
Rezim Pendidikan dan Penelitian
Pendidikan bukan hanya memupuk kemampuan mengetahui (knowledge) dan membuat (skill), melainkan yang lebih mendasar keistimewaan dalam berbuat (virtues).
Rubrik tulisan-tulisan arsip yang layak untuk dibaca kembali. Pelajari kembali, bagaimana tulisan-tulisan lawas tersebut mampu membangkitkan kembali ingatan kita akan masa lalu, masa kini, dan masa depan
Pendidikan bukan hanya memupuk kemampuan mengetahui (knowledge) dan membuat (skill), melainkan yang lebih mendasar keistimewaan dalam berbuat (virtues).
Setelah Belanda meminta maaf, sudah saatnya Indonesia mau berinvestasi jika benar-benar ingin memiliki sejarawan yang benar-benar mengetahui dan memahami sejarah Indonesia yang berkaitan dengan Belanda.
Meski sudah banyak prestasi, upaya internasionalisasi Islam Indonesia merupakan tugas yang sangat berat karena ada faktor epistemologis yang non-empiris.
Kesadaran nasional era digital semakin kita rasakan ialah kesadaran untuk menjadi manusia. Manusia tetap unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Berdasarkan cara berpikir historis, dapat dengan mudah disimpulkan: salah satu sebab dari disorientasi nilai yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini berhubungan erat dengan disorientasi historiografis Indonesia yang membentuk memori kolektif sebagai narasi sejarah bangsa.
Sepanjang masyarakat masih memercayai bahwa di dunia ini ada orang yang mengaku bisa mengendalikan makhluk halus untuk kepentingan yang bersifat pragmatis, pada saat itu kejahatan atas nama pengandaan uang tetap akan berjalan. Karena kepercayaan tersebut bersifat kultural, satu-satunya cara menghentikannya ialah menciptakan budaya tanding (counter culture) sebagaimana dikenalkan oleh Talcon Parsons.
Kaum Muslimin di Asia Tenggara perlu memberi contoh tentang penerapan Islamisitas secara aktual dalam penyelamatan alam lingkungan dan sumber daya alam. Di sini kaum Muslim harus memperkuat integritas diri pribadi dan komunitas sehingga dapat mengaktualkan Islam ramhatan lil alamin, rahmat bagi alam semesta.
Politik, sosial, dan agama semakin teralienasi dari kebudayaan. Perpolitikan semakin “kering” dari nalar kebudayaan. Tata sosial diserbu kebudayaan asing. Kehidupan beragama semakin memusuhi kebudayaan, karena dianggai bid’ah.
Sejarah bukan dongeng, namun proses fakta yang harus didukung oleh adanya sifat ilmiah, akali-rasional. Jadi penulisan sejarah harus mampu menggambarkan kejadian yang berproses itu secara kausatif, yakni hubungan sebab akibat dari apa yang menjadi sebab dengan apa yang terjadi sebagai akibat dari penyebab itu.
Keadaan masa kini merupakan kelanjutan masa lalu, dan perkembangan masa yang akan datang bertumpu pada masa kini. Untuk mengetahui masa lampau, masa kini, dan masa mendatang, seseorang diharapkan mempelajari sejarah.