Melawan Penjajahan Zionis Israel atas Palestina dari Rumah

Judul BukuBoikot Produk Pro Israel!: Melawan Zionis dari Rumah Kita
PenulisRizki Ridyasmara
PenerbitPustaka Al-Kautsar
Kota TerbitJakarta
Tahun Terbit2009
Halaman260 halaman

Sebagai respon atas serangan Israel atas Gaza untuk melawan pasukan Hamas, umat muslim di Indonesia secara kompak menyuarakan boikot terhadap produk-produk yang disinyalir mendukung dan mendanai mesin perang Israel. Meski terdapat pro dan kontra, beberapa kelompok umat Islam di Indonesia secara lantang menyuarakan aksi boikot. Bahkan, beberapa hari yang lalu, Majelis Ulama Indonesia menerbitkan fatwa yang menghimbau umat muslim untuk mengurangi bisnis dan transaksi ekonomi (baca: membeli) produk-produk pendukung zionis Israel.

Mundur ke tahun 2009, Rizki Ridyasmara mencoba memberikan informasi, panduan, serta dukungan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk ikut menyuarakan gerakan boikot terhadap produk pendukung zionis Israel di Indonesia. Hal tersebut ia wujudkan dalam sebuah buku berjudul Boikot Produk Pro Israel!: Melawan Zionis dari Rumah Kita.

Buku ini memulai kisah dengan mengutip Alquran surah Al-Anfal, yang memberikan pesan kepada pembaca bahwa menjalankan nafkah untuk menghadapi musuh Allah niscaya akan dibalas dan tidak sampai membuat kita teraniaya. Ini memberi kesan bahwa gerakan boikot, yang dilakukan dari rumah, tidak membawa kerugian material bagi masyarakat Indonesia, terutama mereka yang bekerja di bawah perusahaan-perusahaan yang disinyalir mendukung zionisme.

Buku Boikot Produk Pro Israel! mengawali narasi dengan memberikan latar belakang historis kemunculan gerakan zionisme di dunia. Menurut Ridyasmara, gerakan zionisme muncul kira-kira 200 tahun yang lalu, yang menekankan upaya mereka untuk mendirikan sebuah negara Yahudi (Judenstaat) di wilayah Palestina, yang mereka lihat sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan. Berbagai daya upaya mereka lakukan untuk mewujudkan hal tersebut, mulai dari diplomasi hingga tipu muslihat. Pada akhirnya, melalui Deklarasi Balfour pada 1917, mereka mendapatkan persetujuan untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina, menjadi awal mula penindasan umat muslim di tanah Palestina.

Baca Juga  Kedatangan Penjelajah Eropa Memiliki Andil dalam Sejarah Perdagangan Indonesia

Pada bagian berikutnya, buku ini mengisahkan kehidupan seorang remaja di Jakarta yang tidak dapat lepas dari berbagai produk “Amerika” (baca: barat) dalam kesehariannya. Melalui contoh ini, Ridyasmara mengajak pembaca untuk membayangkan bagaimana jerat ekonomi Amerika di dunia membuat seluruh umat manusia di dunia sulit melepaskan diri darinya. Bahkan, jerat ekonomi tersebut, pada akhirnya, diarahkan untuk menggerakan mesin perang Israel membunuh umat muslim Palestina, “mematahkan leher mereka setiap menit.”

Untuk lepas dari jeratan ekonomi tersebut, dan sebagai upaya untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina dari penjajahan zionis Israel, umat muslim di Indonesia diharapkan untuk ikut bergerak. Bukan dengan pergi ke Palestina dan berperang, untuk mewujudkan dukungan tersebut. Namun, dan ini dapat dilakukan dari rumah, yakni dengan memboikot seluruh produk yang bekerja sama dengan zionis Israel.

Sebagai legitimasi, buku ini memberikan berbagai contoh gerakan boikot yang dilakukan umat muslim di berbagai negara, serta masyarakat Kristen di Eropa, untuk mendasari gerakan boikot yang dilakukan umat muslim di Indonesia. Melalui berbagai contoh yang dipaparkan Ridyasmara, diharapkan pembaca memiliki landasan berpikir yang kuat untuk melakukan boikot.

Pada bab III dan IV, Ridyasmara mengisahkan perjalanan dua perusahaan Amerika Serikat, Coca Cola dan McDonalds, yang harus menghadapi boikot di berbagai negara muslim sebagai suara protes terhadap serangan zionis Israel ke Palestina. Dikisahkan, kedua perusahaan tersebut kehilangan pasar, dan bahkan mengalami kerugian, seiring dengan gerakan boikot yang dilakukan umat muslim di dunia. Bahkan, umat muslim di dunia membuat produk alternatif, seperti Mecca Cola, sebagai lawan terhadap dominasi Cola Cola.

Sebagai sebuah buku yang lebih mendorong pembaca untuk melakukan sesuatu alih-alih memahami sesuatu, buku Boikot Produk Pro Israel! lebih terlihat seperti propaganda. Ia berusaha mendorong umat muslim untuk menyuarakan suara politik mereka, dalam hal ini menentang zionis Israel melalui gerakan boikot, untuk menghancurkan musuh Allah. Sebagai sebuah propaganda, buku ini perlu dibaca dengan penuh kehatian-hatian. Sedikit saja kesalahan yang dilakukan pembaca, maka buku ini dapat menyesatkan.

Baca Juga  Urgensi Perdamaian di Tanah Palestina

Sebagai sebuah propaganda, Ridyasmara memposisikan diri sebagai pro-Palestina dan kontra-zionis Israel dalam buku ini. Melalui berbagai gambar, seperti sekelompok orang yang menyuarakan boikot maupun beberapa foto korban kekerasan zionis Israel di Palestina, buku ini mengajak pembaca untuk bersikap lebih empati terhadap penderitaan dan perjuangan saudara mereka di Palestina. Posisi keberpihakan tersebut, jika ditelisik lebih jauh, sudah terlihat sejak pembaca melihat sampul buku ini, yang menggambarkan bendera Israel yang dicoret dan roket yang ditembakan ke Gaza.

Apakah salah untuk berpihak? Menurut hemat saya, bias dan keberpihakan tidak bisa dihindari, terutama dalam membahas topik mengenai konflik Israel-Palestina. Buku Boikot Produk Pro Israel! hanya menjadi contoh, dan mungkin salah satu contoh, dari sulitnya penulis dan peneliti untuk lepas dari bias dan keberpihakan ketika membahas masalah ini.

Terlepas dari keberpihakan yang ditampilkan buku ini, buku Boikot Produk Pro Israel! Melawan Zionis dari Rumah Kita dapat menjadi bacaan bagi siapa saja yang ingin mengetahui landasan untuk melakukan boikot terhadap perusahaan-perusahaan pendukung zionis Israel. Bagi saya, seorang guru sejarah, buku ini dapat menjadi bacaan untuk melihat bagaimana umat muslim di Indonesia memahami konflik Israel-Palestina, serta bagaimana mereka memahami suara boikot terhadap Israel yang ramai belakangan ini.

Yang utama, buku ini merupakan bacaan awal bagi siapa pun yang ingin hidup lebih islami, bebas dari jerat ekonomi zionis Israel. Melalui apendiks perusahaan-perusahaan yang (disinyalir) mendukung zionis Israel, serta tanya jawab mengenai boikot bagi mereka yang masih mempertanyakan gerakan ini, pembaca dapat lebih mantap untuk memulai kehidupan yang lebih lapang dan bebas dari kontrok Amerika dan zionis Israel, menjadi umat muslim yang benar-benar empati terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *