Popular Art Centre, Penjaga Musik Rakyat Palestina

Awal tahun 2024, dunia dikejutkan dengan perang besar antara Palestina (diwakili oleh Hamas) versus Israel. Ribuan korban jiwa meninggal dunia, puluhan ribu lainnya mengalami luka-luka dan kehilangan tempat tinggal. Perang ini meluluhlantakkan Palestina dalam segala bidang.

Serbuan pasukan Israel ke wilayah Tepi Barat, Palestina, courtesy of ANTARA News

Namun, disamping carut-marut tentang masalah politik dan perang, terdapat bidang yang terlupakan dari Palestina. Bidang tersebut adalah kondisi musik rakyat Palestina. Hal ini merupakan suatu eksistensi estetis yang sangat langka, dan masih jarang dibahas oleh media.

Di tengah ketidakpopuleran kondisi musik rakyat Palestina, muncul satu lembaga utama yang berkiprah untuk mendokumentasikannya. Lembaga tersebut bernama Popular Art Centre.

Proses Pendirian Popular Art Centre

Pada 1994, setahun setelah jabat tangan bersejarah antara perdana perdana menteri Israel, Yitzhak Rabin, dan pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat, dalam Perjanjian Damai Oslo, sebuah organisasi nonpemerintah hadir di Ramallah, Tepi Barat. Organisasi tersebut, yang bernama Populer Art Centre, meluncurkan Projek Penelitian Musik dan Lagu Tradisional. Projek ini bertujuan untuk menciptakan arsip nasional musik dan lagu-lagu tradisional Palestina.

Sejak 1994 hingga 1998, dengan dukungan dari Asosiasi Yayasan Kesejahteraan di Jenewa (Swiss) dan Yayasan Buntstift di Göttingen (Jerman), projek ini menghasilkan sekitar 220 jam rekaman musik digital, foto, dan film di berbagai kota dan desa di seluruh Tepi Barat, Gaza, dan Israel. Dokumentasi tersebut disimpan dalam sebuah audio-visual yang dibangun khusus di Popular Art Centre, yang menyediakan tempat penyimpanan cerita rakyat nasional yang otentik.

Logo Popular Art Centre, courtesy of Arab.org

Jennifer Ladkani, dalam buku Debke Music and Dance and the Palestinian Refugee Experience: On the Outside Looking in, menulis bahwa Popular Art Centre didirikan pada tahun 1987, ketika masa Intifada pertama. Pada mulanya, Popular Art Centre merupakan forum bagi para seniman, terutama kelompok tari progresif bernama Kelompok Seni Populer Palestina (Firqa al-Funun al-Sha’biyya al-Filastiniyya), dikenal juga sebagai El-Funoun.

Dalam pengantar organisasinya, El-Funoun dengan terang menolak agenda politik dan reproduksi cerita rakyat secara harfiah dari Firaq al-Dabke lain. El-Funoun bercita-cita untuk menghidupkan kembali cerita rakyat Palestina, sebagai dasar pembaruan budaya, dengan menafsirkannya kembali sesuai dengan norma-norma artistik kontemporer. Ia menggambarkan visinya sebagai “artikulasi artistik dari warisan budaya Arab Palestina dalam ambisi masa kini dan masa depan.”

Kelompok tari El-Funoun, courtesy of Hoping Foundation

Ladkani mencirikan pendekatan El-Funoun sebagai jenis perlawanan melalui penyangkalan,  “sebagai cara untuk menempatkan kembali cerita rakyat Palestina dalam sebuah kondisi yang diimajinasikan; untuk ‘menciptakan’, melalui tarian, musik, dan drama, sebuah bangsa Palestina yang bersejarah secara ideal; sebuah bangsa yang tidak pernah mengalami pendudukan, pembubaran, atau penjajahan.”

Traditional Music and Songs from Palestine

Pada 1997, sebagai upaya untuk menampilkan karyanya kepada khalayak internasional, Popular Art Centre memproduksi sebuah CD musik berjudul Traditional Music and Songs from Palestine (1997). Dalam keterangannya, CD musik ini ditujukan untuk “mengumpulkan, mendokumentasikan, dan dan menyimpan bagian penting dari musik rakyat Palestina ini, sebelum hilang oleh generasi tua atau sebelum terdistorsi, terlupakan, atau diambil alih sebagai akibat dari atau dilupakan sebagai konsekuensi dari Pendudukan.”

Sampul CD Traditional Music and Songs from Palestine (1997), courtesy of Discogs

Amnon Shiloah, dalam artikel berjudul A Group of Arabic Wedding Songs from the Village of Deyr al-Asad,mengatakan bahwa catatan tersebut menekankan identitas Arab serta hubungan yang erat dengan bentuk-bentuk bentuk seni populer lainnya. Musik tradisional Palestina masih bercorka lisan. Hal ini berdampak pada sebagian besar–jika tidak semua musik–dibawakan secara berbeda dari satu daerah ke daerah lain, termasuk negara-negara Arab yang berdekatan.

Baca Juga  Mitos dan Sejarah Galungan, Peringatan Kemenangan Dharma Umat Hindu di Indonesia

Di sisi lain, menurut Dirgham Hanna Sbait dalam disertasi The Improvised-Sung Folk Poetry of the Palestinians menulis bahwa musik populer sangat terkait dengan berbagai jenis seni populer, terutama puisi dan tarian. Dengannya, ia membangun struktur yang harmonis, dan karena itu, ia juga harus juga harus dipahami sebagai bagian dari struktur pelengkap ini.

Menciptakan Arsip Suara Nasional

Upaya Popular Art Centre di Ramallah untuk menciptakan “Arsip Suara Nasional” (National Sound Archive) tidak muncul dalam ruang hampa. Arsip Suara Nasional, sebagai bagian dari Projek Penelitian Musik dan Lagu Tradisional disusun setelah adanya kegiatan pengumpulan mengumpulkan musik dan lagu tradisional yang terkait dengan Firaq al-Dabke, kelompok yang mengkhususkan diri dalam representasi pementasan modern dari musik dan tarian rakyat tradisional Palestina.

Dalam studinya tentang Firaq al-Dabke, Ladkani mengaitkan kemunculan kelompok-kelompok ini ke pusat-pusat sosial (jama’yyat) yang didirikan oleh organisasi-organisasi internasional di kamp-kamp pengungsian di Yordania, Suriah, dan Lebanon, sekitar tahun 1948.

Ilustrasi pameran Palestinian Sound Archive yang akan berlangsung pada 26 Oktober 2024, courtesy of Southbank Centre

Pada bulan Februari 1999, El-Funoun memproduksi CD pertamanya, Zaghareed (ululations), pada label Sounds True (Boulder, Colorado). Sebagai representasi modern dari sebuah pernikahan tradisional Palestina, aransemen lagu-lagu dan karya-karya instrumental yang dikumpulkan untuk Projek Penelitian Musik dan Lagu Tradisional ditransformasikan menjadi sebuah rangkaian konser dan narasi tarian yang berbeda dengan tradisi tradisional.

Zaghareed diproduksi lima bulan setelah ulang tahun kelima Perjanjian Perdamaian Oslo, tanggal yang, jika perjanjian tersebut telah sepenuhnya direalisasikan, Palestina seharusnya sudah menjadi negara merdeka. Namun, pada September 2000, Intifada Kedua meletus.

Nasib Popular Art Centre Kini

Pada awal dekade 2000-an, Arsip Suara Nasional masih utuh dan terbuka untuk umum. Namun, sejak diinisiasi pada dekade 1990-an, projek pengumpulan dan penelitiannya telah berhenti. Ini terjadi karena adanya “penghalang keamanan” yang memisahkan wilayah Tepi Barat dari Israel, yang kini hanya dapat diakses melalui pos pemeriksaan militer, sekitar sepuluh mil jauhnya di Yerusalem.

Baca Juga  Jejak Perkembangan Batik melalui Artefak Percandian di Jawa

Pada akhirnya, keberadaan Popular Art Centre berperan penting dalam menjaga ideologi rakyat Palestina yang mengalami penindasan. Meski begitu, nasib Popular Art Centre tidak dapat diketahui hingga kini. Semoga ia tidak terdampak ganasnya perang yang sedang berkecamuk.

8 thoughts on “Popular Art Centre, Penjaga Musik Rakyat Palestina

  1. Selalu suka tulisan bapak, dan ini juga menarik sekali tulisan nya. Diantara pembahasan luar biasa tentang Palestina dari siapapun dan di manapun. Ternyata ada topik Seni yang diangkat dari Palestina.

    1. Tulisan yang tidak hanya informatif, tetapi juga menggugah. Informasi yang orisinal ini memberikan kontribusi berharga terhadap studi musik dan budaya. Saya yakin penelitian ini akan menginspirasi banyak orang di bidang ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *