Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah, adalah salah satu tokoh pembaru Islam yang berperan besar dalam membawa perubahan sosial dan pendidikan di Indonesia pada awal abad ke-20.
Selain dikenal karena hal itu, aspek penting lain dari pemikirannya adalah pandangannya terhadap peran perempuan dalam Islam, yang mencerminkan semangat pembaruan yang inklusif dan progresif. Dalam konteks ini, Ahmad Dahlan tidak hanya mengadvokasi pendidikan untuk perempuann, tetapi juga mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan keagamaan.

Dalam hal pendidikan dan hak-hak perempuan, Ahmad Dahlan percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap individu, tanpa memandang gender. Ia menekankan pentingnya pendidikan formal dan keagamaan bagi perempuan, yang dianggapnya sebagai langkah awal untuk memberdayakan mereka.
Melalui pendirian organisasi Aisyiyah pada 1917, Ahmad Dahlan menciptakan wadah bagi para perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan yang diperlukan untuk berkontribusi dalam masyarakat. Aisyiyah tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga pada pendidikan umum dan keterampilan hidup, membuat perempuan dapat mandiri dan berdaya.
Peran Perempuan dalam Islam menurut Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan hidup pada masa ketika perempuan seringkali terpinggirkan dari kehidupan sosial dan pendidikan. Tradisi patriarkal yang kuat membatasi gerak perempuan, baik dalam ranah domestik maupun publik.
Namun, Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang berbeda. Baginya, Islam menempatkan perempuan pada posisi yang terhormat, dengan hak dan kewajiban yang setara dengan laki-laki dalam banyak aspek kehidupan.
Ia meyakini bahwa pembatasan terhadap perempuan lebih banyak berasal dari tradisi lokal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sejati. Dalam pandangannya, Islam memberikan hak kepada perempuan untuk mendapatkan pendidikan, berperan dalam kehidupan sosial, dan menjadi bagian dari gerakan pembaruan umat. Pandangan ini sejalan dengan prinsip-prinsip kesetaraan gender yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis, seperti dalam QS Al-Mujadilah: 11 dan QS. An-Nisa: 124.

Melalui dua surah tersebut, Allah menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan adalah teman sejati dan pelindung satu sama lain. Pandangan ini menjadi landasan bagi Ahmad Dahlan untuk memerjuangkan kesetaraan gender dalam konteks sosial dan keagamaan. Ahmad Dahlan juga mengajak kaum perempuan untuk aktif dalam dakwah dan kegiatan sosial.
Ia percaya bahwa perempuan punya potensi yang sama untuk berkontribusi dalam masyarakat, baik sebagai pendidik maupun sebagai agen perubahan sosial untuk memberikan interpretasi baru yang lebih kontekstual dalam teks-teks agama, membebaskan perempuan dari belenggu tradisi yang tidak islami. Ia menciptakan ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, tanpa merasa tertekan oleh norma-norma tradisional yang membatasi (Kartini Kartono, Peran Wanita dalam Perubahan Sosial, 2006).
Pendidikan sebagai Pilar Pemberdayaan Perempuan
Ahmad Dahlan melihat pendidikan sebagai kunci utama untuk memberdayakan perempuan. Salah satu aspek utama dari pemikirannya adalah pendidikan penting bagi perempuan.
Dalam pandangannya, pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan moral. Ahmad Dahlan mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan formal dan keagamaan, yang pada saat itu merupakan langkah revolusioner, mengingat banyak masyarakat yang masih berpegang teguh pada tradisi yang membatasi akses pendidikan bagi perempuan.

Dalam konteks ini, Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiyah pada 1917, sebuah organisasi perempuan di bawah naungan Muhammadiyah. Aisyiyah tidak hanya menjadi wadah untuk memberikan akses pendidikan kepada perempuan, tetapi juga menjadi platform untuk memberdayakan mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Melalui Aisyiyah, perempuan diajarkan berbagai ilmu, mulai dari agama hingga keterampilan praktis seperti menjahit dan memasak. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap peran perempuan (Siti Nurhayati, Kontribusi Aisyiyah terhadap Pendidikan Perempuan di Indonesia, 2018).
Ahmad Dahlan percaya, bahwa perempuan yang terdidik akan melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlak mulia sehingga menjadi kekuatan utama dalam membawa perubahan sosial.
Perempuan sebagai Subjek Aktif Pembaruan
Dalam pandangan Ahmad Dahlan, perempuan tidak hanya objek perubahan. Mereka juga subjek aktif yang memiliki peran strategis dalam gerakan pembaruan.
Hal ini terlihat dari aktivitas para perempuan Aisyiyah yang terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pemberantasan buta huruf, memberikan pelayanan kesehatan, dan menyebarkan dakwah Islam. Mereka menjadi agen perubahan, membawa semangat pembaruan ke berbagai lapisan masyarakat.
Ahmad Dahlan juga mendukung perempuan untuk mengambil peran dalam bidang ekonomi. Ia mendorong perempuan untuk mandiri secara finansial melalui keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan Aisyiyah. Perempuan tidak hanya menjadi pendukung keluarga, tetapi juga penggerak ekonomi masyarakat.
Pemikiran Ahmad Dahlan tetap Aktual hingga Kini
Hingga hari ini, pemikiran Ahmad Dahlan tentang peran perempuan tetap relevan. Di tengah perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, nilai-nilai yang ia tanamkan melalui gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah dapat menjadi sumber inspirasi.
Aisyiyah telah berkembang menjadi salah satu organisasi perempuan terbesar di Indonesia, yang menghasilkan berbagai program untuk mendukung pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan perempuan.
Pemikiran Ahmad Dahlan mengingatkan kita, bahwa pemberdayaan perempuan adalah bagian integral dari kemajuan masyarakat. Dengan memanfaatkan potensi perempuan secara maksimal, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan sejahtera.
Pada akhirnya, pandangan Ahmad Dahlan tentang peran perempuan menunjukkan bahwa ia adalah seorang visioner, yang memahami nilai penting pendidikan dan pemberdayaan kaum perempuan. Melalui Aisyiyah dan kegiatan mendorong kesetaraan gender, ia telah membuka jalan bagi banyak perempuan, utamanya para muslimat, untuk berkontribusi secara signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Warisan pemikirannya terus hidup melalui Aisyiyah, dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan di negeri ini.