Judul Buku | Once Upon a Broken Heart |
Penulis | Stephanie Garber |
Penerbit | Mizan Fantasi |
Kota Terbit | Jakarta |
Tahun Terbit | 2021 |
Halaman | 406 halaman |
ISBN | 978-623-242-350-3 |
“Aku percaya bahwa kemungkinan yang ada jauh lebih banyak daripada sekadar bahagia selamanya atau tragedi. Akhir yang mungkin untuk tiap cerita sesungguhnya tidak terbatas.”
Stephanie Garber
Tema romantis selalu menjadi favorit di kalangan pecinta novel, terutama para remaja perempuan. Biasanya, tema ini akan menunjukkan sifat kasih sayang dan perhatian, sebagai ungkapan cinta dari satu tokoh ke tokoh lainnya.
Namun, novel Once Upon a Broken Heart tidak sepenuhnya seperti itu. Selain menampilkan tema romantis, novel ini juga memiliki tema fantasi sebagai latar, yang menampilkan kesedihan dan kemalangan sang tokoh utama.
Once Upon a Broken Heart adalah novel karya Stephanie Garber. Sejak buku pertamanya, ia konsisten mengambil tema fantasi romantis, yang tentu saja akan mengundang banyak penggemar. Novel ini lahir setelah seri Carnaval, karya Stephanie sebelumnya, sukses besar.
Once Upon a Broken Heart bercerita tentang seorang gadis bernama Evangeline Fox. Ia sangat menyukai dongeng romantis Balada Pemanah dan Rubah, yang kerap diceritakan oleh sang ibu, Liana, ketika ia masih kecil. Kisahnya bermula ketika ia merasa patah hati, dan meminta bantuan Jacks, sang Pangeran Hati, untuk membatalkan pernikahan Luc, kekasihnya dengan Marisol, saudara tirinya.
Ia memulai misinya dengan cara mendatangi sebuah gereja katredal. Konon, jika seseorang membuat perjanjian dengan Takdir di hadapan patungnya, apa yang ia minta akan dikabulkan. Evangeline pun mengikuti apa yang dikatakan oleh rumor itu dan berdoa di hadapan patung Takdir
Tiba-tiba, datang seorang lelaki dari arah belakang yang mengganggu konsentrasinya. Laki-laki itu bertepuk tangan sambil meledek ke arah Evangeline. Gadis itu kesal dengan sang lelaki hingga mereka sempat beradu mulut. Namun, saat lelaki itu hendak meninggalkannya, Evangeline baru menyadari, lelaki itu adalah sang Pangeran Hati.
Akhirnya, Evangeline menerima tawaran perjanjian dari Jacks, yang pada awalnya sangat sulit untuk dipilih. Tiga tanda hati kecil tercetak di pergelangan tangan Evangeline, sebagai tanda dari perjanjian tersebut.
Disayangka, Evangeline tidak menyadari bahwa Jacks berbahaya, karena lelaki itu tidak bisa membedakan antara yang baik dan buruk. Evangeline hanya bisa menyesali perbuatan egoisnya saat berdoa di depan patung Takdir, dan menunggu bencana macam apa yang akan menimpanya nanti.
Jacks hidup abadi dengan sebuah kutukan mengerikan: “siapapun yang menciumnya, akan mati.” Kini, Evangeline berutang tiga ciuman kepadanya, kapan pun lelaki itu menginginkannya, dan dengan siapa pun yang lelaki itu akan tentukan. Tentu saja, ini tidak sesederhana kedengarannya, karena segala hal tentang Pangeran Hati selalu melibatkan hati yang patah atau jasad yang mati.
Ketika membaca novel Once Upon a Broken Heart, saya sangat menyukai bagaimana cara Stephanie menulis narasi untuk mendeskripsikan cerita. Ia dapat membuat para pembaca seakan-akan ikut masuk ke dalam dunia fantasinya, dunia yang penuh dengan berbagai macam keajaiban sihir, bahaya, intrik, dan misteri. Kisah cinta dan petualangan romansa yang ia tulis dalam novel ini juga dapat membuat para pembaca ikut gemas dengan hubungan antar tokohnya, terutama hubungan Evangeline dengan Jacks.
Bagian yang paling saya sukai adalah Stephanie dapat menciptakan kerajaan yang berada di Utara dengan indah. Dengan menggunakan perumpamaan, mitos, dan cerita rakyat, ia menambah suasana layaknya dongeng, menghidupkan latar tersebut. Ia juga dapat menciptakan dunia sihirnya, dengan berbagai ramuan, dan berbagai macam makhluk dunia lain yang terlihat sangat nyata dalam imajinasi saya.
Selain plot, intrik, serta narasi yang memikat, penggambaran para tokoh dalam novel ini juga sangat menarik. Stephanie memang pandai membuat alur cerita yang sempurna untuk memastikan minat para pembaca tidak berkurang. Ia benar-benar terlahir sebagai pendongeng, yang ceritanya akan selalu menarik dan mudah dipahami.
Menurut saya, terdapat satu kekurangan dari cerita ini. Kekurangan tersebut adalah karakter Jacks yang sulit ditebak. Pada awal cerita, ia terlihat sedikit menggoda Evangeline, dan seakan-akan ialah antagonis dalam cerita tersebut. Namun, pada akhir cerita, ia berlagak seakan-akan khawatir dengan Evangeline, dan ingin terus melindungi gadis itu. Semua itu ia lakukan tanpa ada motif mendasar yang terlihat sepenuhnya.
Once Upon a Broken Heart adalah novel fantasi romantis yang benuansa dongeng, memukau, dan sangat cemerlang. Novel ini sangat cocok untuk para remaja, dan bisa menjadi favorit bagi para pencintanya. terutama bagi mereka yang sudah membaca dan menikmati seri Caraval. Novel ini tidak akan pernah bosan dibaca berulang kali, karena kita akan terus dimanjakan dengan keindahan dunia fantasi sang penulis, dan daya imajinasi kita sendiri.