Filsafat Rene Descartes: Meragu untuk Mencapai Kepastian

Rene Descartes (1596-1650) merupakan filsuf utama dalam sejarah filsafat Barat. Ia dijuluki sebagai Bapak Filsafat Modern, karena menjadi filsuf yang melahirkan sistem baru dalam filsafat.

Di balik kegemilangan pemikirannya, kehidupan Rene Descartes dapat dikatakan kurang beruntung. Ia telah menjadi seorang piatu sejak bayi, karena sang ibu telah meninggal setelah melahirkannya ke dunia. Selain itu, ia juga menderita penyakit batuk seumur hidupnya.

Sampul buku Meditations on First Philosophy (1641) dalam bahasa Latin, courtesy of Wikipedia

Rene Descartes menghasilkan banyak karya selama hidupnya. Dua diantaranya adalah Meditations on First Philosophy dan Discourse on Method. Ia menjadi pelopor rasionalisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa akal atau rasio merupakan sumber utama untuk menghasilkan pengetahuan. Ini dapat dilihat dalam proyek filsafatnya yang sangat menekankan peranan akal untuk mencapai suatu kepastian.

Aku Berpikir, Maka Aku Ada

Rene Descartes pertama-tama mengawali pemikiran filosofisnya dengan sebuah keraguan. Sang Bapak Filsafat Modern ini tidak hanya meragukan apa yang ada di sekelilingnya; Ia juga meragukan eksistensi dirinya sendiri.

Ia tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh persepsi indrawi. Menurutnya, persepsi indrawi dapat mengaburkan kebenaran, karena bisa jadi, apa yang kita rasakan melalui indra tidak menggambarkan kebenaran.

Ilustrasi orang berpikir. Berpikir dapat membuat manusia mencapai kebenaran, menegaskan kehadiran mereka sebagai manusia di dunia ini, courtesy of Liputan6.com

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Pemikiran Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche tulisan F. Budi Hardiman, Descartes juga meragukan asas-asas matematika dan pandangan-pandangan metafisik lainnya mengenai dunia material maupun immaterial. Ia beranggapan bahwa Iblis yang cerdik bisa saja telah memperdaya kita, sehingga kita dipermainkan oleh tipuan dan khayalan yang diciptakannya. Akhirnya, Descartes menemukan sebuah kepastian, yang menunjukkan bahwa dirinya dan apa yang ada di sekelilingnya benar-benar nyata.

Hal yang dapat dijadikan sebagai kepastian oleh Descartes adalah bahwa dirinya yang sedang meragu ini pasti benar-benar nyata. Tidak mungkin seseorang akan ragu apakah dirinya ada atau tidak ada. Pemikiran ini bermuara ke satu titik, yang oleh Descartes dipahami sebagai “Aku Berpikir, Maka Aku Ada”, atau dalam bahasa latin sering disebut “Cogito Ergo Sum.

Cogito, ergo sum (aku berpikir, maka aku ada), kalimat legendaris dari seorang Rene Descartes, courtesy of Redbubble

Selama kita meragu, kita akan semakin yakin bahwa eksistensi kita ini nyata. Descartes memandang bahwa meragukan adalah berpikir, dan beranggapan bahwa berpikir mampu mencapai kepastian akan eksistensi.

Baca Juga  Hari Kebangkitan Nasional, Lebih Tua atau Lebih Modern?

Meski terkesan radikal, keraguan Descartes hanyalah sebuah metode untuk menemukan dasar yang kokoh untuk mencapai kepastian akan kenyataan. Ia berkesimpulan bahwa dirinya dan apa yang ada di sekelilingnya merupakan sebuah kenyataan, bukan sebuah mimpi panjang atau tipuan dari iblis yang cerdik.

Tuhan sebagai Kesempurnaan Tertinggi

Setelah yakin bahwa dirinya benar-benar nyata, Rene Descartes mulai mempertanyakan apakah masih ada lagi kepastian intuitif yang harus ia capai. Ia menemukan satu hal yang harus dipastikan, yakni mengenai wujud yang sempurna.

Menurut Descartes, ide mengenai wujud sempurna telah ada dalam dirinya sendiri, dan pastinya, merupakan sebuah ide bawaan. Namun, meski ide kesempurnaan sudah tertanam dalam dirinya, ia yakin bahwa ada entitas yang telah menanamkan ide tersebut dalam dirinya.

Ilustrasi cahaya ilahi. Menurut Descartes, Tuhan merupakan sebuah wujud sempurna yang benar-benar ada di semesta ini, courtesy of Renungan Kristen

Jostein Gaarder, dalam buku Dunia Sophie, mengatakan bahwa Descartes beranggapan bahwa ide tentang wujud sempurna bukan hanya ada pada dirinya, tetapi juga pada setiap orang. Namun, karena dirinya ataupun manusia lainnya tidak sempurna, ia berkesimpulan bahwa ide tentang wujud sempurna pasti ditanamkan oleh sang pemilik kesempurnaan tertinggi.

Dari pemikiran ini, Rene Descartes yakin bahwa wujud sempurna benar-benar ada. Menurutnya, sangat mustahil jika orang-orang berpikir mengenai kesempurnaan, jika wujud sempurna itu tidak ada.

Dalam argumen di atas, apat dilihat bahwa pemikiran Descartes memiliki kemiripan dengan filsafat St. Anselmus, yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang lebih besar yang dapat dipikirkan selain sosok Tuhan. Rene Descartes meyakini bahwa Tuhan benar-benar ada sebagai wujud sempurna.

Meski argumennya tentang wujud sempurna masih lemah, kontribusi Descartes pada filsafat modern sangat besar. Metode keraguannya telah membuka era baru dalam filsafat, dan kelak,  beberapa pemikiran filofisnya mempengaruhi para filsuf setelahnya.

Baca Juga  Apakah Benar Borobudur Dibangun Nabi Sulaiman?

*Tulisan ini pernah terbit dalam situs IBTimes dengan judul Dari Keraguan Mencapai Kepastian: Metode Filsafat Rene Descartes pada 9 Februari 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *