Spanyol berduka. Negeri di ujung barat benua Eropa tersebut mengalami musibah banjir pada 29 Oktober 2024 lalu. Mengutip pemberitaan Antara News, banjir tersebut merupakan yang terbesar dan paling mematikan yang pernah melanda Negeri Matador tersebut.
Sebelumnya, Spanyol pernah merasakan banjir besar pada Agustus 1996. Mengutip sebuah artikel dalam CNBC Indonesia, 87 orang meninggal dalam musibah tersebut. Namun, banjir Oktober 2024 telah melampaui itu, dan mengutip Antara News, tercatat sebanyak 217 orang meninggal dunia.
Bagaimana kisah banjir terbesar ini menyapu Spanyol? Apa yang menyebabkan ini terjadi?
Penyebab Banjir Terbesar di Spanyol
Mengutip pemberitaan CNBC Indonesia, banjir Spanyol pada Oktober 2024 terjadi karena Depression Aislada en Niveles Altos (DANA). Live Sciencemenuliskan bahwa DANA merujuk kepada depresi terisolasi tingkat tinggi.
Sementara itu, pemberitaan Republika mengartikan DANA sebagai sistem tekanan rendah yang terbentuk di atmosfer bagian atas, terpisah dari sistem tekanan rendah lainnya. DANA terjadi ketika massa udara hangat berbenturan dengan massa udara dingin yang statis pada ketinggian sekitar 9.000 meter.

Keberadaan DANA terdeteksi di lepas pantai lebih dari 12 jam. Keberadaannya menimbulkan suhu air di lepas pantai Valencia tercatat mencapai 22 derajat Celsius. Pada suhu normal di Valensia, hanya tercatat sekitar 21 derajat Celsius. Kondisi ini, mengutip pemberitaan Liputan6, menyuplai badai dengan energi tambahan di Spanyool.
Selain DANA, suhu tingggi di Laut Mediterania juga menjadi penyebab banjir di Spanyol. Menurut Carola Koenig dari Pusat Risiko dan Ketahanan Banjir di Universitas Brunel London, sebagaimana dikutip melalui CNBC Indonesia, suhu permukaan terhangat pada pertengahan Agustus 2024 tertulis hingga 28,47 derajat Celsius.
Akibatnya, suhu yang tinggi mendorong penciptaan uap air yang lebih tinggi. Ini menimbulkan hujan yang lebih deras di Spanyol. Ditambah dengan DANA, hujan tersebut berlangsung tanpa henti, menghasilkan banjir besar.
Dampak Banjir Besar
Banjir besar dan mematikan pada Oktober 2024 di Spanyol memberikan dampak di segala aspek. Melansir pemberitaan New York Times yang dikutip Kompas.com, wilayah Spanyol bagian timur dan selatan menjadi sasaran banjir. Empat kota, yakni Valencia, Catalonia, Castilla La-Mancha, dan Andalusia, terdampak banjir bandang.
Masih melalui Kompas.com, Valencia menjadi kota yang paling dirugikan dari adanya banjir. Akses jalan utama maupun sistem kereta bawah tanah menjadi lumpuh. Menurut pemberitaan BBC Indonesia, akes jalan tersendat karena keberadaan lumpur maupun tumpukan mobil di jalanan.

Tidak hanya itu, gedung-gedung juga mengalami kerusakan, dan korban jiwa berjatuhan. Kondisi ini memaksa sebuah gedung pengadilan di Valencia disulap menjadi kamar mayat. Banjir bandang yang melanda juga memutus aliran listrik di sekitar 155 ribu rumah di Valencia.
Pada 31 Oktober 2024, melansir pemberitaan CNBC Indonesia, dilaporkan bahwa 95 orang meninggal dunia. Pada 6 November 2024, Antara Newsmengabarkan bahwa korban tewas telah mencapai 217 jiwa. Angka total korban tewas terus bertambah, seiring dengan banyaknya korban yang hilang di tengah luapan banjir yang semakin besar.
Respon Masyarakat dan Pemerintah Spanyol
Menghadapi banjir yang terjadi, masyarakat Spanyol mengalami putus asa. Mengutip pemberitaan CNN Indonesia, mereka putus asa karena kehilangan tempat tinggal, keluarga, hingga harta bendanya. Meski begitu, banyak dari mereka menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi, saling menolong sesama korban banjir.
Namun, di sisi lain, tindak kriminal juga meroket sebagai dampak banjir. Mengutip pemberitaan CNN Indonesia, beberapa penduduk Spanyol melakukan aksi kriminal, seperti menjarah toko emas, menjarah toko makanan, mencuri mobil, dan lainnya. Akibatnya, sebanyak 50 orang ditangkap akibat ulahnya melanggar hukum.
Di sisi lain, pemerintah Spanyol segera mengutus sekitar 17 ribu prajurit untuk mengevakuasi warga. Mereka juga menyediakan suplai logistik di tempat-tempat pengungsian. Pengiriman tentara oleh pemerintah Spanyol, mengutip pemberitaan Antara News, membantu membersihkan puing-puing yang berserakan di jalan.

Selain itu, pusat-pusat relawan juga turut dibentuk oleh pemerintah setempat. Tujuannya, adalah untuk mengkoordinasikan ribuan sukarelawan yang bersedia membantu korban banjir.
Namun, sikap pemerintah Spanyol tersebut dianggap lambat dalam membenahi banjir. Mengutip pemberitaan CNN Indonesia, masyarakat Valencia mengkritik pemerintah dengan cara melempari Raja Felipe, Ratu Letizia, Pedro Sanches, hingga Carlos Mazon dengan sejumlah telur saat mengunjungi Valencia pada 3 November 2024. Tindakan tersebut merupakan wujud kegagalan mereka menginformasikan deteksi dini darurat banjir di Spanyol.
Dapat dikatakan, banjir terbesar yang melanda Spanyol pada Oktober 2024 menghasilkan respon beragam. Di satu sisi, banjir yang disebabkan oleh DANA dan suhu yang tinggi di Laut Mediterania mendorong solidaritas masyarakat terdampak banjir. Di sisi lain, mereka juga menyampaikan protes kepada pemerintah yang dinilai lambat dalam bersikap, baik dalam memberikan deteksi dini maupun penanganan pascabencana.