Manchester United adalah salah satu klub sepak bola asal Inggris yang bertabur prestasi. Mereka mampu mendapatkan tiga gelar Kampiun Eropa (Champions League), tepatnya pada 1968, 1999, dan 2008. Ketika dinakhodai oleh Sir Alex Ferguson, Manchester United mampu menorehkan dua gelar tersebut
Sebelum dapat menggapai gelar Kampiun Eropa tersebut, Manchester United harus bersusah payah, bermandikan keringat dan darah untuk dapat berlaga di kejuaraan paling bergengsi di Eropa tersebut. Tepat pada Kejuaraan Eropa (European Cup) tahun 1958, sebuah memori kelam menimpa klub sepak bola tersebut untuk selama-lamanya.

Tepat pada 6 Februari 2025 lalu, Manchester United memperingati peristiwa kelam tersebut secara tahunan. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Malapetaka Udara Munich (Munich Air Disaster), yang terjadi pada 1958 silam. Tahun ini, peristiwa tersebut sudah berumur 67 tahun lamanya.
Dalam Malapetaka Udara Munich, beberapa punggawa klub berjulukan Setan Merah tersebut kehilangan nyawa. Sebut saja Geoff Bent, Roger Byrne, dan enam pemain lainnya, harus meninggal dunia ketika sedang membela timnya.
Bagaimana kisah Malapetaka Udara Munich ini? Apakah Manchester United mampu bangkit dari keterpurukan setelah insiden berlangsung?
The Busby Babes
Malapetaka Udara Munich tidak dapat dilepaskan dari The Busby Babes, sebuah julukan untuk anak asuh Matt Busby, manajer Manchester United kala itu. Alexander Matthew “Matt” Busby ditunjuk sebagai manajer klub pada 19 Februari 1945, setelah posisi tersebut lowong selama tujuh tahun.
Setelah ditunjuk sebagai manajer Manchester United, Matt Busby mampu menunjukkan kepada direksi klub bahwa ia adalah seorang manajer berkemampuan mumpuni. Pada 1952, ia berhasil membawa Manchester United menjuarai Liga Utama Inggris (First Division), setelah puasa gelar selama 41 tahun. Tak hanya sampai di situ, Busby juga mampu membawa anak asuhnya menjuarai Liga Inggris sebanyak empat kali, tepatnya pada 1965, 1957, 1965, dan 1967.

Pasukan Setan Merah mendapat julukan The Busby Babes, karena mereka adalah anak asuh Matt Busby, salah satu manajer Manchester United tersukses dalam sejarah klub.
Melalui tangan Busby, ia mengubah susunan tim dengan cara mengganti punggawa yang sudah berumur dengan pemain yang masih muda. Salah satu nama beken yang menjadi bagian The Busby Babes adalah Bobby Charlton.
Namun, di balik kisah sukses The Busby Babes, ia juga dikenal melalui Malapetaka Utara Munich pada 1958. Malapetaka tersebut mengubah The Busby Babes untuk selamanya.
Tragedi di Munich
Semua berawal pada ajang Kejuaraan Eropa 1957-1958. Saat itu, Manchester United menghadapi Shamrock Rovers dan Dukla Prague. Di babak selanjutnya, mereka bertemu dengan Red Star Belgrade, sebuah klub sepak bola asal Yugoslavia.
Setelah melakoni laga kontra Dukla Prague di leg kedua, kesebelasan Manchester United tidak dapat kembali ke Manchester karena kabut telah menyelimuti Inggris. Ini memaksa mereka harus terbang menuju Amsterdam terlebih dahulu, sebelum dapat kembali ke Inggris.
Dalam pertandingan berikutnya, Manchester United harus menghadapi Red Star Belgrade. Dalam leg pertama di Old Trafford, mereka berhasil menang tipis 2-1 atas jagoan Kota Belgrade itu.
Belajar dari pengalaman melawan Dukla Prague, mereka memutuskan untuk menyewa sebuah pesawat dari maskapai British European Airways (BEA) untuk keperluan eksklusif para anggota klub dan para staf. James Thain, seorang pensiunan Angkatan Utara Inggris (Royal Air Force) menjadi pilot pesawat Airspeed Ambassador kelas “Elizabethan” itu.
Pada perjalanan pertama dari Manchester menuju Belgrade, pesawat tidak dapat terbang secara langsung ke tujuan akhir karena keterbatasan bahan bakar. Itu memaksa mereka untuk mengisi bahan bakar di Munich. Pada saat berangkat, semuanya terlihat mudah.

Setelah tiba di Belgrade, Manchester United menjalani laga leg kedua menghadapi Red Star Belgrade. Pertandingan berakhir dengan skor 3-3, membuat mereka melaju ke babak selanjutnya dengan skor agregat 5-4.
Euforia Manchester United hanya bertahan sementara. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kemenangan dramatis tersebut.
Mencoba kembali menuju markas mereka di Old Trafford, anak asuh Matt Busby dan beberapa penumpang kemudian menuju Bandara Zemun. Pesawat yang ditumpangi mereka harus berhenti kembali di Munich untuk mengisi bahan bakar, memakan waktu selama satu jam.
Pesawat yang ditumpangi oleh para punggawa Setan Merah sempat melakukan beberapa kali percobaan lepas landas. Mereka mencoba sebanyak tiga kali. Pada dua percobaan pertama, mereka belum berhasil.
Pada percobaan kedua, pesawat terpaksa kembali ke sebuah terminal untuk mengalami pengecekan, karena beberapa masalah yang menghambat kedua percobaan lepas landas sebelumnya.
Setelah mendapatkan clearance dari menara pengawas, pesawat kelas Elizabethan tersebut kembali berupaya untuk lepas landas yang ketiga kalinya. Ketika pesawat sudah mencapai kecepatan yang ideal untuk lepas landas (V2), naas, kecepatan justru perlahan menurun.

Ia justru mengalami kebakaran di bagian sayap setelah menabrak sebuah rumah. Tragedi tersebut memakan nyawa delapan punggawa Manchester United dan tiga staf klub.
Investigasi yang dilakukan ternyata menimbulkan masalah diplomatik. Investigasi yang tidak menyeluruh dan terkesan ditutup-tutupi oleh pemerintah Jerman, membuat hubungan diplomatik antara Inggris dan Jerman menjadi sedikit memburuk.
Mengutip The Guardian, penyelidikan yang dilakukan oleh pihak Inggris dan Jerman pada dasarnya tidak sepakat mengenai penyebab kecelakaan. Terdapat dua versi dari kedua negara mengenai faktor penyebab insiden. Pihak Jerman mengungkapkan bahwa penyebab kecelakaan adalah karena adanya es di atas sayap pesawat, sementara pihak Inggris menyebut jika kecelakaan terjadi karena adanya salju yang menyelimuti landasan pacu.
Drama juga melibatkan sang pilot, James Thain, yang berupaya untuk “membersihkan” namanya. Pada mulanya, ia disalahkan atas insiden di Munich. Namun, namanya kembali bersih setelah investigasi lanjutan dilakukan, yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi karena salju di atas landasan pacu.
Kembali Bangkit
Malapetaka Udara Munich merenggut nyawa 23 orang. Delapan di antaranya adalah pemain Manchester United. Mereka adalah Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, dan Liam Whelan.
Duncan Edwards, yang dianggap sebagai salah satu pemain terbaik pada masanya, meninggal 15 hari setelah kecelakaan ketika menjalani perawatan di sebuah rumah sakit.
Bangkit adalah pilihan yang dipilih oleh direktur Manchester United kala itu, Harold Hardman. Meski mereka harus meratapi kematian dan bersedih akan luka yang dialami para punggawa Setan Merah, Hardman percaya bahwa “hari-hari yang cemerlang tidak usai bagi kita.” Manchester United akan bangkit kembali.
Malapetaka Udara Munich membuat The Busby Babes, terancam untuk tidak dapat melanjutkan sisa musim yang dijalani klub. Namun, uluran tangan datang dari beberapa klub sepak bola lain.
Salah satunya adalah sang rival berat, Liverpool FC. Seperti Manchester City ketika memperingati Malapetaka Udara Munich pada 2025 ini, mereka menawarkan lima pemain mereka untuk dipinjamkan kepada Setan Merah.

Bantuan juga datang dari raksasa sepakbola Spanyol, Real Madrid. Mereka menawarkan salah satu bintang yang mereka punya, Alfredo Di Stefano, untuk dipinjamkan kepada Manchester United. Namun, usaha tersebut gagal akibat terhalang aturan. Sebagai gantinya, mereka melakukan laga persahabatan dan mampu menggalang dana untuk para penyintas tragedi tersebut.
Sepuluh tahun kemudian, yakni pada 1968, Manchester United kembali mampu mencapai kejayaannya. Mereka berhasil menjuarai Kejuaraan Eropa, sekaligus menasbihkan klub tersebut sebagai Raja Eropa.
Malapetaka Udara Munich membinasakan generasi emas Manchester United. Ia benar-benar berdampak bagi Matt Busby, yang hampir saja meninggalkan sepakbola. Namun, mereka berhasil bangkit dari keterpurukan, dan berkat dukungan dari rival dan rekan sesama klub sepak bola, mereka berhasil bangkit kembali dan mencapai kejayaan.