Asal-usul dan Perkembangan Terminal Senen

Terminal Senen

Terminal Senen adalah salah satu terminal tipe B yang berlokasi di Jalan Gunung Sahari Raya RW 03, Kelurahan Senen, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Letak terminal ini terbilang strategis, lantaran persis berada di seberang stasiun Pasar Senen dan berjarak beberapa ratus meter dari halte Transjakarta BRT Senen Central.

Keberadaan Pasar Senen sebagai pusat pertokoan sejak era kolonial Belanda membuat terminal ini semakin dikenal oleh masyarakat Jakarta yang melakukan mobilitas. Hal tersebut karena letaknya yang dekat Segitiga Senen.

Awal Mula Munculnya Terminal

Terminal Senen mulai dibangun sejak 1960-an, tepatnya saat Jakarta dipimpin oleh gubernur Ali Sadikit. Berdasarkan tulisan yang diterbitkan Tekno BGT berjudul Terminal Senen: Pusat Transportasi Terbesar di Jakarta, pada tahun tersebut, pemerintah mulai merancang pembangunan Proyek Senen untuk memudahkan aktivitas masyarakat. Aktivitas tersebut yang nantinya melahirkan Pasar Inpres dan Terminal Senen, yang beroperasi mulai 1965.

Awalnya, Terminal Senen hanya melayani trayek bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Tapi, seiring pertumbuhan penduduk kota Jakarta, terminal Senen juga melayani trayek bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

Terminal Senen pada 1978, courtesy of Arsip Nasional Republik Indonesia

Berdasarkan wawancara dengan Pak Ayyadi, pimpinan Terminal Senin, terminal yang ia pimpin mulai beroperasi secara resmi pada 13 April 1980, dengan luas kantor 160 m2 dan luas trotoar 1.162 m2. Ayyadi juga mengatakan bahwa belum ada perluasan untuk bangunan di Terminal Senen. Karena kebanjiran, terdapat penambahan saluran air di Terminal Senen.

Menurut Ayyadi, manajemen di Terminal Senen dipimpin oleh kepala satuan, di bawah posisi kepala satuan terdapat pengendali/wakil, di bawahnya lagi ada danru 1 dan danru 2.

Karakteristik Bangunan Terminal

Berdasarkan wawancara dengan Pak John, pedagang buku yang telah berdagang di area terminal sejak 1990, ia menyatakan bahwa Terminal Senen tidak mengalami perkembangan signifikan. Tidak ada penambahan bangunan atau perubahan bentuk bangunan secara kontras.

Baca Juga  Dahulu Bandar Internasional, Kini Tinggal Cerita: Riwayat Barus

Hanya saja, terdapat beberapa perubahan dari geedung utama masuknya pejalan kaki ke terminal tersebut, yang pintu utamanya terletak tepat di samping kios buku Pak John.

Lebih lanjut, Terminal Senen sudah mulai tertata rapi pascareformasi dekade 2000-an ke atas. Saat itu, terdapat kebijakan dari pemerintah seperti menggantti metromini dan kopaja dengan bis Transjakarta. Tenaga SDM yang dulunya adalah supir metromini dan kopajai dipindahkan menjadi supir bus Transjakarta dan Transjabodetabek melalui Dishub DKI Jakarta.

Perkembangan Transportasi Umum di Terminal Senen

Dari keterangan pihak terminal, pada awalnya Terminal Senen didominasi oleh angkutan metromini, kopami, kopaja, hingga angkot konvensional. Namun, kehadiran sejumlah koridor Transjakarta membuat posisi mereka semakin bergeser di mata masyarakat.

Bahkan, mereka perlahan berhenti beroperasi sejak 2019. Dampaknya, ialah tata transportasi umum di Terminal Senen menjadi lebih teratur dan tertata.

Bus Transjakarta non-BRT di Terminal Senen, dokumentasi pribadi

Dengan berhentinya metromini dan kopaja, mengutip artikel Traveloka, kedudukannya digantikan oleh layanan bus Transjakarta non-BRT dan angkot mikro trans yang memenhi area terminal. Beberapa di antara rute Transjakarta tersebut menjadi terminus pemberhentian akhir bus.

Rute Transjakarta non-BRT yang beroperasi di terminal ini antara lain:

  1. Koridor 1P (Senen-Blok M);
  2. Koridor 1R (Senen-Tanah Abang);
  3. Koridor 2P (Senen-St Gondangdia);
  4. Koridor 6H (Lebak Bulus-Senen);
  5. Koridor 12B (Pluit-Senen);
  6. Koridor 14B (Tanjung Priok-Senen via JIS).

Sementara itu, rute angkot mikro trans yang beroperasi antara lain:

  1. Jak 23 (Senen-Pisangan Baru);
  2. Jak 17 (Senen-Pulogadung);
  3. Jak 24 (Senen-Pulogadung via Kelapa Gading).

Selain Transjakarta dan angkot mikro trans, transportasi umum yang masih bertahan di Terminal Senen adalah layanan bus Transjabodetabek yang melayani rute di daerah pinggiran Jakarta. Berdasarkan keterangan pihak terminal, mayoritas layanan Transjabodetabek di terminal ini mencakup dua rute, yakni bus Persada (Senen-Cileungsi) dan bus Agramas (Senen-Bogor via Ciawi).

Kehidupan Sosial dan Ekonomi Terminal

Kondisi Terminal Senen tempo dulu jauh berbeda dengan masa sekarang. Menurut pengakuan Pak John, situasi sosial Terminal Senen zaman dahulu belum kondusif, karena banyaknya tindakan kriminal seperti pencopetan. Bahkan, ia mengaku melihatnya secara langsung.

Baca Juga  Pemilu 2024 dan Virus FOMO Politik di Kalangan Gen Z

Mengutip artikel Adam berjudul Kisah Suram Terminal Senen, Jakpus, Sopir: Dulu Baru Masuk Selangkah Saja Sudah Kecopetan, selain pencopetan, kasus criminal yang dulu sering terjadi di Terminal Senen adalah pemalakan terhadap supir dan aksi penodongan dengan senjata tajam. Dibandingkan zaman dulu, kondisi sekarang jauh lebih aman dan sudah minim kasus-kasus semacam itu.

Bersama Pak Binsar, pedagang buku di Terminal Senen, dokumentasi pribadi

Mengutip rilis Perpustakaan Nasional RI, dalam aspek ekonomi, dulu Terminal Senen sangat ramai dan semrawut karena banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar dan bahu jalan terminal. Peristiwa yang terjadi pada 1990-an ini membuat pihak keamanan setempat melakukan pembenahan, agar menjadi lebih tertib.

Meski kondisi terminal telah tertata rapi dan minim kasus criminal, penghasilan dari paara pedagang buku menjadi berkurang drastis. Menurut keterangan Pak Binsar, salah seorang pedagang buku di Terminal Senen yang telah berdagang sejak 1982, penyebab dari sepinya omset penjualan mereka adalah teknologi internet, yang membuat masyarakat lebih nyaman mencari informasi melalui Google atau buku digital ketimbang buku fisik di tokonya.

Selain itu, Pak Binsar mengatakan bahwa rancangan Terminal Senen ingin dibuat menjadi seperti Terminal Blok M. Hanya saja, anggaran terkait hal tersebut dialihkan untuk menangani pandemi COVID-19 pada 2020 lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *