Tetap membahana di usia senja, mungkin itulah kalimat yang dapat menggambarkan performa Paul McCartney dalam tur musik Got Back, yang terinspirasi dari salah satu lagu The Beatles, Get Back, pada 2024 lalu. Di usia senjanya, Paul dapat melantunkan puluhan musik yang ia mainkan di berbagai belahan dunia.
Pria kelahiran Walton, Liverpool, ini sudah menginjak usia 82 tahun. Performa apik yang ia torehkan bersama The Beatles, Wings, dan kini karier solonya, membuat ia menjadi seorang musisi prominen yang disanjung dunia.
Kariernya menjadi seorang musisi sekaligus penyanyi membuatnya menjadi salah dari yang terkaya di dunia, dengan kekayaan sebesar US$1,3 miliar. Pendapatan tersebut, yang berasal dari royalti musik yang ia pupuk sejak muda, berbuah manis ketika ia sudah menginjak usia senja.
Sebagai seorang musisi, Paul terkenal dengan “duet”-nya bersama John Lennon. Keduanya menghasilkan ratusan lagu yang ditulis bersama. Singkatnya, apa yang disebut sebagai Lennon-McCartney Partnership mampu menginspirasi dunia permusikan dunia, mulai dari A Day in The Life yang fenomenal hingga duet I’ve Got a Feeling di album Let It Be.
Namun, kehebatan seorang Paul McCartney justru tampil ia mampu menulis dua buah lagu di dalam mimpi. Bagaimana kisah kehebatan seorang Paul?
Perjalanan McCartney Mencipta di The Quarrymen
Dibentuk oleh John Lennon pada 1956, The Quarrymen merupakan sebuah band beraliran rock ‘n roll asal Liverpool. Pada 1957, Paul McCartney bergabung dengan band tersebut, mengawali kariernya sebagai pemain musik untuk pertama kalinya.
Tak lama kemudian, pada 1958, setelah mengalami berbagai macam dinamika, The Quarrymen kemudian mendapat anggota ia baru. Ia adalah George Harrison, sang gitaris yang kemudian menjadi legendaris.

Paul, John, dan George, merupakan anggota awal The Beatles yang menjadi anggota The Quarrymen. Ketiganya masih bertahan bersama-sama hingga berubahnya nama band The Quarrymen menjadi The Beatles. Sisanya, tentu saja, adalah sejarah.
Saat ia menjadi anggota The Quarrymen, Paul sempat menulis lagu. Itu merupakan langkah kecil bagi karier besarnya ke depan. Salah satu lagu yang ditulis olehnya adalah In Spite of All the Danger, yang juga terdapat “napas” George Harrison di dalamnya.
Paul McCartney, tak bisa dipungkiri, adalah seorang workaholic sekaligus kreatif. Bersama John Lennon, ia menulis ratusan lagu sepanjang kariernya. Selain itu, ia juga menulis lagu yang bersifat personal, seperti Yesterday dan Let It Be. Keduanya, ia tulis berdasarkan mimpi yang dialami Paul.
Menulis dalam Mimpi
When I find myself in times of trouble, Mother Mary comes to me, speaking words of wisdom, Let It Be. Begitulah sajak pertama dari salah satu mahakarya Paul, sebuah lagu berjudul Let It Be.
Menurut Paul, dalam sebuah waktu yang tegang, ia bertemu dengan sang ibu melalui sebuah mimpi. Sengkarut permasalahan band yang sedang dilalui oleh The Beatles membuat semuanya menjadi tegang.
Di dalam suatu tidurnya, Paul bertemu dengan sang ibu, Mary McCartney, yang sudah meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. Mary seakan memberinya nasihat, It’ll be alright, yang kemudian menjadi inspirasi bagi Paul untuk Let It Be. Dapat dikatakan, Mother Mary dalam sajak pertama di atas adalah sang ibu, Mary McCartney.
Liriknya yang menginspirasi kerap ditafsirkan secara religius oleh para pendengar lagu tersebut. Kata Mother Mary seringkali ditafsirkan sebagai Bunda Maria. Paul sendiri menanggapinya dengan “Anda bisa menganggapnya demikian, saya tidak masalah.”
Namun, respons berbeda ditampilkan John Lennon. Ketika ditanya oleh majalah Playboy, John berujar bahwa Let It Be tidak ada hubungannya dengan The Beatles.
Menurutnya, lagu tersebut mungkin terinspirasi dari lagu The Bridge Over Troubled Water. Namun faktanya, Let It Be direkam pada Januari 1969, sedangkan The Bridge Over Troubled Water direkam pada Agustus tahun yang sama.
Tidak hanya Let It Be, Paul juga menulis lagu lain yang terinspirasi dari mimpinya. Lagu tersebut adalah Yesterday.
Kisah bermula pada 1965, saat Paul tertidur di sebuah ruangan dalam rumah Jane Asher, kekasihnya kala itu, muncul sebuah melodi dalam indah ketika ia terbangun. Kebetulan, di sampingnya terdapat sebuah piano. Tak berlama-lama, ia kemudian menulis chord di piano tersebut, dan lahirlah Yesterday.
Pengaruh Dua Lagu Berbasis Mimpi McCartney
Meski terlihat sepele, mengingat Let It Be dan Yesterday terinspirasi dari mimpi, lagu tersebut mencapai kesuksesan.
Yesterday mampu meraup keuntungan sebesar US$ 30 juta. Ia juga mampu bertengger di posisi wahid dalam Billboard Hot 100 pada 1965. Di sisi lain, Let It Be mampu bertengger di posisi puncak chart yang samapada 1970.
Popularitas Yesterday dan Let It Be tak hanya bercokol di masa lampau. Menurut statistik Spotify saat artikel ini ditulis (Februari 2025), Let It Be mampu bertengger di peringkat dua dalam keseluruhan lagu The Beatles, dengan total 775 juta kali pemutaran. Seakan tak mau kalah, Yesterday bertengger di posisi enam dengan total 736 juta kali pemutaran.
Let It Be juga berdampak besar bagi permusikan dunia. Beberapa penyanyi meng-cover lagu tersebut. Ia menjadi inspirasi lagu dari band britpop asal Inggris, Oasis, berjudul Be Here Now.