutual Economic Assistance (CMEA), organisasi bentukan Uni Soviet.
Sebagai negara adikuasa, hubungan kerja sama Uni Soviet-Angola ternyata lebih menguntungkan Uni Soviet. Mengutip Hartono, ekspor kopi Angola ke Uni Soviet hanya menghasilkan US$13,5 juta, sementara Uni Soviet, melalui ekspor mesin industri dan perlengkapan industri ke Angola, berhasil meraup US$67 juta. Hasil ekspor tersebut, tentu tidak sebanding, dan cenderung merugikan Angola.
Respons Amerika Serikat
Merespons geliat Uni Soviet di Angola, Amerika Serikat tidak tinggal diam. Mereka ikut turun dalam urusan negara Afrika bagian tengah tersebut. Terlebih, sebagai langkah pembendungan konfrontasi, Amerika Serikat menyiapkan beberapa strategi dalam membentung dominasi Blok Timur di Angola.
Straetgi pertama yang diterapkan Amerika Serikat adalah dengan menjalin kerja sama dengan Afrika Selatan, Zaire, dan Zambia. Ketiga negara tersebut diikat dalam kerja sama pada 31 Januari 1975, agar mendukung pendirian pemerintahan koalisi dari ketiga gerakan pembebasan nasional Angola.
Strategi kedua yang dilakukan Amerika, adalah dengan memberikan bantuan kepada Frente Nacional de Libertação de Angola (FNLA) berupa perlengkapan militer melalui Zaire. Mengutip Hartono, hal ini ditujukan agar FNLA dapat menyingkirkan MPLA dari pemerintahan Angola.
Afrika Selatan, yang menjadi sekutu Amerika Serikat, diam-diam juga melakukan intervensi di Angola. Ini membuat kredibilitas Amerika Serikat menjadi buruk di negara Afrika bagian tengah tersebut. Untuk menyiasati hal tersebut, Amerika Serikat membantu União Nacional para a Independência Total de Angola (UNITA) dan FNLA berupa bantuan ekonomi sebesar US$32 juta untuk pembebasan Angola dari pengaruh MPLA.
Namun, upaya tersebut ditolak oleh Kongres Amerika Serikat, melalui Clark Amandement. Alasan penolakan tersebut, adalah karena kondisi Amerika Serikat sedang mengalami gangguan ekonomi sebagai dampak pemboikotan. Kondisi tersebut membuat mereka tidak bisa berbuat banyak dalam menunjang strategi politiknya di Angola. Ini juga berdampak pada kedudukan UNITA dan FNLA, yang tidak mampu menyingkirkan dominasi MPLA di Angola.
Dapat dikatakan, Uni Soviet memiliki kepentingan besar di Angola. Selain ingin mengamankan posisi di Afrika, Uni Soviet juga ingin menyebarkan paham komunisme di benua tersebut. Meski begitu, upaya Uni Soviet berusaha dihalang-halangi oleh Amerika Serikat, meski pada akhirnya rencana tersebut tidak berjalan secara efektif.