“Matahari Dapat Terbit dari Barat?”: Sebuah Pandangan mengenai Pembacaan Sejarah

Sebuah pertanyaan dari salah seorang anggota di grup ini [SEJARAH INDONESIA & DUNIA (SID)] menggeliat. Seorang anggota grup terlihat panas dengan pertanyaan tersebut. Setelah mengobrol dengannya sedikit, dan melihat bagaimana ia berpendapat, ada satu pendapat yang menarik perhatian saya. Ia mengatakan:

“… [s]udah tahu matahari terbit dari timur, tapi masih juga kamu tanyakan mungkinkah matahari terbit dari barat. Dasar kamu [to]lol.”

– Seorang anggota grup SID

Kalau berbicara dalam ruang ilmu alam, matahari saat ini terbit dari timur, karena berbagai faktor hukum alam yang mengontrolnya. Kondisi ini tidak dapat dibantah siapapun hingga kini.

Karena tulisan ini merupakan tulisan sejarah, saya tidak akan berbicara apakah matahari mungkin terbit dari barat. Saya ingin menarik pernyataan di atas, dan melihat apakah sejarah seperti yang ia bayangkan, pasti selalu terbit dari timur, tidak pernah bisa terbit dari barat?

Sejarah, satu hal yang pasti, bukanlah ilmu alam yang menekankan generalisasi dan penciptaan hukum positif yang mengontrol dunia dan isinya. Sejarah adalah ilmu yang identik dengan manusia, yang memiliki dinamika sesuai dengan waktu dan ruang ia berada. Jika anda membaca karya klasik Ferdinand de Saussure yang berjudul Course in General Linguistics [1916], misalnya, anda akan menemukan bahwa bahasa satu masyarakat dengan masyarakat lainnya memiliki perbedaan sesuai dengan waktu dan wilayah/geografis mereka hidup.

Ferdinand de Saussure (1857-1913), courtesy of Dictio Community

Mengingat bahwa sejarah terkait dengan manusia, ruang serta waktu, sebuah tulisan sejarah yang dihasilkan tidak bernilai mutlak. Interpretasi dan pemaknaan kembali (re-enactment) adalah hal yang wajib dilakukan, yang akan menghasilkan rekonstruksi sejarah yang berbeda-beda.

Tulisan sejarah yang memiliki pendapat yang berbeda adalah sebuah hal yang wajar dan manusiawi, tidak perlu dipermasalahkan. Justru, keberagaman narasi yang ada dapat menjadi titik awal bagi masyarakat pembaca untuk memahami sejarah secara kritis dan objektif.

Baca Juga  Apakah Perjalanan Waktu dapat Memastikan Kebenaran Sejarah?

Jika sejarah bergerak seperti matahari yang selalu dan pasti terbit dari timur, itu merupakan sebuah sesat pikir! Sejarah adalah sosok yang subjektif. Subjektivitas ini yang menjadi keunikan serta kunci bagi kita semua dalam membaca dan mempelajari sejarah.

*Tulisan ini pernah diterbitkan dalam grup Facebook “SEJARAH INDONESIA DAN DUNIA (SID)” pada 23 Agustus 2021. Diterbitkan kembali dengan sedikit penyesuaian.
Tautan tulisan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *