Siapa Dalang Musnahnya Perpustakaan Alexandria?

Berbagai literatur telah banyak menulis tentang kegemilangan kota Alexandria, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. Kota ini merupakan sebuah kota dengan peradaban dengan bangunan perpustakaan terbesar di dunia pada masa klasik.

Disayangkan, keagungan Perpustakaan Alexandria tidak berusia panjang. Tidak ada jejak yang ia wariskan bagi generasi manusia saat ini, kecuali kisah pemusnahannya.

Hingga kini, musnahnya Perpustakaan Alexandria masih menyisakan teka-teki dan memunculkan berbagai teori. Siapa, atau mungkin apa, yang bertanggung jawab menghancurkan perpustakaan adiluhung tersebut?

Ilustrasi cendekiawan masa klasik yang mengunjungi Perpustakaan Alexandria, courtesy of Britannica

Fernando Báez dalam buku Penghancuran Buku dari Masa ke Masa, mengungkapkan bahwa pendiri Perpustakaan Alexandria adalah seorang Yunani, Demetrius Phalereus. Demetrius membantu Ptolemaios I untuk mengumpulkan berbagai naskah buku sebagai koleksi perpustakaan.

Disebutkan pula, Ptolemaios I tidak mengeluarkan dana sedikitpun untuk proyek pengadaan buku. Pengadaan buku dilakukan dengan meminjam koleksi masyarkat Athena, untuk kemudian disalin kembali. Untuk menambah koleksi perpustakaan, ia juga membuat peraturan bahwa siapa pun yang mengunjungi Perpustakaan Alexandria untuk wajib memberikan buku yang mereka miliki.

Penjelasan Báez berbeda dengan pendekatan Joseph McCabe. Dalam buku The Golden Age of History, McCabe menyebutkan bahwa Ptolemaios I menggelontorkan dana yang cukup besar serta mengirim utusannya ke berbagai belahan dunia untuk membeli buku untuk Perpustakaan Alexandria.

Lalu, siapa yang menghancurkan Perpustakaan Alexandria. Báez menguraikan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan menitikberatkan dua tersangka utama, pasukan Kristen dan pasukan Muslim.

Ilustrasi Perpustakaan Alexandria, courtesy of Kuliahdimana.id

Edward Gibbon, sebagaimana dikutip Báez, menuduh Theopilus sebagai dalang musnahnya Perpustakaan Alexandria. Ia menghasut umat Kristen untuk menyerang dan menghancurkan perpustakaan tersebut pada 389 dan 391 M. Meski demikian, teori Edward Gibbon masih bersifat spekulatif dan belum dapat dikonfirmasikan kebenarannya.

Sementara itu, teori yang menyatakan bahwa Perpustakaan Alexandria dimusnahkan kaum Muslim berasal dari Ibnu Qifti dan Abdul Al-Latif. Ibnu Qifti, melalui Báez, mengatakan bahwa khalifah Umar bin Khattab memerintahkan jenderalnya, Amr bin Ash, agar memberangus buku-buku koleksi perpustakaan. Pemusnahan tersebut dilakukan karena ia memandang koleksi perpustakaan bertentangan dengan isi Alquran.

Baca Juga  Tradisi Arak Penganten di Dusun Pelinggihan, Dimeriahkan dengan Jaran Kencak

Namun, teori tersebut masih sangat lemah. Disamping karena Ibnu Qifti dan Abd Al-Latif hidup jauh sesudah musnahnya Perpustakaan Alexandria, tetapi juga karena umat Islam sangat menghargai dan melestarikan buku. Bahkan, kemajuan benua Eropa dalam bidang ilmu pengetahuan mustahil terjadi tanpa peranan para filsuf beragama Islam yang memperkenalkan berbagai literatur klasik yang mereka tulis.

Dapat dikatakan, Dalang yang memusnahkan Perpustakaan Alexandria masih menjadi misteri. Meski begitu, tragedi musnahnya Perpustakaan Alexandria seharusnya menjadi pengingat bagi manusia modern dewasa ini, bahwa bibliosida tidak dibenarkan atas alasan apapun. Siapa pun yang memusnahkan buku merupakan pelaku genosida terhadap ilmu pengetahuan, dan mendorong peradaban ke arah kemunduran.

Referensi:
[1] Báez, Fernando. 2013. Penghancuran Buku dari Masa ke Masa. Serpong: Marjin Kiri.
[2] McCabe, Joseph. 2022. The Golden Age of Histrory. Ciputat: Pustaka Alvabet.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *