The Girl of Ink & Stars: Mengikuti Petualangan Isabella Rossie Menyelamatkan Pulau Joya

The Girl of Ink and Stars
Judul BukuThe Girl of Ink & Stars
PenulisKiran Millwood Hargrave
PenerjemahNadya Andwiani
PenerbitBhuana Ilmu Populer
Kota TerbitJakarta
Tahun Terbit2020
Halaman244 halaman
ISBN978-623-216-633-2

The Girl of Ink and Stars merupakan novel pertama yang ditulis oleh Kiran Millwood Hargrave. Meski merupakan novel debut Kiran, novel ini telah memenangkan dua penghargaan, yakni Waterstones Children’s Book Prize 2017 dan The British Book Awards’ Children’s Book of Year 2017.

Kiran Millwood Hargrave merupakan seorang novelis, penyair, dan penulis naskah dari Inggris. Perempuan yang menjadi anggota Royal Society of Literature pada 2023 ini memulai karir menulisnya sejak 2009, dengan novel The Girl of Ink and Stars sebagai karya pertamanya. Selepas The Girl of Ink and Stars, Kiran menulis novel petualangan lain, antara lain The Island at the End of Everything (2017), The Way Past Winter (2018), A Secret of Birds & Bone (2020), Julia and the Shark (2021), serta Leila and the Blue Fox (2022).

The Girl of Ink and Stars mengambil latar pulau fiksi bernama Joya. Pembaca tak perlu bingung karena novel ini disertai ilustrasi peta wilayah Pulau Joya beserta garis lintang dan garis bujurnya. Kiran juga mendeskripsikan latar tempat dan suasana pulau ini dengan detail sehingga pembaca dapat membayangkan seperti apa Pulau Joya itu.

Kisah The Girl of Ink and Stars dituturkan oleh tokoh “aku” bernama Isabella Rossie. Ia hidup berdua dengan ayahnya, seorang kartografer, di Desa Gromera. Ibunya meninggal ketika ia masih sangat kecil dan saudara kembarnya menyusul ibu mereka tiga tahun kemudian.

Hidup mereka awalnya sangat indah. Namun, semenjak Gubernur Adori datang, segalanya berubah.

Baca Juga  Melihat Riwayat Kehidupan Masyarakat Manusia secara Geografis (dan Menyenangkan)

Gubernur menutup pelabuhan dan mengasingkan wilayah Gromera dari seluruh Pulau Joya. Dia melarang pendatang berkunjung dan melarang warga Gremora untuk pergi. Segalanya menjadi ketat dan penuh aturan. Tingkah laku warga selalu diawasi oleh pengawal Gubernur.

Rakyat Gremora hidup menderita dan harus bekerja keras, sementara keluarga Gubernur dan pengawalnya hidup mewah dan nyaman. Pablo, tetangga Isabella yang berusia 15 tahun, terpaksa putus sekolah untuk bekerja demi menghidupi dirinya sendiri dan ibunya. 

Perubahan di Pulau Joya dimulai dengan meninggalnya Cata Rodriguez, teman sekelas Isabella. Ia ditemukan tewas di kebun buah milik Gubernur dengan luka cakar di seluruh tubuh.

Sekolah dan pasar ditutup. Jam malam diberlakukan. Warga mengira Gubernur Adori sedang melacak pembunuh. Gubernur ternyata tidak melakukan apa pun. Malah, Gubernur berencana pergi dari Pulau Joya dengan meninggalkan setumpuk masalah.

Namun, Lupe Adori, putri Gubernur sekaligus sahabat Isabella, memiliki pandangan berbeda. Di saat keluarganya sibuk berkemas, ia diam-diam berkuda ke Wilayah Terlupakan untuk melacak pembunuh Cata. Ia merasa bersalah, karena ialah yang menyuruh Cata ke kebun buah. Ia juga tidak mau dipandang mirip dengan ayahnya yang tidak bertanggung jawab.

Panik karena putrinya menghilang, Gubernur membatalkan kepergian dan beralih mencari putrinya. Ia merampas kuda dan ternak milik warga sebagai bekal pencarian.

Di sinilah, petualangan Isabella dimulai. Ia bergabung dengan regu pencari untuk menggantikan ayahnya yang cacat. Selain ingin menemukan sahabatnya yang hilang, ia juga ingin memetakan seluruh wilayah Pulau Joya. Isabella mewarisi bakat ayahnya dalam menggambar peta.

Mereka bertemu dengan penghuni Pulau Joya lain, juga berhadapan dengan Yote dan Tibicena, dua monster mitologi. Dari peristiwa ini, mereka menyadari bahwa mitos yang beredar di masyarakat ternyata benar adanya. Isabella, yang selama ini mengidolakan Arintha, sang pahlawan legenda, semakin termotivasi untuk menyelamatkan Pulau Joya.

Baca Juga  Melihat Pertemuan Barat dan Timur Melalui Budaya Konsumsi Roti

Bagian awal buku ini berhasil membuat pembaca ikut larut dalam emosi, dan kesal dengan perilaku pejabat yang sewenang-wenang dan suka menindas rakyat lemah. Pada bagian berikutnya, pembaca akan dibuat penasaran dan bersemangat dengan petualangan Isabella. Semakin ke depan, buku ini menyajikan sihir, mitos, dongeng, dan pahlawan wanita.

Karakter tiap tokoh juga mengalami perkembangan. Isabella, yang semula selalu dijaga ayahnya, tumbuh menjadi gadis yang penuh ingin tahu dan pemberani. Lupe, yang manja, tidak tahu apa pun, dan tidak peduli apa pun, tumbuh menjadi gadis yang bertanggung jawab dan rela berkorban. Gubernur Adori yang awalnya tidak peduli rakyat, berubah menjadi seseorang yang mengutamakan keselamatan orang lain.

Namun, beberapa hal dalam buku ini masih meninggalkan celah. Sebagai contoh, kehadiran Yote tidak dijelaskan dengan detail. Contoh lain, adalah bagaimana Tibicena menghilang dan musnah, meski tokoh utama bertarung mati-matian dengannya.

Meski demikian, The Girl of Ink and Stars merupakan kisah yang menarik dan saya rekomendasikan bagi pembaca, terutama penggemar kisah-kisah fantasi, dongeng, dan petualangan gadis kecil. Novel setebal 244 halaman ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan banyak hal kepada pembaca, seperti persahabatan, cinta, dan pengorbanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *