Pada 2017, Voice of Vietnam menerbitkan berita tentang peringatan Insiden Teluk Tonkin. Media tersebut menulis bahwa sampai saat ini, kebenaran tentang insiden tersebut belum terungkap, karena tidak pernah ditemukan bukti-bukti.
Insiden Teluk Tonkin, atau Sự Kiện Vịnh Bắc Bộ dalam bahasa Vietnam, kembali menjadi berita pada 2024. Dalam berita berjudul 60 Tahun Insiden Teluk Tonkin: Banyak Hikmah yang Harus Direnungkan, Nguyen Thu Hanh, seorang peneliti Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Vietnam, menguraikan tiga alasan mengapa insiden tersebut dilakukan Amerika Serikat (AS).

Pertama, Amerika Serikat ingin menggunakan Teluk Tonkin sebagai alasan untuk memperluas perang dengan Vietnam. Kedua, mereka ingin meningkatkan eskalasi agresi di Vietnam Selatan, untuk kemudian memulai perang destruktif di Vietnam Utara. Ketiga, mereka sengaja menggunakan taktik eskalasi untuk mengetes respons kedua sekutu Vietnam Utara, yakni Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Juga, menurut Nguyen Thu Hanh, AS juga mengetes opini publik dan internasional terkait tindakan AS di Teluk Tonkin.
Meski begitu, Insiden Teluk Tonkin tetap penuh kesimpangsiuran. Hal tersebut, sampai-sampai membuat Lyndon B. Johnson, presiden Amerika Serikat saat itu, berujar “those damn stupid sailors were just shooting at the flying fish” sebagai respons atas membingungkannya peristiwa yang terjadi pada 1964 tersebut.
Berawal dari Containment Policy Amerika Serikat
Insiden Teluk Tonkin terjadi tidak lepas dari intervensi Amerika Serikat di Vietnam, terutama dalam membendung penyebaran paham komunisme di Asia Tenggara.
Mengutip Sardiman A.M. dalam Kemenangan Komunis Vietnam dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Politik di Asia Tenggara, intervensi Amerika Serikat di negara Asia Tenggara tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebijakan Containment Policy pasca-Perang Dunia II. Secara sederhana, kebijakan tersebut merupakan sebuah kebijakan yang berusaha mencegah berkembangnya pengaruh yang dimiliki negara lawan. Dalam konteks ini, lawan Amerika Serikat adalah komunisme, Uni Soviet, dan Republik Rakyat Tiongkok.
Keterlibatan Amerika Serikat di Vietnam sudah dimulai sejak 1954. Kala itu, John Foster Dulles mendesak Dwight David Eisenhower, presiden AS, untuk memberikan bantuan kepada Prancis yang sudah hampir kalah di Vietnam. Bantuan tersebut berakhir sia-sia. Viet Minh tetap menang melawan tentara Prancis yang kehilangan pertahanan terakhirnya di Dien Bien Phu, sebuah desa dengan 112 rumah.

Kemenangan Viet Minh, yang mendapat suplai dari Uni Soviet dan RRT, membuat pengaruh komunisme semakin kuat di Asia Tenggara. Namun, Perjanjian Jenewa, yang dibayangkan sebagai juru selamat, justru menjadi kehancuran bagi Vietnam pada masa berikut. Alih-alih mendamaikan kedua belah pihak, ia justru membagi Vietnam menjadi dua bagian, yakni Vietnam Utara dan Selatan. Pembagian tersebut tidak memuaskan bagi kedua belah pihak, baik komunis maupun nonkomunis.
Segala ketegangan yang terjadi sebelum 1964, akan melahirkan ketegangan baru. Salah satunya, adalah Insiden Teluk Tonkin.
Kronologi Insiden Teluk Tonkin
Pada 2 Agustus 1964, USS Maddox, di bawah komando Kapten John Herrick, dikerahkan ke Teluk Tonkin untuk menstimulasi dan merekam reaksi Vietnam Utara terhadap adanya kapal Amerika Serikat yang mendekat.
USS Maddox mendapat instruksi untuk diam dalam jarak delapan mil laut dan empat knot dari pulau-pulau yang terletak di pesisir, tidak mengindahkan aturan batas 12 mil laut di Vietnam. Sejak malam terakhir Juli dan awal Agustus 1964, USS Maddox berupaya untuk memonitor rencana penyerangan OPLAN 3A di Pulau Hon Me.
Saat kapal tersebut sedang melakukan tugasnya, terdapat beberapa kapal patroli buatan Uni Soviet, yang merupakan sebuah serangan balik Vietnam Utara. Kapal-kapal tersebut dibekali dengan torpedo dan senapan mesin, terlihat sedang berkumpul di pulau tersebut.
Pada sore 2 Agustus, USS Maddox mendeteksi tiga kapal dari beberapa kapal tersebut mendekatinya. Sebagai reaksi, Kapten Herrick mengirim pesan kilat kepada komandan lain di Armada Ketujuh. Ia menyatakan akan menyerang kapal-kapal tersebut jika diperlukan. Ia juga meminta bantuan kepada sebuah kapal perusak, Turner Joy, dan kepada pasukan jet tempur.
Setelah jam tiga sore, USS Maddox melepaskan tembakan terlebih dahulu. Maddox terus melepaskan tembakan, meski target mereka sudah dilumpuhkan oleh empat pesawat jet F-8E milik Angkatan Laut AS. Namun, oleh Pentagon dan Gedung Putih, mereka tidak mengakui serangan Maddox, dan mengatakan bahwa pihak komunis yang melepaskan tembakan terlebih dahulu.

Setelah insiden tersebut, pada 3 Agustus 1964, Presiden Johnson menyatakan bahwa patroli Amerika Serikat akan terus berlanjut di Teluk Tonkin. Di balik itu, AS mengirim catatan diplomatik yang berisi peringatan tentang konsekuensi serius dari aksi militer yang lebih lanjut. Seolah-olah ingin kembali diserang, Amerika Serikat mengirim misi maritim untuk menyabotase sebuah stasiun radar lepas pantai Vietnam Utara di pulau Hon Matt.
Pada malam berbadai 4 Agustus 1964, para kapten kapal perusak Amerika Serikat mendapat pesan penting dari operator SIGINT (Signal Intelligence). Pesan tersebut berisi kabar bahwa tiga kapal yang sempat bersinggungan dengan Maddox pada 2 Agustus lalu telah kembali.
Operator sonar dan radar di kedua kapal Amerika Serikat, Maddox dan Turner Joy, dikabaran melihat bercak-bercak hantu di peralatan mereka. Kedua kapal tersebut kemudian melepaskan tembakan. Pada dokumen NSA yang dibuka pada 2005, disebutkan bahwa kedua kapal tersebut bermanuver secara agresif, dan melepaskan 300 tembakan secara membabi buta.
Lebih lanjut, dalam laporan tersebut, kedua kapal tersebut, yang secara liar berputar-putar di atas perairan, pada akhirnya terdeteksi sebagai serangan torpedo ke arah mereka. Sonar kedua kapal tersebut terdistorsi oleh badai yang sedang mengamuk, menurut Erich Martel dalam artikel Gulf of Tonkin. Dapat dikatakan, Amerika Serikat hanya menembaki bayangan mereka sendiri.
Jalan Legal Amerika Serikat untuk Berperang di Vietnam
Dokumen SNA, yang telah dibuka untuk publik pada 2005, menyatakan bahwa 122 laporan SIGINT berkesimpulan sebaliknya. Mereka menyatakan bahwa tidak ada serangan terhadap kapal-kapal Amerika Serikat pada 4 Agustus 1964.
Meski begitu, insiden pada 4 Agustus 1964 tersebut mendorong Amerika Serikat untuk melahirkan Resolusi Teluk Tonkin. Menurut Tim Weiner dalam Legacy of Ashes, ini mengakibatkan tensi Perang Vietnam yang semakin memanas.
Menurut Margaret Eileen Szantay McKinney dalam The Gulf of Tonkin Resolution, Presiden Johnson mengirim surat kepada Kongres, yang kemudian dibacakan di depan Senat. Surat tersebut memuat rekomendasi kepada Kongres untuk melindungi segenap Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dan SEATO (Southeast Asia Treaty Organization).

Setelah surat tersebut dibacakan, Senator Robert Humphrey mengenalkan Resolusi Gabungan Senat 189, yang dikenal lebih lanjut sebagai Resolusi Asia Tenggara atau Resolusi Tonkin.
Mengutip Tim Weiner, Kongres menyetujui perang di Vietnam pada 7 Agustus 1964. House of Representative memberikan suara bulat: 416 setuju, dan 0 tidak setuju. Senat Amerika Serikat juga memberikan persetujuan, dengan 88 suara setuju dan 2 suara menolak.
Sisanya adalah sejarah. Menurut Kim Weitzman dalam The Relevance of Crises: the Tonkin Gulf Incident, Insiden Teluk Tonkin menjadi jalan bagi AS untuk berperang secara legal di Vietnam. Sebuah jalan legal, yang mendasari campur tangan lebih intens Amerika Serikat membendung komunisme di negara tersebut. Pada akhirnya, Insiden Teluk Tonkin adalah sebuah insiden. Ia merupakan kisah Amerika Serikat menembaki bayangan mereka sendiri. Ia juga menjadi kisah Amerika Serikat yang akhirnya turun ke medan laga di Vietnam, bergesekan dengan kekuatan komunis di Asia Tenggara melalui kontak senjata